Liputan6.com, Jakarta - Measuki tahun 2025, HSBC Global Private Banking (HSBC GPB) merekomendasikan empat tema investasi utama untuk menangkap peluang pertumbuhan dan pendapatan paling menarik di Asia.
"HSBC GPB memilih perusahaan-perusahaan berkualitas di Asia yang bergantung pada permintaan domestik dan memiliki eksposur terbatas ke pasar Amerika Serikat. Di Tiongkok, Hong Kong, dan Jepang, HSBC GPB menemukan peluang menarik untuk menghasilkan keuntungan dari perusahaan-perusahaan unggulan domestik yang sangat kompetitif dan memiliki pertumbuhan pendapatan di atas rata-rata sektor mereka," ungkap Chief Investment Officer, Southeast Asia and ASEAN for Private Banking and Wealth Management HSBC, James Cheo dalam keterangan di Jakarta, dikutip Minggu (12/1/2025).
Di Tiongkok, James Cheo menyebut, HSBC GPB memilih saham-saham perusahaan internet berkualitas dengan valuasi menarik, prospek pendapatan di atas rata-rata sektornya, dan meningkatkan pengembalian bagi para pemegang sahamnya.
Advertisement
"HSBC GPB juga menyukai saham-saham perusahaan yang bergerak di bidang perjalanan domestik dan pemimpin yang tangguh di sektor konsumsi," bebernya.
"Di Jepang, tren reflasi yang berkelanjutan dan kenaikan upah yang besar menjadi pertanda baik bagi perusahaan-perusahaan yang berfokus pada konsumsi domestik. Para pemimpin domestik di Asia yang tangguh ini dapat menjadi safe haven yang relatif aman untuk menahan risiko tarif, dan perusahaan-perusahaan ini diperkirakan mengungguli perusahaan eksportir yang fokus pada pasar AS," papar Cheo.
Pengembalian Pemegang Saham di Asia
Kedua, adalah meningkatkan pengembalian pemegang saham di Asia.
HSBC GPB mengungkapkan, pihaknya mencari imbal hasil saham yang tangguh dan defensif dengan berinvestasi pada perusahaan-perusahaan berkualitas yang meningkatkan pengembalian saham dengan membayar dividen tinggi atau meningkatkan pembelian kembali saham.
"Estimasi konsensus memperkirakan pengembalian saham di Asia di luar Jepang, akan meningkat dari 11,5% tahun 2024 menjadi 12% pada tahun 2025. Pembelian kembali saham di Asia tumbuh pesat, terutama di pasar Jepang, Tiongkok, dan Hong Kong. Bank sentral Tiongkok meluncurkan fasilitas pinjaman khusus pada pertengahan Oktober untuk bank-bank komersial guna memfasilitasi pembelian kembali saham oleh perusahaan-perusahaan terbuka dan pemegang saham utama. Pembelian kembali saham di Tiongkok mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024, lebih dari dua kali lipat dari total tahun 2023," jelas Cheo.
Dia mengungkapkan, pertumbuhan pendapatan yang solid diperkirakan akan mendorong pertumbuhan dividen lebih dari 7% di Asia, kecuali Jepang, dan 9% di Jepang pada tahun 2025, berkat kemajuan positif dari reformasi tata kelola perusahaan di Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan.
"Imbal hasil dividen di Singapura dan Indonesia sebesar 4,2%; Hong Kong dan Malaysia sebesar 3,9% terlihat menarik dibandingkan dengan 1,8% secara global. HSBC GPB menyukai perusahaan-perusahaan BUMN Tiongkok yang berkualitas, saham asuransi, telekomunikasi, dan properti Hong Kong yang membayar dividen tinggi. HSBC GPB juga menyukai beberapa pengembang properti yang oversold dengan neraca yang kuat," tambahnya.
HSBC GPB Melihat Ada Kebangkitan Pasar India dan ASEAN
"HSBC GPB menemukan peluang yang menjanjikan yang didorong oleh faktor domestik di India dan ASEAN, memanfaatkan dukungan dari tren sekuler seperti demografi penduduk usia muda, konsumen kelas menengah yang meningkat, dan lonjakan di sektor teknologi. HSBC GPB lebih berfokus pada perusahaan yang unggul pada konsumsi domestik untuk mengurangi risiko tarif," ujar Cheo.
"Penurunan saham India baru-baru ini menghadirkan peluang menarik untuk meningkatkan eksposur karena India tetap didukung dengan baik oleh pertumbuhan pendapatan tahun 2025 yang diperkirakan sebesar 17%, ROE yang tinggi, dan arus masuk yang kuat dari investor domestik. Profil pendapatan India yang didorong oleh domestik menjadikannya defensif terhadap risiko tarif AS," kata Cheo.
Sementara itu, di ASEAN, HSBC lebih memilih saham Singapura karena negara tersebut memiliki defisit perdagangan yang cukup rendah terhadap AS, menjadikannya pilihan defensif terhadap risiko tarif dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ini, terutama dengan dukungan imbal hasil dividennya yang menarik.
Advertisement
Obligasi Asia Berkualitas Tinggi
Cheo menambahkan, pemangkasan suku bunga The Fed yang lebih banyak akan menciptakan lebih banyak ruang bagi bank sentral di Asia untuk menurunkan suku bunga, yang seharusnya menjadi pertanda baik bagi obligasi berkualitas di kawasan Asia.
"HSBC GPB tetap fokus pada obligasi korporasi investment grade dalam denominasi dolar AS di Asia, obligasi dari perusahaan di sektor keuangan Asia, obligasi mata uang lokal di India dan Indonesia, obligasi investment grade dari perusahaan BUMN di Indonesia yang berkualitas tinggi dalam denominasi dolar AS, dan beberapa obligasi gaming Makau dan di sektor teknologi, media dan telekomunikasi (TMT) di Tiongkok," tuturnya.