Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra berharap Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meninjau ulang Tarif Batas Atas (TBA) tiket pesawat. Hal ini karena adanya pengaruh kondisi eksternal yang menjadi tantangan perusahaan.
Menurut Irfan, exchange rate atau nilai tukar dan harga avtur merupakan tantangan bagi Garuda Indonesia. Kedua komponen eksternal ini memiliki dampak signifikan terhadap biaya operasional.
Baca Juga
“Artinya jangan Tarif Batas Atas selama 5 tahun tidak naik, kan exchange rate dibanding 5 tahun lalu berapa, harga avtur dibanding 5 tahun berapa. Kalau terus seperti ini semua maskapai akan menghadapi tantangan yang sama,” kata Irfan kepada wartawan usai acara Dharma Santi Nyepi BUMN, di TMII Minggu (12/5/2024).
Advertisement
Irfan mengusulkan kepada Kemenhub agar TBA lebih fleksibel terhadap kondisi eksternal.
“Exchange rate dan harga avtur kita tidak dapat kontrol. Kita tidak bisa minta Pertamina turun terus kasih diskon, enggak begitu caranya,” jelasnya.
Untuk menunjang kinerja, pada 2024 Garuda Indonesia menargetkan penguatan armada dengan penambahan delapan pesawat menggunakan operational expenditure yang (Opex), pesawat ini akan datang secara bertahap.
Sedangkan untuk Capital Expenditure (Capex) Garuda Indonesia mengungkapkan tidak menyiapkan dana terlalu besar.
Pada kesempatan yang sama, Irfan juga mengatakan pihaknya tidak setuju terkait iuran pariwisata jika dibebankan melalui tiket pesawat.
"Kita tidak setuju, bukan tidak setuju dananya, tapi kita tidak setuju proses itu dilakukan lewat tiket, karena nanti ujung-ujungnya masyarakat tahunya harga tiket naik,” ujar Irfan
Irfan menambahkan dirinya setuju terkait rencana penggalangan dana pariwisata karena hal tersebut menjadi salah satu cara untuk meningkatkan event tourism. Event-event tersebut menurut dia yang dapat mendorong pergerakan turis.
"Kalau di Indonesia ada event Mandalika, di Singapura ada Taylor Swift, tapi ini jangan lewat harga tiket," pungkasnya.