Bos Sentul City: Pola Pemasaran Properti Masih Tradisional, Kalah dari Bisnis Kuliner

Meski punya nilai yang besar tapi hingga saat ini pola-pola pemasaran produk properti masih sangat tradisional bahkan terbelakang dibandingkan produk lain yang harganya jauh lebih murah.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Sep 2024, 17:34 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2024, 17:34 WIB
Akhir Pekan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Jumat (22/9/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bagi kebanyakan orang, membeli properti merupakan pengeluaran terbesar sepanjang hidup bahkan sampai harus dicicil hingga belasan tahun. Properti juga bukan sekadar dibeli kemudian digunakan, tapi ada banyak hal yang harus dilakukan terkait maintenance untuk memastikan produknya tetap prima.

Di sisi lain, perlu pengelolaan yang tepat untuk memastikan properti yang dimiliki tetap terkelola dengan baik. Dalam konteks ini, PT Sentul City Tbk berinovasi untuk membuka babak baru dalam industri properti yang bisa memastikan nilai propertinya tetap tinggi bahkan terus naik.

Menurut CEO PT Sentul City Tbk Eddy Sindoro, sepenting dan sebesar itu nilai properti tapi hingga saat ini pola-pola pemasarannya masih sangat tradisional bahkan terbelakang dibandingkan produk lain yang harganya jauh lebih murah. Dunia properti seperti primitif bila dibandingkan produk lifestyle yang pola-pola pemasarannya sangat up to date.

“Kita bisa lihat misalnya bisnis retail mal dengan showcase yang keren bahkan juga bisnis kuliner, begitu canggih pemasarannya. Sementara bisnis properti sangat terbelakang, padahal yang dijual produk seharga miliaran tapi seperti barang tak berharga. Ini yang ingin kita ubah dengan pola-pola baru yang komprehensif dan melibatkan banyak pihak yang nanti hasilnya win-win semuanya bisa untung,” ujar Eddy dikutip Rabu (4/9/2024).

Berkolaborasi dengan Bank INA, PT Sentul City Tbk menciptakan layanan untuk memudahkan transaksi produk properti sekunder yang berkualitas dan affordable. Situasi ini tidak terlepas dari terus bertambahnya produk baru maupun ketersediaan unit sekunder di Sentul City (3.150 hektar).

Pengembangan Sentul City hingga saat ini telah mendatangkan lebih dari 11.500 konsumen yang semuanya perlu diberikan pelayanan berkualitas. Sebelumnya pada awal Agustus lalu, PT Sentul City Tbk meluncurkan Sentul Tourism Board (STB) yang mendigitalisasi informasi serta kegiatan pariwisata di kawasannya untuk memudahkan masyarakat mendapatkan living experience di Sentul City. STB bekerjasama dengan Pemkab Bogor untuk mempromosikan berbagai destinasi wisata kawasan dengan lebih komprehensif.

 

Bursa Pasar Sekunder Sentul City

PT Sentul City Tbk optimistis target penjualan pemasaran (marketing sales) sepanjang 2017 sebesar Rp 1,2 triliun. (Liputan6.com/Muhammad Rinaldi)
PT Sentul City Tbk optimistis target penjualan pemasaran (marketing sales) sepanjang 2017 sebesar Rp 1,2 triliun. (Liputan6.com/Muhammad Rinaldi)

Inovasi berikutnya dihadirkan Bursa Pasar Sekunder Sentul City (BPSSC) dengan menggandeng Bank INA. Salah satu keuntungan dari adanya BPSSC adalah one-stop-service pengelolaan unit yang sangat memudahkan bagi para pemilik properti di Sentul City. Sentul City Town Management (SCTM) turut berperan dengan menyediakan layanan pengelolaan unit dari renovasi rumah hingga me-listing unit untuk disewa maupun dijual serta program KPR produk sekunder oleh Bank INA.

Peran Sentul City Town Management begitu luas mencakup pengelolaan bursa pasar sekunder untuk para pemilik properti menitipkan propertinya untuk dijual atau disewakan oleh ratusan properti broker dan agen yang terafiliasi.

Sementara Direktur Utama Bank INA, Henry Koenaifi mengatakan, ada kebutuhan pasar yang besar untuk tempat tinggal yang berkualitas dan siap huni. Hal ini mendorong Bank INA untuk mengeluarkan produk pembiayaan yang sesuai dengan perkembangan tren pasar kekinian.

“Kami melihat Sentul City memiliki potensi pasar sekunder sangat besar. Melalui kerjasama ini kami hadir mendukung Sentul City dan konsumennya untuk mendapatkan pembiayaan KPR unit sekunder. Potensi bursa sekunder sangat besar hingga bisa terjadi likuiditas dan cost of strategy owning di Sentul City menjadi affordable. KPR Produk Sekunder resmi dari Bank INA memberikan suku bunga khusus dengan tenor mencapai 20 tahun," kata Henry.

 

Properti Broker

PT Sentul City Tbk berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas dan layanan demi kepuasan para penghuni dan calon pembeli
PT Sentul City Tbk berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas dan layanan demi kepuasan para penghuni dan calon pembeli (dok: humas)

Timotius Thendean, Direktur Marketing PT Sentul City Tbk mengatakan, pihaknya sudah mendata, di Sentul City ada 515 unit sekunder yang siap dijual dengan total nilai mencapai Rp1,5 triliun. Masih ada 500-an unit rumah lagi yang kosong tapi tidak ada plang dijual ataupun disewakan yang berpotensi untuk dijual atau disewakan.

"Jadi total ada sekitar 1.000 unit sekunder yang menjadi peluang besar bagi properti broker dan agen. Program KPR secondary ini juga menjadi yang pertama dan resmi di Indonesia untuk memudahkan pihak developer, bank, properti broker dan agen, pemilik properti, dan calon pembeli," kata dia.

Bursa Pasar Sekunder Sentul City terpusat dan difasilitasi oleh SCTM. Dari sisi pemilik properti cukup titip kunci dan semuanya akan diatur dan dirawat kemudian di-input di database yang dapat diakses oleh ratusan properti broker maupun agen yang terafiliasi.

Program Bursa Pasar Sekunder Sentul City memberikan banyak keuntungan bagi semua pihak antara lain pemilik properti, properti broker, club agent, hingga Bank INA sebagai pemberi kredit.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya