Liputan6.com, Jakarta - Tahun baru sudah semakin dekat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun diprediksi mengalami penguatan pada awal Januari 2024.Â
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menuturkan, untuk awal Januari 2024, pihaknya melihat potensi terjadi realokasi portofolio sehingga berpotensi mendongkrak volatilitas IHSG dengan kecenderungan menguat.
Baca Juga
"Karena kami melihat terjadinya perubahan arah dari peta portofolio dibandingkan dari tahun lalu," kata Audi saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Jumat (29/12/2023).Â
Advertisement
Ia melanjutkan, terdapat beberapa sentimen yang mempengaruhi terjadinya January Effect. Misalnya, kebijakan moneter bank sentral global, termasuk Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan lebih longgar, setidaknya pada kuartal I 2024.
"Arus investasi kami perkirakan akan mulai masuk, seiring dengan potensi penurunan yield treasury dan obligasi," kata dia.Â
Selain itu, pemilihan umum (pemilu) juga akan mendorong terjadinya perubahan alokasi yang dimulai sejak Januari 2024, karena kalau dilihat dari masa lalu, sektor infrastruktur akan menjadi fokus.
"Kami melihat dengan beberapa pertimbangan sentimen, alokasi portofolio masih akan menuju saham yang termasuk cyclical karena didorong juga fundamental ekonomi Indonesia yang lebih stabil," imbuhnya.Â
Dengan demikian, ia menilai sektor keuangan, infrastruktur, dan ritel masih memilih prospek yang cerah pada masa mendatang.Â
Bagi para investor, ia merekomendasikan beli saham BBRI dengan target harga Rp 6.000 per saham dan saham BBNI dengan target harga Rp 7.300 per saham.Â
Selain itu, ia juga merekomendasikan beli saham TLKM dengan target harga Rp 4.460 per saham dan saham JSMR dengan target harga Rp 6.800 per saham. Kemudian, untuk ritel, ia merekomendasikan beli saham ACES dengan target harga Rp 1.075 per saham.Â
Â
Â
Saham Pilihan
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan, terdapat sejumlah sektor saham yang memiliki prospek cerah pada awal 2024. Misalnya, saham-saham dengan kapitalisasi besar alias bigcaps.
Terkait sektor sahamnya, ia memilih sektor infrastruktur, keuangan hingga teknologi. Bagi para investor, ia merekomendasikan saham BMRI, BNI, BSI, BREN, ISAT, TLKM, EXCL, BUKA dam GOTO.
"Kemudian juga di sisi lain juga ada sektor teknologi. Misalnya ada Bukalapak," kata Nafan.Â
Di samping itu, ia juga melihat adanya potensi January Effect pada tahun depan. Sebab, potensi pemilu yang berjalan dengan damai, di mana Pemerintah sangat menjamin terjadinya stabilitas politik dan keamanan. Alhasil, hal tersebut bakal mendorong perekonomian domestik menuju stabilitas yang lebih baik.
Selain itu, the Fed pun mulai melonggarkan kebijakan suku bunganya. Sehingga, January Effect berpotensi terjadi pada 2024.Â
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Penutupan IHSG pada 28 Desember 2023
Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menembus posisi 7.300 pada perdagangan saham Kamis (28/12/2023). Penguatan IHSG di tengah mayoritas sektor saham yang menghijau.
Dikutip dari data RTI, IHSG melambung 0,80 persen ke posisi 7.303,88. Indeks LQ45 menguat 0,86 persen ke posisi 977,07. Seluruh indeks saham acuan menguat.
Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.308,20 dan terendah 7.262,25. Sebanyak 307 saham menguat sehingga angkat IHSG.210 saham melemah dan 248 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 879.876 kali dengan volume perdagangan 17 miliar saham. Nilai transaksi Rp 9 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.415. Investor asing beli saham Rp 1 triliun pada perdagangan Kamis pekan ini. Namun, sepanjang 2023, investor asing mencatat aksi jual saham Rp 7,06 triliun.
Mayoritas sektor saham menghijau. Sektor saham properti menguat 2,38 persen dan memimpin penguatan. Selain itu, sektor saham energi naik 0,32 persen, sektor saham basic menanjak 0,15 persen, sektor saham industri melambung 0,51 persen dan sektor saham nonsiklikal bertambah 1,28 persen.
Selain itu, sektor saham siklikal menanjak 0,56 persen, sektor saham keuangan menguat 1,16 persen, dan sektor saham infrastruktur bertambah 0,07 persen.Sementara itu, sektor saham transportasi melemah 0,74 persen dan sektor saham kesehatan tergelincir 0,35 persen.