Liputan6.com, Jakarta Free Guy kali pertama ditulis Matt Lieberman pada 2016 lalu dijual kepada 20th Century Fox dan masuk dalam fase pengembangan. Proyek ini menjadi salah satu yang mula-mula digarap setelah Fox ganti nama menjadi 20 Century Studios.
Sempat diabaikan Shawn Levy, melalui serangkaian lobi dan revisi naskah, sang sineas akhirnya jatuh hati. Siapa sangka, lima tahun kemudian Free Guy mencetak box office di tengah pandemi.
Advertisement
Baca Juga
Dengan biaya produksi 125 juta dolar AS (sekitar 1,7 triliun), film ini mengeruk pendapatan kotor 332 juta dolar AS (4,72 triliun rupiah). Inilah resensi film Free Guy, yang segera dibuatkan sekuel oleh Disney.
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Video Gim Vs. Dunia Nyata
Guy (Ryan Reynolds) salah satu karakter nonpemain di video gim Free City rilisan Soonami Games. Hari-harinya monoton. Bangun pagi, menyapa ikannya yang bernama Goldie, ngantor di bank, perampok datang, sembunyi bareng satpam Buddy (Lil Rel Howery), ulangi. Begitu seterusnya.
Suatu hari, ia melihat Molotov Girl (Jodie Comer) dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Masalahnya, dalam Free City, Guy bukan termasuk komunitas berkacamata. Ia tak bisa bertindak dengan bebas dan wajib patuh pada hukum.
Di dunia nyata, Millie Rusk (Jodie Comer) pemilik sah gim Free City gondok pada petinggi Soonami Games, Antwan Hovachelik (Taika Waititi) yang diduga mencuri hak permainan yang mendunia ini. Ia mengajak Walter McKey (Joe Keery) bekerja sama untuk mengusut pencurian ini.
Perhatian Millie seketika tertuju pada Guy yang mencuri kacamata perampok bank dan kini berhasil melihat dunia dari sudut pandang berbeda. Lebih berwarna dan hidup. Millie dikabari bahwa Guy bukan tokoh gim melainkan kecerdasan buatan.
Advertisement
Ryan Adalah yang Terbaik
Kisah berbasis teknologi ini sekilas mengingatkan kita pada Ready Player One atau The Truman Show yang mengantar Jim Carrey meraih Piala Golden Globe. Meski begitu, Free Guy terasa baru dan menyenangkan berkat sejumlah faktor. Salah satunya, pemilihan pemain.
Ryan Reynolds adalah yang terbaik yang bisa diberikan film ini. Ia mengeksekusi karakter Guy dengan baik lewat gestur dan air muka yang monoton, semembosankan rutinitasnya.
Matanya tampak hidup setelah sudut pandangnya diubah oleh kacamata dan keyakinan (bahwa seseorang tak layak menjadi penonton atas hidupnya sendiri) terbit.
Bebas dari Bayangan Deadpool
Ryan Reynolds berhasil bebas dari bayang-bayang Deadpool. Ia meyakinkan penonton bahwa Guy dengan seragam birunya yang lembut ditakdirkan untuknya. Chemistry-nya dengan para tokoh di sekitarnya tak terbantahkan.
Dari obrolan santuy dengan Buddy saat bank tempat ia bekerja dirampok, hati yang tergerak oleh Molotov Girl, hingga upayanya meyakinkan warga Free City di taman kota, membuat penonton yakin bahwa perubahan dibutuhkan untuk hidup siapa pun.
Advertisement
Kejelian Shawn Levy
Kekuatan lain film ini terletak pada kejelian Shawn Levy menuturkan cerita dengan dinamis. Temponya cepat namun tak sampai bikin bingung. Bisa jadi, ini karena sinergi yang baik dengan penyunting gambar Dean Zimmerman.
Di tangan Dean, pergerakan cerita menuntun grafik konflik hingga mencapai puncak dengan mulus. Namun dibutuhkan kerja sama dari penonton yakni fokus ke layar lebar. Jangan menoleh apalagi disambi main ponsel.
Naskah buatan Matt Lieberman brilian. Porsi utama film ini adalah perjuangan mendapatkan hak (di dunia nyata) dan perjalanan menyelamatkan diri dari kehancuran massal (di dunia gim).
Surat Cinta dari Seseorang
Kita tahu Free Guy tipe film seperti apa dan bagaimana konflik harus berakhir. Dan memang, tebakan mayoritas penonton soal penyelesaian konflik di dunia Free Guy benar adanya. Yang tidak diantisipasi penonton adalah, untuk apa kecerdasan buatan bernama Guy ini lahir dan mengapa ia harus merebut kacamata perampok.
Ini terungkap persis di pengujung film, saat Guy mengaku kenapa Molotov Girl bahwa ia hanyalah sebuah surat cinta dari seseorang. Deg. Jantung penonton kembali dipacu untuk sebuah kejutan manis yang bikin mata berkaca-kaca. Adegan dua insan saling berpandangan di seberang jalan adalah klimaks lain yang kurang diantisipasi. Air mata menetes. Bahagia. Hati hangat.
Advertisement
Bagai Oase Tak Terduga
Free Guy adalah cara lain para pekerja seni Hollywood menyatakan cinta. Unik, eksentrik, dan berhasil menggambarkan kesederhanaan cinta dalam keagungan teknologi.
Jika ditarik dalam skala yang lebih luas, posisi Free Guy sendiri sebagai sebuah film terasa krusial. Saat para raksasa Hollywood mengulik barang lawas untuk “diformat ulang” menjadi intellectual property (IP), Free Guy dengan naskah asli lahir sebagai IP baru.
Ia oase dengan level kesegaran tak terduga. Free Guy dengan kekurangan dan kelebihannya layak disebut sebagai salah satu film paling menghibur bahkan terbaik tahun ini. Buat yang kecewa terhadap film kolosal sok nyeni tapi alurnya bikin ngantuk, Free Guy adalah obat. Titik.
Pemain: Ryan Reynolds, Jodie Comer, Lil Rel Howery, Utkarsh Ambudkar, Joe Keery, Taika Waititi
Produser: Sarah Schechter, Greg Berlanti, Adam Kolbrenner, Shawn Levy, Ryan Reynolds
Sutradara: Shawn Levy
Penulis: Matt Lieberman, Zak Penn
Produksi: TSG Entertainment, 20 Century Studios
Durasi: 1 jam, 55 menit