Liputan6.com, Jakarta Hidup dari keluarga yang terbilang kurang mampu membuat Benyamin kecil harus bergelut dengan pekerjaan. Bahkan, tak jarang hal itu dilakukannya di sela-sela dirinya dalam menempuh pelajaran bangku sekolah.
Saat sudah lulus SMP ia melanjutkan SMA di Taman Siswa Kemayoran. Sempat setahun kuliah di Akademi Bank Jakarta, tapi tidak tamat. Selama itu pula, Benyamin terkenal kocak, nakal lantaran berani melawan guru, tapi juga bersuara merdu. Dia punya banyak kawan di Bandung maupun Jakarta.
Jadi Kernet Bus PPD
Jadi Kernet Bus PPD
Selepas sekolah, Ben sempat bergonta-ganti pekerjaan. Pekerjaan sebagai kernet bus PPD pernah dijalani Benyamin, tapi tak lama memilih keluar karena uangnya selalu habis. Namun bukan itulah alasan satu-satunya Benyamin enggan menjadi kernet.
"Sebenarnya tidak ada pilihan lain," katanya. Pangkatnya cuma kernet, dengan trayek Lapangan Banteng - Pasar Rumput. Hal itu memang tidak lama dijalaninya. "Habis, gaji tetap belum terima, dapat sopir ngajarin korupsi melulu," tuturnya. Korupsi yang dimaksud adalah, ongkos penumpang ditarik, tetapi karcis tidak diberikan.
Benyamin sendiri mula-mula takut korupsi, tetapi sang sopir memaksa. Sialnya, tertangkap basah ketika ada razia. Benyamin pun tidak berani lagi muncul ke pool bis PPD. Dirinya lebih memilih Kabur daripada diusut.
Soal pekerjaan, Benyamin mengaku tidak punya cita-cita yang pasti. "Tergantung kondisi," kata penyanyi dan pemain film yang suka membanyol ini. Benyamin pernah mencoba mendaftar untuk jadi pilot, tetapi urung gara-gara dilarang ibunya. Dirinya juga pernah menjadi pedagang roti dorong.
Advertisement
Dicekal Soekarno
Dicekal Soekarno
Setelah menjalani kerja serabutan, Benyamin kembali melirik dunia musik ketika ditawari Kodam V Jaya untuk melatih musik.
Peruntungan Benyamin berubah ketika membentuk Melodyan Boy bersama teman-temannya di Kemayoran. Dua lagu mereka "Si Jampang" dan "Nonton Bioskop" meledak. Hal itu tak lepas dari bantuan seniman Bing Slamet yang menyanyikan ulang "Nonton Bioskop", sehingga semakin dikenal oleh masyarakat luas.
Namun, karir grup itu sempat terhambat karena Soekarno sempat melarang alunan musik yang kebarat-baratan, atau disebut 'ngak-ngik-ngok'. Grup itu memang memainkan alat musik modern, seperti gitar listrik dan organ.
Benyamin mengakali sensor negara dengan memainkan gambang kromong. Karir Ben di industri musik semakin menanjak saat bergabung dengan orkes Naga Mustika pada akhir 1960-an. Saat jatuhnya pemerintahan Orde Lama, Bang Ben kembali menggabungkan Gambang Kromong dengan sentuhan pop.(Adt/Rul)