Liputan6.com, Jakarta Drama Korea Selatan Man Who Dies to Live tengah menjadi pembicaraan. Alih-alih pujian, kritikan pedas hingga ancaman boikot yang justru banyak. Demi mendapatkan cerita yang berbeda dan unik, Man Who Dies to Live ternyata memasukkan beberapa unsur Timur Tengah, termasuk agama Islam.
Kurang melakukan research mendalam, beberapa adegan dituding melecehkan agama Islam. Di antaranya, sekumpulan wanita cantik dengan kerudung, tapi memamerkan belahan payudara.
Selain itu, ada juga adegan salat yang justru dianggap menghina dan tidak menghormati Islam. Bukan melakukannya dengan benar, pemerannya justru berhenti salat ketika atasannya datang. Hal itu dianggap menyakiti umat Muslim.
Advertisement
Baca Juga
Stasiun televisi Korea MBC yang menayangkan drama tersebut meminta maaf melalui akun media sosial miliknya, baru-baru ini. MBC menuliskan drama Man Who Dies to Live merupakan karya fiksi, tak bermaksud menghina suatu agama tertentu.
"Drama Man Who Dies to Live merupakan cerita fiksi di sebuah negara bernama Bodoantia. Seluruh karakter hingga nama tempat dan alur ceritanya merupakan karangan semata. MBC tidak bermaksud menghina suatu agama, budaya tertentu. Kami meminta maaf jika ada yang merasa tersinggung," tulis MBC.
"Sekali lagi, kami tidak bermaksud menghina orang Arab atau agama Islam. MBC meminta maaf dengan memuat permintaan maaf secara resmi kepada penonton yang merasa tersinggung," tambah MBC.
Sayangnya, permintaan maaf tim Man Who Lives to Die justru ditanggapi sinis oleh warganet. Beberapa dari mereka menyebut drama Korea Selatan tersebut mengajarkan perilaku rasis.
"Jangan bilang bahwa permintaan maaf ini hanya kamuflase. Bagaimana mungkin, cerita fiksi yang dibuat MBC justru secara tidak sengaja mirip dengan budaya Arab dan Muslim? Tampaknya ini memang sengaja dilakukan. benar-benar rasis," tulis akun Rasha di Twitter, Selasa (25/7/2017).
Pengguna Bulbaseok menambahkan, "kau menggunakan agama sungguhan sebagai jalan ceritanya. Ini bukan tidak sengaja, memang melecehkan. Kau bahkan menuliskan permintaan maaf yang terdengar semu, seperti sebuah pembenaran diri."