Bursa Saham Asia Beragam, Indeks Nikkei Menuju Level Tertinggi Sepanjang Masa

Indeks saham Nikkei 225 di Jepang berada di jaluar ke rekor tertinggi pada Kamis, 22 Februari 2024. Hal ini terjadi di tengah bursa saham Asia Pasifik yang bervariasi.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Feb 2024, 09:02 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2024, 09:02 WIB
Bursa Saham Asia Beragam, Indeks Nikkei Menuju Level Tertinggi Sepanjang Masa
Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Kamis (22/2/2024). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Kamis (22/2/2024). Indeks Nikkei di Jepang menuju rekor tertinggi pada perdagangan Kamis pekan ini seiring investor mengabaikan data aktivitas yang suram dari Jepang.

Dikutip dari CNBC, indeks Nikkei 225 naik 1,7 persen seiring investor menilai rilis indeks Jibun Bank Flash Purchasing Managers’ pada Februari yang menunjukkan aktivitas bisnis kembali kontraksi.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,17 persen seiring indeks manajer pembelian gabungan Judo Bank pada Februari menunjukkan ada pertumbuhan ke posisi 51,8. Indeks bulanan ini merupakan indikator utama aktivitas bisnis di sektor manufaktur dan jasa Australia.

Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 16.447 menunjukkan awal yang lebih lemah dibandingkan penutupan indeks Hang Seng sebelumnya 16.503,1.

Indeks Kospi di Korea Selatan naik 0,5 persen. Bank of Korea dijadwalkan untuk mengumumkan keputusan suku bunga. Ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan bank sentral itu akan mempertahankan suku bunga acuan 3,5 persen.

Di wall street, indeks Dow Jones bertambah 48,44 poin atau 0,13 persen ke posisi 38.612,24. Indeks S&P 500 menanjak 0,13 persen ke posisi 4.981,80. Indeks Nasdaq susut 0,32 persen ke posisi 15.580,87.

Di sisi lain, risalah pertemuan the Federal Reserve (the Fed) pada Januari yang dirilis Rabu pekan ini dihasilkan dari data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan pada minggu sebelumnya menunjukkan bankir bank sentral tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga.

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 21 Februari 2024

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Rabu, 21 Februari 2024 mengikuti wall street. Selain itu, investor menilai data perdagangan Jepang dan memburuknya sentimen bisnis di antara produsen besar.

Dikutip dari CNBC, indeks Hang Seng melonjak 3 persen sebelum memangkas kenaikan menjadi 1,86 persen pada jam terakhir perdagangannya yang didorong saham properti, teknologi dan perawatan kesehatan.

Indeks CSI 300 China naik 1,35 persen ke posisi 3.456,87. Indeks Nikkei 225 di Jepang susut 0,26 persen ke posisi 38.262,16 setelah kepercayaan bisnis pabrikan Jepang jatuh ke -1 pada Februari dibandingkan dengan bulan sebelumnya 6, menurut jajak pendapat Reuters Tankan. Ini menandai pembacaan negatif pertama sejak April lalu.

Data itu muncul kurang dari seminggu setelah Jepang masuk resesi secara teknikal dan kehilangan posisinya sebagai negara dengan ekonomi global terbesar ketiga. Jajak pendapat bulanan Reuters dianggap sebagai indikator utama survei resmi Bank of Japan.

Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,17 persen ke posisi 2.653,31. Indeks ASX 200 di Australia merosot 0,66 persen ke posisi 7.608,4.

Pasar Saham AS Disebut Berada di Posisi Berbahaya, Ada Apa?

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya diberitakan, CEO Smead Capital Management, Cole Smead mengatakan pasar saham Amerika Serikat (AS) berada dalam posisi yang sangat berbahaya karena tingginya angka lapangan kerja dan pertumbuhan upah.

Menurut Smead ini menunjukkan kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS tidak memberikan dampak yang diinginkan. Nonfarm payrolls tumbuh sebesar 353.000 pada Januari, data baru menunjukkan minggu lalu, jauh melampaui perkiraan Dow Jones sebesar 185.000. 

Sementara pendapatan rata-rata per jam meningkat 0,6% pada basis bulanan, dua kali lipat perkiraan konsensus. Pengangguran tetap stabil pada level terendah dalam sejarah yaitu 3,7%.

Angka tersebut muncul setelah Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bank sentral kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga pada Maret, seperti yang telah diantisipasi oleh beberapa pelaku pasar.

Smead, yang sejauh ini telah memperkirakan dengan tepat ketahanan konsumen Amerika Serikat dalam menghadapi kebijakan moneter yang lebih ketat. 

Smead menuturkan, risiko sebenarnya selama ini adalah seberapa kuat perekonomian meskipun terjadi kenaikan suku bunga sebesar 500 basis poin. Satu basis poin sama dengan 0,01% 

"Kami tahu The Fed telah menaikkan suku bunganya, kami tahu hal itu menyebabkan bank bangkrut pada musim semi lalu dan kami tahu hal itu merusak pasar,” kata Smead, dikutip dari CNBC, Selasa (6/2/2024).

Inflasi telah melambat secara signifikan dari puncak era pandemi pada Juni 2022 sebesar 9,1%, namun indeks harga konsumen AS meningkat sebesar 0,3% bulan ke bulan pada Desember sehingga menjadikan tingkat inflasi tahunan menjadi 3,4%, juga di atas perkiraan konsensus dan lebih tinggi dari perkiraan The Fed 2 % sasaran.

 

Penurunan Suku Bunga Kurang Mendesak

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Beberapa ahli strategi menunjukkan keuntungan dari data terbaru berarti upaya The Fed untuk merekayasa “soft landing” bagi perekonomian mulai membuahkan hasil, dan resesi tampaknya tidak akan terjadi lagi, sehingga dapat membatasi pertumbuhan ekonomi. Namun, sisi buruknya bagi pasar yang lebih luas.

Direktur pelaksana di Charles Schwab UK. Richard Flynn pada Jumat mencatat hingga saat ini, laporan pekerjaan yang kuat akan menimbulkan peringatan di pasar.

“Dan walaupun suku bunga yang lebih rendah pasti akan disambut baik, menjadi semakin jelas bahwa pasar dan perekonomian mampu mengatasi dengan baik kondisi suku bunga yang tinggi, sehingga investor mungkin merasa bahwa kebutuhan akan pelonggaran kebijakan moneter tidak terlalu mendesak,” ujarnya dalam sebuah catatan.

Hal serupa juga disampaikan oleh Daniel Casali, kepala strategi investasi di Evelyn Partners, yang mengatakan intinya adalah investor menjadi sedikit lebih nyaman bank sentral dapat menyeimbangkan pertumbuhan dan inflasi.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya