Review Film Pintu Surga Terakhir: Renungan untuk Anak, Cinta Seorang Ayah Tak Kalah Hebat

Pintu Surga Terakhir menampilkan pertemuan insan seni dua generasi yakni pasangan Cut Meyriska dan Roger Danuarta dengan Indro Warkop.

oleh Wayan Diananto diperbarui 13 Nov 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2021, 08:30 WIB
Pintu Surga Terakhir.
Poster film Pintu Surga Terakhir. (Foto: Instagram @rogerojey)

Liputan6.com, Jakarta Ilham (Indro Warkop), pengidap Diabetes yang hidup bareng putri semata wayangnya, Irma (Cut Meyriska). Sang istri meninggal dunia beberapa tahun silam.

Melihat Ilham hidup bergantung dengan obat dan insulin, membuat Irma berkomitmen merawat ayah sepenuh hati. Di usia kepala tiga, ia tak kunjung menikah.

Saat bekerja, Irma mengawasi Ilham lewat “mata” Kang Asep (Ence Bagus). Irma mendirikan butik busana muslim dan batik, bersama sahabatnya Asti (Tengku Nissa). Inilah resensi film Pintu Surga Terakhir.

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Tentang Irma

Salah satu adegan film Pintu Surga Terakhir. (Foto: Dok. Falcon Pictures)
Salah satu adegan film Pintu Surga Terakhir. (Foto: Dok. Falcon Pictures)

Suatu hari, Asti dan Irma menggelar pemotretan koleksi busana terbaru dengan fotografer anyar bernama Yusuf (Roger Danuarta). Rupanya, Yusuf kakak kelas Irma semasa SMA. Dulu mereka saling taksir namun Irma menolak ajakan pacaran. Asti berinisiatif mendekatkan Irma dan Yusuf.

Salah satunya, dengan membohongi Yusuf bahwa ada meeting on the weekend di rumah Irma. Dari sinilah, Ilham mengenal Yusuf dan merasa laki-laki ini cocok dijadikan menantu. Namun, Irma ragu. Kalau ia dinikahi Yusuf, siapa yang akan merawat Ilham?

 

Lajang Usia Kepala Tiga

Film Pintu Surga Terakhir. (Foto: Dok. Falcon Pictures)
Film Pintu Surga Terakhir. (Foto: Dok. Falcon Pictures)

Kisah Pintu Surga Terakhir sangat simpel. Tentang romantika lajang usia kepala tiga yang jadi sasaran tembak lingkungan sekitar lantaran tak kunjung nikah. Sang ayah getol berdoa minta jodoh.

Sahabat rajin mengungkit kelakuan Irma yang menolak saat didekati cowok. Bawahan pun punya waktu menggunjing Irma. Melelahkan, namun penulis naskah Dani Rahman punya akal agar Pintu Surga Terakhir tidak klise-klise amat.

Menyentil Perilaku Masyarakat

Adegan film Pintu Surga Terakhir. (Foto: Dok. Falcon Pictures)
Adegan film Pintu Surga Terakhir. (Foto: Dok. Falcon Pictures)

Beberapa kali ia menyentil perilaku masyarakat “religius” yang salah kaprah memaknai kajian Islam. Pengajian dijadikan ajang berburu jodoh. Hakikat mencari ilmu kemudian dinomorsekiankan. Dilontar dalam adegan santuy, efektif bikin penonton tertawa namun tetap nyelekit.

Kekuatan lain datang dari fokus Fajar membangun interaksi dan “investigasi” perjodohan tanpa harus cerewet membeberkan dalil atau kriteria jodoh ideal menurut agama tertentu. Benar, Ilham menyeleksi Yusuf dari aspek ibadah salat.

 

Cinta Bergerak Maju

Salah satu adegan film Pintu Surga Terakhir. (Foto: Dok. Falcon Pictures)
Salah satu adegan film Pintu Surga Terakhir. (Foto: Dok. Falcon Pictures)

Namun, di adegan lain Ilham justru belajar dari Yusuf soal syukur lewat hobi fotografi yang kemudian dijadikan profesi. Syukur dan waktu yang tak dapat diulang tapi bisa dikenang itulah yang membuat karakter Ilham berkembang di tengah jalan.

Kekuatan lain Pintu Surga Terakhir datang dari chemistry Roger dan Cut. Keduanya memperlihatkan gradasi yang bergerak maju dari jatuh cinta tak berani bilang, canggung, berjarak, mendekat, lalu meragu. Jalinan cinta Irma dan Yusuf menjadi salah satu kisah manis tahun ini.

Keduanya mungkin tidak seikonis Dilan-Milea yang juga disutradarai Fajar Bustomi, mengingat latar keluarga, sumber asli, dan tingkat kompleksitas karakternya jauh berbeda. 

Intreraksi Ayah dan Anak

Cut Meyriska sebagai Irma dalam Pintu Surga Terakhir. (Foto: Dok. Falcon Pictures)
Cut Meyriska sebagai Irma dalam Pintu Surga Terakhir. (Foto: Dok. Falcon Pictures)

Fokus film ini sejatinya interaksi ayah dan anak. Bahwa akhirnya, sang anak mencari cinta, itu “bonus” yang mempermanis film. Pintu Surga Terakhir mengingatkan kita bahwa di samping kasih ibu yang tak terhingga sepanjang masa, ada cinta ayah yang tak kalah hebat.

Indro Warkop membawakan tokoh Ilham dengan jenaka, ndablek, humoris, namun tahu persis kapan meremas hati penonton. Pintu Surga Terakhir barangkali bukan kisah yang utuh. Terlalu fokus pada Ilham dan Irma, membuat latar keluarga Yusuf agak samar.

Ayah Bunda Yusuf?

Indro Warkop sebagai Ilham dalam Pintu Surga Terakhir. (Foto: Dok. Falcon Pictures)
Indro Warkop sebagai Ilham dalam Pintu Surga Terakhir. (Foto: Dok. Falcon Pictures)

Kita tak melihat ayah ibunya di sepanjang film ini kecuali di pelaminan, tanpa kata, dan buram. Padahal, masih banyak yang bisa digali dari seorang Yusuf mengingat sejak awal telah mencuri perhatian.

Pintu Surga Terakhir dirilis dengan strategi promosi harga tiket 10 ribu rupiah untuk 100 ribu penonton pertama. Ia dirilis pada 11 November, di mana keesokan harinya adalah Hari Ayah Nasional. Momen yang pas.

Diharapkan strategi promosi dan timing rilis yang pas memuluskan Pintu Surga Terakhir melenggang di tangga box office. Film ini menghibur dengan pesan dan konten yang jelas. Durasi ringkas membuat tuturannya dinamis. Selamat menonton.

 

 

 

Pemain: Cut Meyriska, Roger Danuarta, Indro Warkop, Ence Bagus, Tengku Nissa

Produser: Frederica

Sutradara: Fajar Bustomi

Penulis: Dani Rahman Fauzi

Produksi: Falcon Pictures

Durasi: 1 jam, 24 menit

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya