Sektor Properti Bakal Cerah Usai BI Pangkas Suku Bunga, Intip Proyeksi Saham CTRA Cs

Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana menerangkan, optimisme di sektor properti terlihat dari lonjakan harga saham emiten-emiten properti di bursa.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Jan 2025, 16:00 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2025, 16:00 WIB
Sektor Properti Bakal Cerah Usai BI Pangkas Suku Bunga, Intip Proyeksi Saham CTRA Cs
Penurunan suku bunga memberikan peluang besar bagi sektor properti untuk tumbuh, terutama di segmen residensial dan komersial. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Penurunan suku bunga memberikan peluang besar bagi sektor properti untuk tumbuh, terutama di segmen residensial dan komersial.

Namun, keberhasilan memanfaatkan peluang ini sangat bergantung pada kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, dan strategi pengembang dalam menarik konsumen.

Asal tahu saja, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps ke level 5,75% pada Rabu, 15 Januari 2025  dengan deposit facility dan lending facility juga masing–masing turun 25 bps ke level 5% dan 6,5%. Keputusan ini di luar ekspektasi konsensus yang memperkirakan BI Rate dipertahankan di level 6%.

Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana  menerangkan, optimisme di sektor properti terlihat dari lonjakan harga saham emiten-emiten properti di bursa. Saham seperti Bumi Serpong Damai (BSDE) dan Ciputra Development (CTRA) menunjukkan pergerakan positif yang signifikan.

"BSDE direkomendasikan untuk dibeli dengan target harga Rp1.015, mengingat proyek-proyek besar yang sedang dikembangkan dan prospek permintaan yang meningkat. Sementara itu, CTRA, dengan target harga Rp1.030, juga berpotensi meraih keuntungan dari kondisi pasar yang menguntungkan ini," kata Hendra kepada Liputan6.com, Kamis (16/1/2025).

Kombinasi antara kebijakan suku bunga rendah dan insentif pajak yang diperpanjang menjadi katalis utama bagi pertumbuhan sektor properti di tahun 2025. Dengan momentum ini, sektor properti diprediksi akan terus menjadi sorotan sepanjang tahun, seiring dengan meningkatnya kepercayaan investor dan masyarakat terhadap potensi pemulihan ekonomi yang lebih kuat.

"Para pelaku pasar diharapkan dapat memanfaatkan peluang ini dengan bijak, mengingat tren positif yang berpotensi membawa keuntungan signifikan," imbuh Hendra.

Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) menjadi kado awal tahun yang menggembirakan bagi sektor properti. Kebijakan yang diumumkan oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo, merupakan bagian dari strategi prostability dan progrowth, yang bertujuan untuk mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

"Dengan suku bunga yang lebih rendah, masyarakat akan lebih mudah mendapatkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yang pada akhirnya meningkatkan permintaan di pasar properti," kata Hendra.

 

Pertimbangkan Dinamika Global dan Domestik

Hari Ini, Indeks Harga Saham Gabungan Ditutup di Zona Hijau
Pekerja melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/7/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Perry Warjiyo menuturkan, keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan dinamika global dan domestik, termasuk arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (the Fed).

Meskipun hanya satu kali penurunan Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan tahun ini, BI melihat peluang untuk menurunkan suku bunga guna mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Di sisi lain, pemerintah turut memperpanjang insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk pembelian properti hingga Rp 5 miliar. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebutkan bahwa insentif ini memberikan diskon 100% PPN untuk pembelian hingga Rp 2 miliar pertama dari harga jual rumah, berlaku hingga Juni 2025.

Pada semester kedua, diskon tersebut akan dikurangi menjadi 50%. Kebijakan ini diproyeksikan akan merangsang daya beli masyarakat, terutama kelas menengah, sehingga meningkatkan transaksi di sektor properti. Di sisi lain, pemangkasan BI Rate ini mendorong Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan ke level 7.079 dengan kenaikan sebesar 1,77% pada Rabu, 15 Januari 2025.

Namun, meskipun penurunan suku bunga memberikan sentimen positif, penguatan IHSG di tengah ketidakpastian global tetap menghadapi tantangan. Sentimen negatif dari kebijakan ekonomi global, seperti Trumponomic dan potensi langkah-langkah The Fed, dapat membatasi reli IHSG dalam jangka panjang.

"Meskipun begitu, likuiditas yang longgar diharapkan dapat mempertahankan momentum positif, setidaknya dalam waktu dekat, dengan IHSG diperkirakan akan menguji resistance di 7.197 dan support di 7.014 dalam perdagangan mendatang," imbuh Hendra.

Untuk Januari 2025, IHSG diproyeksikan bergerak dalam rentang 7.140 hingga 7.263, dengan kemungkinan mencapai 7.300 pada kuartal pertama jika sentimen positif domestik terus mendominasi. Fundamental ekonomi yang kuat dan kebijakan pro-pasar akan sangat menentukan kemampuan IHSG untuk melanjutkan penguatannya di tengah tantangan global yang ada.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Alasan Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga jadi 5,75%

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)... Selengkapnya

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,75% pada Rabu, 15 Januari 2025. Keputusan ini menandai penurunan pertama suku bunga BI pada 2025. 

Gubernur BI, Perry Warjiyo menuturkan, pemangkasan suku bunga acuan diputuskan sesuai dengan  pandangan bank sentral yang 'pro stability dan pro growth'. Penurunan tersebut juga sejalan dengan masih terbukanya ruang penurunan suku bunga. 

"Waktunya tentu saja (pangkas suku bunga) sesuai dengan dinamika yang terjadi di global dan internasional, Dan itu terus kami terus ulang-ulang dari bulan ke bulan," ujar Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur Bank IndonesiaJanuari 2025, yang disiarkan pada Rabu (15/1/2025).

Perry lebih lanjut mengatakan, pihaknya terus memperhatikan arah kebijakan yang ditempuh bank sentral Amerika Setikat terhadap Fed Fund Rate (FFR).

"Hal itu yang kemudian menjelaskan kepada kita ada ruang ada kita manfaatkan tapi karena arah pemerintahan AS setelah Pemilihan Presiden Trump dan arah kebijakan FFR," tutur dia.

"Bulan ini uncertainty masih ada tapi kami bisa menakar arah kebijakan fiskal AS sudah mulai kelihatan dan besarnya dampak terhadap kenaikan US Treasury," Perry menambahkan.

 

Sisi Domestik

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur dalam RDG September 2024, Rabu (18/9/2024). (Tira/Liputan6.com)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur dalam RDG September 2024, Rabu (18/9/2024). (Tira/Liputan6.com)... Selengkapnya

Sementara dari sisi domestik, BI melihat inflasi Indonesia masih cukup rendah dan akan bertahan selama beberapa waktu ke depan.

Jika inflasi rendah, ruang penurunan suku bunga semakin terbuka ke depan. Selain itu, BI juga mencermati perkembangan nilai tukar Rupiah yang tetap stabil dan sejalan dengan nilai fundamentalnya.

Selain itu, BI juga mengantisipasi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah tahun ini. Pelemahan ekonomi Indonesia bahkan tercatat pada kuartal terakhir 2024.

"(Pertumbuhan ekonomi) 2024 sedikit lebih rendah dari 5% tapi di atas 5,1%. Tahun 2025, yang titik tengahnya 5,2% itu lebih rendah jadi 4,7%-5,5%. Ini menjadikan timing untuk penurunan suku bunga untuk menciptakan growth story yang lebih baik," beber Perry.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya