BBNI Rampungkan Buyback, Segini Saham yang Diserok

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mengumumkan selesainya periode pembelian kembali saham atau buyback. Sebelumnya, rencana buyback ini telah disetujui pemegang saham dalam RUPST perseroan yang diselenggarakan pada 15 Maret 2023.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 18 Sep 2024, 13:06 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2024, 13:06 WIB
Kantor PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI. Dok BNI
Kantor PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI. Dok BNI

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mengumumkan selesainya periode pembelian kembali saham atau buyback. Sebelumnya, rencana buyback ini telah disetujui pemegang saham dalam RUPST perseroan yang diselenggarakan pada 15 Maret 2023.

"Perseroan telah menyelesaikan periode Buyback sejak tanggal periode 16 Maret 2023 sampai dengan 15 September 2024, dengan total saham yang dibeli adalah sebanyak 40.514.600 lembar saham," ungkap Sekretaris Perusahaan BNI, Okki Rushartomo dalam keterbukaan informasi Bursa, Rabu (18/9/2024).

Sesuai keputusan RUPS, seluruh saham hasil buyback telah digunakan untuk program kepemilikan saham bagi pegawai dan program kepemilikan saham bagi Direksi dan Dewan Komisaris. Pelaksanaan buyback tidak memengaruhi kegiatan usaha dan pertumbuhan perseroan, karena perseroan memiliki modal dan cash flow yang baik untuk melakukan seluruh kegiatan usaha, kegiatan pengembangan usaha, termasuk Buyback.

Pelaksanaan buyback dan pengalihan saham hasil buyback dalam bentuk program kepemilikan saham bagi pegawai dan program kepemilikan saham bagi Direksi dan Dewan Komisaris telah dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, dan merupakan bentuk implementasi dari remunerasi berbasis kinerja. Sehingga tidak mengurangi kepercayaan investor kepada Perseroan.

"Hal tersebut tercermin dari terjaganya valuasi saham perseroan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, dan merupakan bentuk implementasi dari remunerasi berbasis kinerja, sehingga tidak mengurangi kepercayaan investor kepada Perseroan," kata Okki

Bersamaan dengan itu, dari sisi valuasi saham perseroan juga terjadi dengan price to book value (PBV) yang meningkat dari 1,20x pada posisi 15 Maret 2023 saat perseroan mendapatkan persetujuan pelaksanaan buyback dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), menjadi 1,40x pada posisi 13 September 2024. Pada posisi yang sama, harga saham Perseroan meningkat dari Rp 4.400 per lembar menjadi Rp 5.625 per lembar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


2 Bank Pelat Merah Masuk Daftar World's Best Companies 2024 versi TIME, Bagaimana Prospeknya?

Konfrensi pers laporan keuangan kuartal I 2023 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Selasa (18/4/2023). (Foto: BNI)
Konfrensi pers laporan keuangan kuartal I 2023 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Selasa (18/4/2023). (Foto: BNI)

Sebelumnya, Majalah TIME merilis daftar Perusahaan Terbaik Dunia 2024 atau World's Best Companies 2024. Terdapat dua perusahaan pelat merah RI yang berhasil bertengger di posisi bergengsi itu, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

BBNI ada di peringkat 892 dengan perolehan skor 79,51. Sementara BMRI ada di posisi 914 dengan skor 78,94. Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi menilai masuknya BMRI dan BBNI pada daftar Time World's Best Companies of 2024 adalah prestasi yang luar biasa dan akan memberikan pengakuan internasional atas kualitas manajemen serta tata kelola perusahaan (good corporate governance).

"Hal tersebut juga menurut saya dapat meningkatkan kepercayaan investor, yang tentu akan juga dapat berdampak positif pada kinerja saham di market. Sentimen tersebut dapat memperkuat BMRI dan BBNI di sektor perbankan yang kompetitif, meningkatkan kepercayaan nasabah dan mendorong Bank untuk ekspansi lebih ke depan," kata Lanjar kepada Liputan6.com, Selasa (17/9/2024).

Meski menjadi sentimen positif, perlu dicatat bahwa rekomendasi untuk Bank BMRI dan BBNI tidak hanya berdasarkan pencapaian tersebut. Menurut Lanjar, investor juga harus mempertimbangkan valuasi harga saham saat ini terhadap kinerja bisnis mereka.

Secara fundamental, Lanjar mencatat Net Interest Margin (NIM) BMRI di level 4,79% dan BBNI di level 3,90%. Sedangkan secara industri perbankan rata-rata di level 5,18%. Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa baik BMRI maupun BBNI masih memiliki ruang untuk meningkatkan margin bunga.

 


Likuiditas

Gedung BNI (Foto:BNI)
Gedung BNI (Foto:BNI)

Dari segi tingkat likuiditas kedua bank ini memiliki tingkat yang relatif baik. BMRI memiliki LDR sebesar 94,32% dan BBNI sebesar 95,96%. Meskipun mendekati batas yang dianggap sehat dalam pengelolaan likuiditas namun mereka masih relatif sehat.

Berdasarkan PBV BMRI di level 2,67x dan BBNI di level 1,40x, masih berada di bawah rata-rata PBV industri berdasarkan data yang saya dapat sebesar 3x.

"Hal tersebut dapat menjadi trigger bahwa kedua saham masih dinilai undervalue secara industri. Sehingga rekomendasinya BMRI di rating HOLD TP 7.750 . BBNI di rating BUY TP 5.750," ulas Lanjar.

Sebelumnya, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina menilai sektor keuangan atau perbankan secara umum mendapat angin segar dari pemangkasan suku bunga The Fed yang diyakini akan terjadi pada bulan ini. Asumsinya, Bank Indonesia (BI) akan mengikuti penurunan suku bunga sebelum 2024 berakhir sehingga memperkuat daya beli masyarakat serta mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga.

"Di tengah sinyal penurunan suku bunga, Mirae Asset Sekuritas sedang memperhatikan dua sektor yaitu perbankan dan sektor ritel dengan perhatian utama pada kinerja fundamental masing-masing perusahaan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya