Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mulai berdampak pada sektor riil. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) melaporkan anjloknya rupiah ke level di atas 11 ribu per dolar AS telah berimbas signifikan pada ekspansi bisnis perseroan.
Direktur Utama Semen Indonesia Dwi Soejipto mengatakan, pelemahan rupiah mendorong perseroan mengeluarkan dana investasi lebih banyak. Perusahaan semen milik pemerintah ini melaporkan harus menambah kocek Rp 600 miliar untuk membangun dua pabrik baru di daerah Rembang dan Indarung.
"Dana investasi awal untuk kedua pabrik mencapai sebesar Rp 7 triliun, dengan adanya peningkatan maka dana investasi yang dikeluarkan perseroan mencapai sebesar Rp 7,6 triliun," ujar Dwi ketika ditemui dalam acara penandatanganan kerjasama dengan KPK di Gedung East Tower, Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Dwi menjelaskan, dari kebutuhan pendanaan tersebut, alokasi sebesar Rp 2,5 triliun-3 triliun menggunakan dolar AS. Alokasi tersebut hampir mencapai 42,85% dari total investasi perseroan.
Semen Indonesia memperkirakan adnaya kenaikan kebutuhan dolar sekitar 18%-20% untuk komponen investasi yang menggunakan dolar AS. "Pada saat feasibility study (FS) kita menggunakan dolar dengan acuan Rp 9.500 per dolar AS, namun dolar AS membengkak hingga Rp 11.500 per dolar AS. Itu yang membuat pembengkakan pada nilai investasi kita," tegasnya.
Dengan kenaikan nilai investasi pembangunan, perseroan mengaku harus mencari sumber dana lain guna menutupi kebutuhan investasinya. Salah satu sumber pendanaan yang tengah dikaji adalah fasilitas kredit dari Export Credit Agency (ECA) dan perbankan lokal.
Pada tahun depan, Semen Indonesia mengakui kebutuhan dana investasi terbilang kecil yaitu Rp 1 triliun. Namun dalam 2 tahun ke depan, perseroan harus menggelontorkan anggaran sebesar Rp 3,5 triliun. (Dis/Shd)
Direktur Utama Semen Indonesia Dwi Soejipto mengatakan, pelemahan rupiah mendorong perseroan mengeluarkan dana investasi lebih banyak. Perusahaan semen milik pemerintah ini melaporkan harus menambah kocek Rp 600 miliar untuk membangun dua pabrik baru di daerah Rembang dan Indarung.
"Dana investasi awal untuk kedua pabrik mencapai sebesar Rp 7 triliun, dengan adanya peningkatan maka dana investasi yang dikeluarkan perseroan mencapai sebesar Rp 7,6 triliun," ujar Dwi ketika ditemui dalam acara penandatanganan kerjasama dengan KPK di Gedung East Tower, Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Dwi menjelaskan, dari kebutuhan pendanaan tersebut, alokasi sebesar Rp 2,5 triliun-3 triliun menggunakan dolar AS. Alokasi tersebut hampir mencapai 42,85% dari total investasi perseroan.
Semen Indonesia memperkirakan adnaya kenaikan kebutuhan dolar sekitar 18%-20% untuk komponen investasi yang menggunakan dolar AS. "Pada saat feasibility study (FS) kita menggunakan dolar dengan acuan Rp 9.500 per dolar AS, namun dolar AS membengkak hingga Rp 11.500 per dolar AS. Itu yang membuat pembengkakan pada nilai investasi kita," tegasnya.
Dengan kenaikan nilai investasi pembangunan, perseroan mengaku harus mencari sumber dana lain guna menutupi kebutuhan investasinya. Salah satu sumber pendanaan yang tengah dikaji adalah fasilitas kredit dari Export Credit Agency (ECA) dan perbankan lokal.
Pada tahun depan, Semen Indonesia mengakui kebutuhan dana investasi terbilang kecil yaitu Rp 1 triliun. Namun dalam 2 tahun ke depan, perseroan harus menggelontorkan anggaran sebesar Rp 3,5 triliun. (Dis/Shd)