Wawancara Khusus Awi Suryadi: Dulu Rugi Rp 1,8 Miliar, Kini Meroket Bareng 9 Juta Penonton KKN di Desa Penari

Wawancara khusus Liputan6.com bersama sutradara KKN di Desa Penari, Awi Suryadi, membahas jatuh cinta pada film dan jatuh bangun di lokasi syuting.

oleh Wayan Diananto diperbarui 11 Jun 2022, 20:00 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2022, 20:00 WIB
Awi Suryadi. (Foto: Dok. Liputan6.com)
Awi Suryadi. (Foto: Dok. Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta KKN di Desa Penari tembus 9 juta penonton pada Juni 2022. Karya sineas Awi Suryadi ini memuncaki daftar film Indonesia terlaris sepanjang sejarah, menyingkirkan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 yang memimpin selama 6 tahun.

Film KKN di Desa Penari kini menempati posisi terlaris kedua di Tanah Air. Ia hanya kalah dari Avengers: Endgame yang membukukan 11 jutaan penonton ketika menggebrak bioskop pada 2019.

Merespons kesuksesan ini, Awi Suryadi berbagi cerita seputar pengalaman di lokasi syuting, fenomena perang tiket, sistem antre karcis pakai helm, hingga tragedi tekor 1,8 miliar rupiah kala menggarap film pertama.

Awi Suryadi bukan sutradara spesialis film horor. Ia nomine Sutradara Terbaik Piala Citra FFI tahun 2010 lewat drama dewasa I Know What You Did On Facebook.

Berikut petikan wawancara khusus Liputan6.com dengan sutradara Danur: I Can See Ghosts yang juga bisa Anda tonton di kanal YouTube Liputa6 dengan mengakses tautan berikut ini.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Makna 9 Juta Penonton

Awi Suryadi. (Foto: Dok. Liputan6.com)
Awi Suryadi. (Foto: Dok. Liputan6.com)

Apa makna 9 juta penonton yang diraih KKN di Desa Penari bagi Awi Suryadi?

Awi Suryadi: Kita semua sebagai pelaku industri, sebagai filmmaker selalu punya this ideal bahwa film nasional itu bisa menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Tapi, kan itu dulu hanya sebuah ideal gitu, sebuah mimpi. Sekarang jadi kenyataan bahwa KKN di Desa Penari sudah menjadi film terlaris sepanjang masa posisi ke-2 setelah Endgame. Itu sih maknanya… Saya rasa ini kemenangan untuk semua pelaku industri film nasional.

 

Selama ini film Indonesia kalau mau rilis di pertengahan tahun bersama blockbuster Hollywood suka pikir-pikir, tapi KKN di Desa Penari berbareng dengan Doctor Strange 2?

Awi Suryadi: (Saat KKN di Desa Penari mundur untuk tayang Lebaran) semuanya langsung lebih pintar dari Pak Manoj Punjabi, (banyak) yang bilang: Wah nekat, lawan Doctor Strange, cari mati. Dan ternyata kan begitu kita tayang hari ketiga itu, kalau enggak salah penontonnya 511 ribu. Doctor Strange tayang, layar kita memang dikurangi, terus kita dari 511 ribu turun jadi 300 ribu sekian… Eh setelah Doctor Strange beberapa hari kok occupancy rate kita bagus, malah ngalahin Doctor Strange.

 

Perang Tiket KKN

Awi Suryadi. (Foto: Dok. Liputan6.com)
Awi Suryadi. (Foto: Dok. Liputan6.com)

Kemudian mengalahkan Spider-Man: No Way Home yang "cuma" 8,7 juta penonton. Perasaan Anda seperti apa mengalahkan Spider-Man?

Awi Suryadi: Susah banget untuk dideskripsikan karena memang kita semua juga enggak nyangka…  Misalnya nih KKN di Desa Penari di banyak lokasi dari siang sold out. Doctor Strange masih ada tiketnya. Akhirnya kan, saya bisa bilang sangat membanggakan di mana netizen bisa yang ngetweet: Gue engga dapat tiket KKN nih, gua nonton Doctor Strange deh. Gitu kan kayaknya, itu kan enggak pernah terjadi sebelumnya, bahwa film Hollywood film Marvel dapat overflow dari film Indonesia (dan akhirnya bisa melibas Spider-Man: No Way Home)

 

Ada beberapa fenomena seperti perang tiket. Nyari tiket KKN susahnya kayak nyari tiket konser artis Korea. Sampai antre pakai sandal dan helm?

Awi Suryadi: Saya juga baru dengar istilah ticket war nih gara-gara film KKN. Jadi orang pada komplain: Gila beli tiketnya susah banget udah kayak mau beli tiket BTS saja. Terus saya cari tahu kan dari marketing-nya MD Pictures, memang kayak aplikasi online itu bukanya jam berapa sih? Dibilangnya awalnya jam 8 kalau enggak salah. Ya sudah saya umumin di medsos saya jam 8. Tahu-tahunya banyak yang ngamuk: Mana mas? Katanya jam 8, ini gue buka jam 8 lewat 1 sudah habis tiketnya…

 

Terminator dan Rocky

Awi Suryadi dalam wawancara khusus bersama Liputan6.com. (Foto: Dok. Liputan6.com)
Awi Suryadi dalam wawancara khusus bersama Liputan6.com. (Foto: Dok. Liputan6.com)

Anda bukan orang baru di industri film. Kita flashback sebentar, kapan pertama kali Anda jatuh cinta pada film?

Awi Suryadi: Jatuh cinta sama film dari kecil banget, karena ayah saya pengusaha bioskop. Jadi sebelum zamannya teater chain kayak 21, setiap daerah punya pengusaha bioskop. Nah, ayah saya pengusaha bioskop di Lampung… Dia cukup sukses lalu mulai punya bioskop juga di Palembang kalau enggak salah ada, di Bengkulu ada, di Jambi juga ada.

 

Masih ingat enggak film pertama yang Anda tonton?

Awi Suryadi: Saya tuh hobinya nonton ke bioskop. Terus kalau film kecil sih apa, ya? Yang saya ingat mungkin Terminator. Filmnya Arnold Schwarzenegger, Terminator 1 itu yang lumayan berkesan sih sama Rocky-lah ya standar. Selalu Stallone sama Arnold.

 

Efek Claudia/ Jasmine

Poster film Claudia/ Jasmine karya Awi Suryadi yang meraih 5 nominasi Piala Citra FFI. (Foto: Dok. IMDb)
Poster film Claudia/ Jasmine karya Awi Suryadi yang meraih 5 nominasi Piala Citra FFI. (Foto: Dok. IMDb)

Masih ingat enggak produser pertama yang memercayakan project-nya untuk di sutradarai Awi Suryadi?

Awi Suryadi: Kalau yang benar-benar produser itu Maxima, Pak Yoen K. Karena (film saya) Claudia/Jasmine review-nya bagus. Cuma karena kita PH baru enggak ngerti promosi terus tayang bareng Ayat-ayat Cinta sama Hantu Ambulance pokoknya cari matilah. Produser-produser pada suka, filmmakers pada suka. Di situ Mas Riri, Mba Mira, jadi tahu nama saya. Nah Pak Yoen K dari Maxima Pictures memercayakan film ke saya. Harusnya film komedi. Karena waktu itu, kata Pak Yoen K, 21 cari film horor, jadinya diganti ke film horor Sumpah Pocong di Sekolah.

 

Kalau Film Pertama?

Awi Suryadi: Gue Kapok Jatuh Cinta. Film pertama saya itu kan kita self funding, artinya saya nulis naskah. Saya bersahabat dengan Thomas Nawilis. Dia lebih dulu terjun ke dunia entertainment. Saya tawarin (naskah ke) Thomas, dia suka. Lalu saya cari dua investor lagi. Semuanya masih circle friends.

 

Rugi Berapa Miliar?

Poster film Danur I Can See Ghosts. (Foto: Dok. MD Pictures)
Poster film Danur I Can See Ghosts. (Foto: Dok. MD Pictures)

Jujur-jujuran ya. Gue Kapok Jatuh Cinta, kan flop di pasar. Rugi berapa miliar?

Awi Suryadi: Waktu itu kita modal 3 miliar. Jadi empat orang, masing-masing 750 juta. Terus kita enggak ada duit lagi untuk promosi. Jadi kita enggak ada promosi. Seingat saya yang balik ke rekening saya itu kayaknya 300 juta kalau enggak salah. Jadi masing-masing orang rugi. Kerugiannya 450 juta. Berarti kan (total kerugian) 1,8 M.

 

Nasib baik datang tahun 2017, film Danur hari pertama ditonton 80 ribuan orang lalu berakhir di 2,7 juta penonton. Seperti apa ceritanya?

Awi Suryadi: Waktu ditawarkan ke saya bentuknya belum naskah, baru sinopsis sama treatment. Sejujurnya MD waktu itu bingung ini naskah mau diapain karena novelnya Risa Saraswati bukan horor sebenarnya… Risa cilik dan hantu-hantu cilik. Sedangkan MD mau coba bikin film horor. Setelah saya baca bukunya, saya pilih ya sudah karakter Asih saja yang kita bikin jahat. Dari situlah saya meeting dengan penulis, terus kita develop bareng.

 

Waktu itu bau cuan belum tercium?

Awi Suryadi: Ha ha ha, belum. Bahkan waktu itu Pak Manoj saja belum terlibat kan.

 

Tak Bisa Berhenti Baca

Awi Suryadi di lokasi syuting KKN di Desa Penari. (Foto: Dok. Awi Suryadi)
Awi Suryadi di lokasi syuting KKN di Desa Penari. (Foto: Dok. Awi Suryadi)

Pertama kali baca utas atau cerita dari SimpleMan tentang KKN di Desa Penari kesan pertamanya apa?

Awi Suryadi: Enggak bisa berhenti baca. Setelah kelar baca, langsung telepon MD. Saya bilang: Harus dapat IP ini. Gue mau banget megang ini. Ini bisa jadi sebuah film horor yang bikin saya semangat lagi. Waktu itu saya sudah agak jenuh (dengan genre horor). Terus MD bilang: Oh ya Wi, kita juga memang lagi kejar, tapi katanya sudah ada enam PH yang ngejar.

 

Akhirnya?

(Selesai menonton film It 2, Awi Suryadi diminta menemui produser Manoj Punjabi di kantornya. Mulanya ia menyangka ada revisi adegan Danur 3 Sunyaruri yang akan tayang di bioskop).

Awi Suryadi: Ya sudah deh saya datang ke kantornya Pak Manoj ke MD Place lantai 10. Jam setengah 11 malam. Pak Manoj datang, tahu-tahu Pak Manoj bilang: Wi, we got it (kita dapat hak untuk memfilmkan KKN di Desa Penari -red). Langsung saya berdiri lompat, peluk Pak Manoj!

 

infografis journal
infografis journal 5 Film Horor Indonesia dengan Jumlah Penonton Terbanyak. (Liputan6.com/Tri Yasni).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya