Fitch: Prospek Surat Utang Adaro Indonesia Stabil

Fitch Ratings memberikan peringkat BB+ untuk surat utang senior US$ 800 juta yang diterbitkan PT Adaro Indonesia.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Jan 2014, 19:45 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2014, 19:45 WIB
adaro-indonesia-140129b.jpg
Fitch Ratings, lembaga pemeringkat internasional menegaskan, peringkat surat utang senior senilai US$ 800 juta yang diterbitkan PT Adaro Indonesia di level BB+. Surat utang senior ini jatuh tempo pada 2019 ,dan dijamin oleh  induk usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO).

Mengutip dari situs Fitch Ratings, Rabu (29/1/2014), peringkat itu juga berlaku untuk long term foreign and local currency issuer default ratings PT Adaro Indonesia dengan prospek stabil. Fitch menilai, peringkat tersebut itu mencerminkan profil keuangan konsolidasi Adaro Energy. Selain itu, induk usaha perseroan diharapkan mempertahankan posisinya sebagai salah satu produsen dengan memiliki biaya terendah untuk produksi batu bara termal.

Induk usaha perseroan juga mencatatkan likuiditas keuangan solid dan belanja modal yang tidak terlalu tinggi. Fitch juga mengharapkan, Adaro Indonesia menyumbangkan kontribusi sekitar 75% laba sebelum bunga, pajak, dan depresiasi pada 2013 kepada induk usahanya. Adaro Indonesia juga telah meningkatkan utang untuk mendukung infrastruktur perseroan.

Kebijakan operasional dan keuangan Adaro pun diawasi dengan ketat oleh induk usaha dan para pemegang saham. Meski demikian, perseroan masih mendapatkan sentimen negatif dari harga komoditas batu bara melemah. Hal itu karena pertumbuhan permintaan batu bara melemah dan pengurangan produksi lebih lambat dari yang diperkirakan dalam industri.

Oleh karena itu, kinerja keuangan Adaro Energy turun. Hal ini dilihat dari earning before interest, tax, depreciation and amortization (ebitda) Adaro Energy turun menjadi US$ 665 juta hingga September 2013.

Adapun Fitch memperkirakan, harga jual rata-rata Adaro menjadi sekitar US$ 57 per metric ton pada 2014 dari periode kuartal III 2013 di kisaran US$ 58 per metric ton.

"Kami melihat pasar batu bara termal tidak mungkin pulih dalam 12-18 bulan ke depan. Batu bara juga rentan terhadap risiko regulasi di Indonesia, dan beberapa pasar ekspor," tulis riset Fitch Ratings. (Ahm)


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya