Bursa Saham Asia Melejit Setelah Data Inflasi AS Sentuh Level Terendah dalam 2 Tahun

Inflasi Amerika Serikat sentuh level terendah dalam dua tahun di posisi 4 persen. Hal itu menjadi angin segar di bursa saham Asia Pasifik pada Rabu, 14 Juni 2023.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Jun 2023, 09:06 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2023, 09:06 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Rabu (14/6/2023) seiring inflasi Amerika Serikat tumbuh 4 persen pada Mei 2023, terendah dalam dua tahun. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Rabu (14/6/2023) seiring inflasi Amerika Serikat tumbuh 4 persen pada Mei 2023, terendah dalam dua tahun. Inflasi AS tersebut memberikan ruang bagi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) untuk menahan suku bunga acuan saat pertemuan pekan ini.

Dikutip dari CNBC, Rabu pekan ini, indeks Nikkei 225 menguat 1,05 persen saat pembukaan perdagangan, dan sentuh level tertinggi, tetapi masih di bawah 39.000 pada Desember 1989. Indeks Topix melanjutkan kenaikan dengan bertambah 0,85 persen.

Di Australia, indeks ASX 200 naik 0,32 persen, indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,22 persen dan indeks Kosdaq mendatar. Sementara itu, tingkat pengangguran Korea Selatan 2,5 persen pada Mei 2023, turun dari posisi April 2023 sebesar 2,6 persen.

Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 19.535, dari penutupan terakhir 19.521,42. Di wall street, indeks S&P 500 dan Nasdaq menyentuh level tertinggi dalam 13 bulan pada perdagangan Selasa pekan ini. Indeks Dow Jones menguat 0,43 persen, dan indeks S&P 500 bertambah 0,69 persen.

Penutupan Perdagangan Selasa, 13 Juni 2023

Indeks Nikkei 225 melonjak 1,8 persen pada perdagangan Selasa, 13 Juni 2023 dan sentuh level tertinggi psikologis 33.000 untuk pertama kali sejak Juli 1990. Indeks Nikkei ditutup ke posisi 33.018,65.

Indeks Topix menyentuh posisi tertinggi pada 2023 dengan naik 1,16 persen ke posisi 2.264,79. Bursa saham Asia Pasifik menguat jelang rilis data inflasi dan pertemuan dua hari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed). Bank sentral AS diharapkan pertahankan suku bunga acuan untuk pertama kali dalam 15 bulan.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,23 persen ke posisi 7.138,9. Indeks Kospi Korea Selatan mendaki 0,33 persen ke posisi 2.637,93. Indeks Kosdaq bertambah 1,25 persen ke posisi 896,81.

Indeks Hang Seng bertambah 0,71 persen. Di bursa saham China, indeks Shanghai mendaki 0,15 persen ke posisi 3.233,67. Indeks Shenzhen naik 0,76 persen ke posisi 10.955.

Penutupan Wall Street pada 13 Juni 2023

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melonjak pada perdagangan Selasa, 13 Juni 2023 setelah rilis data inflasi terbaru menunjukkan perlambatan pada Mei 2023. Rilis data inflasi AS itu membuat investor optimistis kalau bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) tidak akan menaikkan suku bunga pada pertemuan pekan ini.

Dikutip dari CNBC, Rabu (14/6/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 145,79 poin atau 0,43 persen ke posisi 34.212,12. Indeks S&P 500 naik 0,69 persen menjadi 4.369,01. Indeks Nasdaq menguat 0,83 persen ke posisi 13.573,32.

Indeks acuan S&P 500 dan Nasdaq menyentuh posisi tertinggi dalam 13 bulan pada sesi perdagangan Selasa pekan ini. Dua indeks acuan itu sentuh level tertinggi sejak April 2022 pada perdagangan Senin pekan ini. Saat ini, indeks acuan tersebut naik 25 persen dari posisi terendah pada Oktober 2022.

Kemungkinan pergerakan indeks acuan itu dipengaruhi rilis data inflasi AS. Indeks harga konsumer pada Mei 2023 naik 4 persen year over year (YoY) dan menunjukkan inflasi melambat sejak Maret 2021.

 

Saham Teknologi Menguat

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Seiring laporan itu, pelaku pasar meningkatkan taruhan kalau the Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan pekan ini. Ada potensi 91 persen bank sentral AS tetap mempertahankan suku bunga 5 persen-5,25 persen menurut CME Group’s FedWatch.

“The Fed akan memberi sinyal setidaknya satu kenaikan lebih lanjut pada akhir 2023, selaras dengan ekspektasi pasar dan akan memandu ke arah melewati alih-alih jeda yang diperpanjang untuk duduk dan mengamati efeknya menaikkan suku bunga 5 persen sejak awal siklus kenaikan suku bunga,” ujar Head of iShares Investment BlackRock, Gargi Chaudhuri dikutip dari CNBC.

Saham-saham teknologi memimpin di tengah inflasi melandai dan suku bunga mendorong optimisme untuk sektor ini. Saham Oracle melonjak 0,2 persen sehari setelah vendor perangkat lunak tersebut melampaui perkiraan wall street pada kuartal IV tahun fiskal. Di sisi lain, saham raksasa streaming Netflix naik 2,8 persen.

Di sisi lain, Profesor dari New York University, Aswath Damodaran menuturkan, mungkin sulit untuk untuk menemukan lebih banyak ruang untuk mendukung Nvidia.

Saham Nvidia telah melonjak lebih dari 180 persen pada 2023 di tengah euforia seputar kecerdasan buatan atau artificial intelligence. Namun, ia menuturkan, sulit untuk melihat ruang bagi saham untuk naik setelah diperdagangkan sekitar USD 400.

“Saya telah memegang Nvidia selama lima tahun dan saya senang melakukannya. Nvidia pada dasarnya harus memusnahkan atau mendominasi seluruh pasar AI untuk membenarkan harga ini. Dan saya tidak mau mengambil taruhan itu. Maksud saya, ada terlalu sedikit sisi atas yang tersisa saat Anda memperhitungkannya,” kata dia.

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain
Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya