Liputan6.com, Jakarta MIND ID telah menerima pengalihan sebagian saham milik Vale Canada Limited (VCL), Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., dan Vale Japan Limited dalam PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Divestasi saham ini merupakan bagian dari kewajiban perpanjangan izin operasi selama 10 tahun yang diperoleh PT Vale melalui penerbitan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) hingga 28 Desember 2035.
Advertisement
Baca Juga
Melalui penyelesaian transaksi ini, MIND ID resmi menjadi pemegang saham terbesar di PT Vale dengan porsi saham yang meningkat dari 20 persen menjadi sekitar 34 persen. Sedangkan kepemilikan VCL berkurang dari 44,4 persen menjadi sekitar 33,9 persen, dan kepemilikan SMM berkurang dari 15 persen menjadi sekitar 11,5 persen.
Advertisement
Lebih lanjut, PT Vale telah menandatangani perjanjian kerangka kerja offtake bijih dengan MIND ID yang mengatur kerangka kerja terkait kesepakatan. Nantinya, setiap tahun PT Vale akan memberikan MIND ID suatu hak untuk memilih untuk membeli bijih saprolit dan atau bijih limonit tertentu yang diproduksi PT Vale sesuai dengan syarat dan ketentuan dalam perjanjian, mulai 2026.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (7/3/2024), pembelian bijih tersebut akan diatur lebih lanjut dalam perjanjian definitif terpisah untuk setiap transaksi jual beli bijih yang bersangkutan.
Manajemen perusahaan menjelaskan, perjanjian tidak berpotensi mengakibatkan terganggunya kelangsungan usaha PT Vale sehingga pelaksanaan perjanjian tidak berdampak signifikan terhadap kondisi keuangan perseroan.
Sah, MIND ID Genggam Saham Mayoritas Vale Indonesia
Holding BUMN Industri Pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID resmi menjadi pemegang saham terbesar PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Ketetapan ini setelah rampungnya transaksi pembeliaan saham.
Diketahui, MIND ID telah menyelesaikan transaksi 14 persen saham Vale Indonesia dari Vale Canada Limited dan Sumitomo Metal Minign Co., Ltd..
Corporate Secretary MIND ID, Heri Yusuf mengapresiasi dukungan dari berbagai stakeholders. Mulai dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Kemudian, Kementerian Keuangan, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal, Otoritas Jasa Keuangan, serta Kementerian dan Lembaga lain dalam proses divestasi ini.
"Kami akan mengoptimalkan proses hilirisasi terhadap hasil tambang PT Vale agar dapat mendukung industri dalam negeri serta kebutuhan ekspor dalam mendukung program hilirisasi," ujar Heri dalam keterangannya, Senin (1/7/2024).
Pada 28 Juni 2024, MIND ID telah merampungkan pengambilan bagian atas saham baru sebagai pelaksanaan atas seluruh Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (“HMETD”) yang diperoleh MIND ID dalam Penambahan Modal Dengan Memberikan HMETD I PT Vale dan pembelian oleh MIND ID atas sebagian saham lama milik VCL, SMM, dan Vale Japan Limited di PT Vale melalui pasar negosiasi di Bursa Efek Indonesia.
Porsi Kepemilikan Saham
Melalui penyelesaian transaksi ini, MIND ID resmi menjadi pemegang saham terbesar di PT Vale dengan porsi saham yang meningkat dari 20 persen menjadi sekitar 34 persen. Sedangkan kepemilikan VCL berkurang dari 44,4 persen menjadi sekitar 33,9 persen, dan kepemilikan SMM berkurang dari 15 persen menjadi sekitar 11,5 persen.
Divestasi saham ini merupakan bagian dari kewajiban perpanjangan izin operasi selama 10 tahun yang diperoleh PT Vale melalui penerbitan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) hingga 28 Desember 2035.
Advertisement
Langkah Strategis
PT Vale menerima penerbitan IUPK pada 3 Mei 2024 sebagai kepastian hukum bagi perusahaan untuk tetap beroperasi di wilayah konsesinya.
"Akuisisi saham PT Vale menjadi langkah strategis MIND ID agar Indonesia dapat mengambil posisi yang lebih kuat untuk mengamankan pasokan bahan baku industri hilir berbasis nikel," langkah strategis.
Terlebih, komoditas nikel menjadi salah satu sumber daya mineral strategis dan penting bagi dunia di mana nikel telah menjadi bahan baku utama baterai untuk kendaraan listrik dan infrastruktur penyimpan listrik.
“Aksi korporasi ini menjadi momentum dalam memperkuat posisi Indonesia dalam industri baterai dan kendaraan listrik ke depan,” tutup Heri.