BEI Siapkan Sejumlah Inisiatif pada 2025, Apa Saja?

BEI juga berencana untuk meluncurkan produk ETF Emas yang diharapkan dapat menjadi alternatif investasi bagi para investor yang tertarik dengan produk berbasis emas.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 31 Des 2024, 18:15 WIB
Diterbitkan 31 Des 2024, 18:15 WIB
Direktur Utama BEI, Iman Rachman. (Foto: Liputan6.com/Pipit IR)
Direktur Utama BEI, Iman Rachman. (Foto: Liputan6.com/Pipit IR)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal melaksanakan sejumlah inisiatif dalam rangka pendalaman pasar, mulai dari sisi peningkatan likuiditas pasar, pengembangan produk dan instrumen baru, hingga penyempurnaan teknologi dan infrastruktur.

Direktur Utama BEI, Iman Rachman menjelaskan beberapa pengembangan baru yang akan dilakukan BEI, yaitu Intraday Short Selling, Pembaruan Sistem Perdagangan dan Pengawasan (PSPP), Pembaruan Sistem Perdagangan (PSP) Surat Utang, Implementasi SPPA Repo, Pengembangan Liquidity Provider Saham, Pengembangan Derivatif Keuangan UU P2SK melalui Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA) dan Implementasi Periode Non-Cancellation pada sesi pre-opening dan pre-closing.

BEI juga berencana untuk meluncurkan produk ETF Emas yang diharapkan dapat menjadi alternatif investasi bagi para investor yang tertarik dengan produk berbasis emas.

“Seluruh pengembangan ini diharapkan dapat diimplementasikan pada tahun 2025 hingga tahun 2026,” kata Iman dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (31/12/2024).

Menyambut 2025, BEI juga telah menetapkan sejumlah target yang akan dicapai meliputi pertumbuhan jumlah investor sebanyak 2 juta investor baru, Rata-rata Nilai Transaksi Saham Harian mencapai Rp 13,5 triliun, dan total jumlah pencatatan efek baru di pasar modal mencapai 407 efek.

Adapun Iman menyebut pencapaian target tersebut tentunya memerlukan dukungan serta kontribusi dari seluruh stakeholders pasar modal demi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

IHSG Jadi Indeks Terboncos di ASEAN, Susut 2,65 Persen pada 2024

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lesu pada perdagangan 2024. Bahkan kinerja IHSG di Asia alami penurunan terbesar sepanjang 2024.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup naik 0,62 persen ke posisi 7.079,90 pada Senin, 30 Desember 2024. Indeks saham LQ45 menguat 0,18 persen ke posisi 826,64. Kapitalisasi pasar saham Rp 12.336 triliun.

Namun, jika melihat sepanjang 2024, IHSG melemah 2,65 persen year to date (ytd). Indeks LQ45 susut 14,83 persen. Pada 2024, IHSG pernah sempat sentuh level tertinggi sepanjang masa di level 7.905,39 pada 19 September 2024 dengan rekor kapitalisasi pasar tertinggi yang mencapai Rp 13.475 triliun. Sepanjang 2024, aksi beli investor asing mencapai Rp 16,52 triliun.

Di kawasan ASEAN, kinerja IHSG berada di posisi enam alias paling bawah. Selain itu, di posisi lima ditempat bursa saham Thailand dengan SET Index yang susut 1,1 persen.

 

Bursa Terbaik di ASEAN

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Adapun kinerja bursa saham terbaik di ASEAN dipegang oleh bursa saham Singapura yakni Strait Times Index (STI). STI melambung 17,14 persen. Disusul bursa saham Vietnam dengan indeks VN-Index yang meroket 12,95 persen dan bursa saham Malaysia dengan indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI Index yang meroket 12,58 persen. Sementara itu, bursa saham Filipina dengan PSEi Index naik 1,22 persen.

Sepanjang 2024, sektor saham energi pimpin penguatan. Sektor saham energi naik 28,01 persen. Selain itu, sektor saham properti dan real estate melonjak 5,97 persen. Sektor saham consumer siklikal bertambah 1,64 persen dan sektor saham consumer nonsiklikal melesat  0,98 persen.

Sementara itu, sektor saham transportasi dan logistic turun 18,78 persen dan catat koreksi terbesar. Sektor saham teknologi susut 9,87 persen, sektor saham infrastruktur melemah 5,81 persen. Lalu sektor saham keuangan tergelincir 4,51 persen, sektor saham industri terpangkas 5,32 persen dan sektor saham basic materials merosot 4,25 persen. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya