Liputan6.com, Jakarta “Di dunia ini, gue paling suka uang. Yang paling enggak gue suka guru,” ucap Taat Pribadi (Gading Marten) membuka adegan film Guru-Guru Gokil karya Samaria Sari Simanjuntak yang kita kenal lewat film Cin(t)a.
Ungkapan ini dituturkan sambil menampilkan adegan Taat dan Rahayu (Faradina Mufti) keluar dari peti kayu bersama tas berisi setumpuk uang pecahan Rp 50 ribuan. Guru-Guru Gokil lantas membawa kita ke sebuah ruang kelas.
Advertisement
Baca Juga
Adegan Guru-Guru Gokil berikutnya, Pak Purnama (Arswendi Bening Swara) yang mengenakan setelan warna cokelat berdiri di depan kelas. Purnama yang sebentar lagi pensiun tengah mengajar Bahasa Indonesia.
Taat dan Purnama
Guru-Guru Gokil memosisikan diri dengan jelas, yakni drama komedi yang berporos pada guru. Sementara cerita di balik kehidupan para guru adalah sajian pendamping dengan cita rasa beragam. Ibarat beberapa makanan yang terhidang di meja, ia terasa komplet dan mengenyangkan.
Purnama memergoki putranya, Taat, minggat dari rumah. Di daerah lain ia bekerja apa saja dari MC acara keluarga, tukang cici piring restoran sampai pesulap. Nasib buruk membawanya pulang. Taat bertemu agen penyalur tenaga kerja Romli (Rizky Mocil) yang siap mengirimnya ke kapal mewah.
Mengingat biaya pendaftaran 50 juta rupiah, Romli menyarankan Taat kerja dulu sebagai guru pengganti di SMA Gunung Asri, tempat Purnama mengajar. Di sana, Taat diminta mengajar sejarah. Ia bertemu Nirmala (Dian Sastrowardoyo), Manul (Boris Bokir), Gagah (Ibnu Jamil), Rahayu (Faradina Mufti), dan kepala sekolah Indah (Asri Welas). Suatu hari, uang gaji untuk guru dan karyawan yang disimpan di ruang Tata Usaha amblas.
Advertisement
Romantika Para Guru
Insiden raibnya uang gaji dijadikan titik klimaks. Dikemas ringkas dengan alur yang terus bergerak maju, konflik ini berjalan beriringan dengan sejumlah masalah penyerta yang berasal dari kehidupan masing-masing guru. Nirmala, Rahayu, Manul, Gagah, dan Indah punya romantika sendiri.
Diceritakan dengan porsi berbeda, mengingat tak semua romantika bertegangan tinggi. Rahayu, Nirmala, dan Purnama, menurut kami sama tingginya. Itu sebabnya, dikupas lebih detail apalagi, mereka paling sering bersinggungan dengan tokloh utama, Taat.
Orang bilang marwah genre drama lebih tinggi ketimbang komedi. Bisa jadi. Namun bukan berarti kemasan film komedi tidak lebih proper ketimbang drama. Guru-Guru Gokil membuktikannya.
Gambar Penuh Gaya
Kesan pertama menyaksikan film ini, kami jatuh hati pada sinematografi yang membidik tiap gambar dengan penuh gaya dari lanskap hingga close-up. Lanskap menampilkan indahnya panorama desa, syahdunya duduk di bawah pohon, sampai adegan manis cuci piring di rumah gebetan.
Semi close-up dan close-up membingkai ekspresi tokoh. Teknik ini efektif mentransfer emosi karakter saat ditindih masalah berat. Yang paling kentara, kala Indah menyampaikan permohonan maaf dengan menyebut sejumlah nama guru. Ekspresi Asri Welas benar jempolan. Air mukanya yang menahan tangis dengan mata memerah seketika merebut perhatian kami.
Advertisement
Aset Berharga Film Ini
Indah di tangan Asri tampak santai, kadang selengekan, tapi juga menyimpan selubung misteri. Aset berharga film ini, menurut kami, juga ada di naskah. Setiap tokoh mengemban tugas spesifik dan ini membuat para pelakon tampak tak ada yang mubazir.
Ada yang ditugasi menggawangi unsur komedi. Ada yang muncul singkat untuk dijadikan terduga sebelum menguak tirai-tirai berikutnya. Ada pula yang memperkuat romantisme. Rahabi Mandra menulis kisah yang lengkap, yakni kehidupan pengajar dari sudut pandang guru maupun muridnya. Romansa yang timbul juga muncul dari dua belah pihak.
Porsi Guru Lebih Tebal
Tentu saja, porsi guru lebih tebal mengingat ia menjadi isu utama sekaligus judul film. Hal lain yang patut diapresiasi, penyutradaraan Samaria yang beberapa kali sukses membenturkan beberapa elemen untuk menciptakan ironi.
Kepulangan Taat di adegan awal misalnya, simbol kegagalan yang diledek oleh lirik lagu, “Aku mau pulang dan membawa uang segudang, segudang uuuuuang…” Saat lagu berkumandang riang, yang tampak di layar justru muka kusam Taat.
Advertisement
Bagai Hidangan Lengkap
Guru-Guru Gokil adalah meja makan dengan hidangan lengkap. Yang mendamba kisah unyu, ada dua siswa SMA malu-malu mau. Yang ingin merenungkan pertalian keluarga, Purnama dan Taat akan menjadi materi kontemplasi sederhana sekaligus menohok. Yang ingin bermain di zona cinta usia matang, ada dua guru yang siap mengajak Anda senyum-senyum sendiri.
Guru-Guru Gokil dengan pesan yang kuat nyatanya mampu bertutur dalam kemasan enteng. Ingat, enteng bukan berarti tak ada isinya. Karena setelah menonton film ini, penulis jadi kangen bapak. Lalu teringat bahwa uang, di zaman susah dan egosentris ini, bukanlah indikator tunggal kebahagiaan. Jangan hanya menonton. Renungkan dialog Guru-Guru Gokil. Hati Anda akan terasa hangat.
Pemain: Gading Marten, Faradina Mufti, Dian Sastrowardoyo, Boris Bokir, Ibnu Jamil, Kiki Narendra, Arswendi Beningswara, Kevin Ardilova, Shakira Jasmine, Asri Welas
Produser: Dian Sastrowardoyo
Sutradara: Samaria Sari Simanjuntak
Penulis: Rahabi Mandra
Produksi: BASE Entertainment
Durasi: 1 jam, 47 menit