Cipta Perdana Bidik Pendapatan Tembus Rp 1 Triliun pada 2025

Direktur Utama PT Cipta Perdana Lancar Tbk, Hamim menyatakan momentum pertumbuhan semakin kuat pasca-IPO.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Feb 2025, 07:00 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2025, 07:00 WIB
Cipta Perdana Bidik Pendapatan Tembus Rp 1 Triliun pada 2025
PT Cipta Perdana Lancar Tbk (PART) menyiapkan ekspansi besar untuk memperluas lini bisnis pada 2025. (Foto: Isaac Smith/Unsplash)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - PT Cipta Perdana Lancar Tbk (PART) menyiapkan ekspansi besar untuk memperluas lini bisnis pada 2025. Selain memperkuat sektor manufaktur otomotif, perusahaan mulai merambah ke industri pangan dan alat pertanian.

Dengan strategi ini, PART menargetkan pendapatan pada akhir 2025 menembus Rp 1 triliun. Salah satu langkah utama dalam ekspansi ini adalah pembangunan fasilitas produksi baru seluas 8.000 m² untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi manufaktur.

Selain itu, perusahaan akan memproduksi tray food guna mendukung program makan bergizi pemerintah, dengan target produksi 1 juta unit per bulan.

Sektor pertanian juga menjadi fokus diversifikasi, dengan rencana penyediaan alat dan mesin pertanian guna memperkuat ketahanan pangan nasional. Direktur Utama PT Cipta Perdana Lancar Tbk, Hamim menyatakan momentum pertumbuhan semakin kuat pasca-IPO.

"Kami melihat potensi besar di berbagai sektor yang bisa kami sinergikan dengan keunggulan manufaktur kami," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa, 11 Februari 2025.

Ekspansi ini juga didorong oleh peluang investasi dari Malaysia, seiring dengan peningkatan kerja sama ekonomi antara kedua negara. Dengan strategi yang disusun, PART optimistis dapat memperkuat perannya dalam industri nasional dan berkontribusi terhadap berbagai program strategis pemerintah.

PART mencatat kinerja keuangan yang impresif dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan tahunan (CAGR) 27,3% sejak 2021. Pada 2024, laba bersih diperkirakan mencapai Rp 23,3 miliar dengan net profit margin 9%, dengan pendapatan 2024 optimistis sentuh Rp 267 miliar. Perseroan masih dalam proses audit laporan keuangan.

"Manajemen menargetkan pendapatan di akhir tahun 2025 akan menyentuh Rp 1 triliun lebih dengan estimasi pertumbuhan lebih dari 200 persen. Dengan asumsi tray food dan agribisnis bisa berjalan mulus pada tahun ini sesuai target perusahaan,” kata Hamim.  

Prospek Industri Manufaktur

Pengamat Pasar Modal, Hans Kwee mengatakan jika Indonesia ingin ekonomi tumbuh signifikan maka harus mendorong manufaktur untuk tumbuh 10 persen.

Seperti diketahui kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 18,67 persen pada 2023 atau 0,95 persen dari pertumbuhan 5,05 persen dan ekonomi bisa tumbuh 8 persen pada 2029, sektor manufaktur harus tumbuh 10 persen.

Salah satu faktor yang bisa mendorong pertumbuhan ini adalah program hilirisasi  di industri berbasis sumberdaya alam. Hilirisasi akan meningkatkan nilai tambah secara signifikan, menciptakan lapangan kerja dan mendorong industrialisasi yang lebih berkelanjutan.

"Negara yang telah melakukan hilirisasi cenderung memiliki ekonomi yang lebih stabil dibandingkan yang hanya bergantung pada ekspor bahan mentah. Hal Indonesia telah melakukan Hilirisasi di sektor mineral dan energi, Ini menjadi langkah yang sangat strategis untuk meningkatkan daya saing global dan memperkuat struktur ekonomi domestik," kata Hans Kwee.

Tak kalah penting, tentunya itu semua memerlukan investasi dalam teknologi dan pelatihan tenaga kerja untuk meningkatkan kualitas SDM. Sehingga terdapat keberlanjutan yang lebih baik, di mana industri manufaktur kita saat ini mempekerjakan lebih dari 18 juta per 2023 atau total 14 persen dari total angkatan kerja.

 

Kinerja Manufaktur Indonesia

Hans mencatat, kinerja manufaktur RI mencerminkan hasil positif dalam beberapa waktu terakhir, PMI Manufaktur S&P Global Indonesia naik menjadi 51,9 pada Januari 2025, naik dari 51,2 pada bulan sebelumnya. Bahkan PDB dari Manufaktur di Indonesia meningkat menjadi Rp672,13 triliun pada kuartal keempat di 2024, dari kuartal sebelumnya senilai Rp 667,63 triliun.

Adapun terkait agritech, Hans Kwee menyatakan potensi ini sangat besar, tapi tantangannya harus terlebih dahulu bisa dilalui seperti penerapan teknologi dalam pertanian, akses pendanaan dan asuransi pertanian serta akses pasar bagi hasil pertanian, hingga rantai pasok yang panjang dan tidak efisien sehingga harga rendah dan tidak stabil.

Ke depan, dengan pertumbuhan dan perkembangan teknologi, sistem pertanian kita sudah bisa menggunakan Internet of Things (OIT) untuk memantau kelembaban tanah dan nutrisi tanaman secara akurat. Penggunaan drone untuk pemetaan dan penyemprotan lahan pertanian. Untuk itu diperlukan penyesuaian inovasi dan pelatihan untuk para petani agar penggunaan teknologi dalam pertanian benar-benar efektif dan efisien.

"Potensi inilah yang bisa dimanfaatkan oleh PT Cipta Perdana Lancar Tbk (PART) untuk diversifikasi bisnisnya dan menambah potensi pendapatan yang lebih keberlanjutan,” pungkas Hans Kwee.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya