Liputan6.com, Jakarta - Aktor yang juga wartawan budaya, Eddie Karsito, akhirnya menerima peran untuk film Bunga Semerah Darah. Sebuah film yang ceritanya diadaptasi dari nukilan sastra karya penyair besar, WS. Rendra.
Bersama para pegiat film dan teater, Eddie Karsito sebelumnya juga memproduksi film berbasis karya sastra berjudul Petang di Taman. Karya masterpiece seorang novelis, penyair, dan esais Indonesia, Iwan Simatupang.
Ada beberapa artis kenamaan juga berperan dalam film ini, antara lain Tio Pakusadewo, Maudy Koesnaedi, Asrul Dahlan, Vonny Anggraeni, Widi Dwinanda, dan beberapa pemeran film lainnya.
Advertisement
Pria yang juga merupakan pegiat budaya ini tampil dengan karakter menantang. Ia memerankan tokoh preman gagu alias tunawicara.
“Berperan sebagai preman sudah biasa. Tapi jadi preman gagu belum pernah. Peran ini menantang,” ujar Eddie Karsito, saat dijumpai di lokasi shooting film Bunga Semerah Darah di pangkalan angkot Leuwinanggung, Kota Depok, Senin (27/6/2022).
Baca Juga
Tak Perlu Observasi
Untuk mendalami peran, Eddie Karsito mengaku tak perlu observasi khusus. Sebab, sepanjang hidupnya, Eddie Karsito mengaku sangat intim dengan masyarakat akar rumput, terutama preman.
Melalui lembaga sosial yang didirikannya, Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, Eddie Karsito bahkan membina anak-anak jalanan, pengamen, pemulung, janda lanjut usia, dan kaum marginal lainnya.
“Kerasnya hidup di jalanan di Jakarta aku merasakannya. Jadi gelandangan. Tidur di emperan toko. Jadi kuli bangunan. Kuli panggul di Pasar Induk Kramat Jati. Pernah jadi kenek angkot, supir oplet. Bahkan jadi timer angkot di lampu merah Keong Ciracas,” kenang perantau asal Kisaran Asahan, Sumatera Utara ini.
Advertisement
Peran Kejutan
Itu sebabnya ketika sutradara Iwan Burnani Toni mendapuknya berperan sebagai preman gagu dan timer angkot, Eddie Karsito mengaku kepercayaan ini menjadi sebuah kejutan.
“Surprise. Gue banget. Awal-awal merantau di Jakarta, dan di Depok aku ngegembel kayak gini. Cuma menjadi gagu itu perlu aku eksplor. Bagaimana setiap ucapan walau tanpa kata dapat feel-nya. Bagi gue peran tanpa dialog itu sama sulitnya. Bahkan kegaguan ini memerlukan inner,” papar aktor yang juga guru akting ini.
Mengandung Kritik Sosial
Cerita Bunga Semerah Darah mengandung kritik sosial. Menyoal masalah kemiskinan struktural. Walau ditulis sewaktu WS. Rendra masih duduk di bangku kelas 2 SMP, namun ceritanya masih cukup relevan dengan kondisi sosial masyarakat saat ini.
Cerita ditulis ulang oleh Iwan Burnani Toni dan disesuaikan dengan konteks zamannya. Mengungkap apa dan bagaimana di balik penderitaan dan perjuangan hidup yang dialami oleh para tokoh dalam cerita ini.
Ceritanya mengandung nilai-nilai pendidikan karakter yang diharapkan dapat menjadi ibrah atau pelajaran bagi generasi milenial abad ini.
“Ini semua terjadi dengan latar belakang Indonesia tahun 1950-an. Tetapi kondisi yang sama masih diperjuangkan sampai sekarang. Seperti soal kemiskinan, korupsi, premanisme, ketidakadilan, seks bebas, narkoba, dan kasus kriminal lainnya,” papar Eddie Karsito.
Advertisement