Liputan6.com, Jakarta Hotel Mumbai, film yang diangkat dari kisah nyata aksi terorisme yang mengguncang India pada 2008, dibuka lewat adegan yang menenangkan.
Pemandangan air laut yang bersinar keemasan ditimpa sinar matahari, ditambah dengan suara seorang pria yang menyatakan bahwa ia akan selalu ada bersama para pengikutnya.
Lalu kamera mengarah pada sejumlah pemuda yang menaiki sebuah perahu karet. Setibanya di daratan, para lelaki ini lantas berpencar dan terus berkomunikasi dengan atasannya lewat sambungan telepon.
Advertisement
Dari sini, teror dalam Hotel Mumbai dimulai.
Baca Juga
Dua pemuda dari gerombolan tersebut mengarah ke sebuah stasiun. Di situ, mereka mengeluarkan senapan otomatis dan menembak secara bertubi-tubi ke seklilingnya. Di sudut India lain, anggota kawanan ini menembaki pengunjung kafe dan dan merampas mobil polisi.
Hanya dalam 15 menit pertama durasinya, Hotel Mumbai langsung menyeret penonton dalam suasana mencekam yang penuh berondongan peluru dan lemparan granat.
Kesibukan dalam Hotel
Sementara serangan berlangsung, kegiatan di Hotel Taj tetap berlangsung seperti biasa. Chef Oberoi (Anupam Kher) tetap memimpin dapur hotel dengan tegas. Arjun (Dev Patel) yang tak bersepatu pun mendapat teguran keras darinya.
Para karyawan hotel ini berusaha keras memenuhi keinginan para tamunya. Ada pasangan Zahra (Nazanin Boniadi) dan David (Armie Hammer) yang baru dikaruniai bayi. Ada pula Vasili (Jason Isaacs) tamu Rusia yang rewel dan gemar main perempuan.
Tak ada yang menduga para teroris akan membidik tempat ini. Sampai akhirnya rentetan peluru para teroris muda ini menewaskan sejumlah tamu dan karyawan hotel. Arjun dan Oberoi memutar otak, mencari cara menyelamatkan tamunya sementara regu penyelamat tak juga datang.
Advertisement
Dari Kisah Nyata
Judul artikel ini, bahwa Hotel Mumbai menyeret penonton dalam kengerian, bukanlah satu hal yang berlebihan. Selama dua jam durasinya, sebagian besar bagian dalam film ini memang memaksa penonton untuk menahan napas. Penonton dibuat terlarut dan ikut bertanya-tanya, apakah para tokoh dalam film ini bisa selamat atau tidak.
Apalagi para penonton sejak awal sudah diberi pengertian bahwa film ini diangkat dari kisah nyata. Apa yang terjadi dalam film ini, adalah teror yang benar-benar dihadapi tamu di Hotel Taj satu dekade lalu.
Ini ditambah lagi dengan para tokoh dalam film ini pun dengan mudahnya membuat orang simpati. Berbeda dengan film aksi-laga Hollywood yang kebanyakan menghadirkan aksi heroik dari pahlawan tunggal, Hotel Mumbai menghadirkannya dari sisi orang-orang biasa. Tentang orang-orang yang ketakutan saat berhadapan kematian, tapi akhirnya berani maju demi menyelamatkan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.
Gambaran tentang Teroris
Sutradara Anthony Maras—yang juga menulis naskah film ini—menceritakan berbagai sisi tentang tokoh-tokoh di film ini dalam adegan pendek yang penuh makna. Misalnya saja tentang Arjun yang dengan sangat teliti merapikan penutup kepala yang begitu bermakna bagi penganut Sikh. Atau dialog singkat para pelaku teroris yang begitu takjub melihat toilet dengan sistem flush, mengisyaratkan latar belakang mereka yang tak berkecukupan.
Ya, Hotel Mumbai memang memberikan sedikit gambaran tentang latar belakang para pelaku terorisme. Dan hal ini mungkin bakal menimbulkan kepahitan bagi sebagian penonton. Bahwa ada orang yang dekat mudahnya memanfaatkan anak-anak muda ini dengan membawa nama Tuhan dan iming-iming uang dan surga, demi menjalankan aksi kejinya.
Advertisement
Kesan Mendalam
Penyajian serangan terorisme dari kisah nyata dalam Hotel Mumbai, memang mesti disikapi secara kritis. Pasalnya, sudah pasti ada dramatisasi dalam film ini.
Tapi sebagai sebuah film, Hotel Mumbai yang sudah tayang di Indonesia sejak Selasa (9/4/2019) ini bakal meninggalkan kesan yang mendalam, bahkan jauh setelah Anda meninggalkan kursi bioskop.