Maharya Band Berharap 100 Tahun Sumpah Pemuda Jadi Momentum Bagi Generasi Muda untuk Makin Bersatu

Momen Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, beberapa tahun lagi akan mencapai 100 tahun, membuat Maharya Band memaknai hal ini dengan sangat mendalam.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 01 Nov 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2024, 18:30 WIB
Band Maharya
Band Maharya yang terdiri dari Satria Angga, Herman Husin, dan Ruddy Karamoy di kantor Liputan6.com, Gedung KLY, Rabu (30/10/2024). (Foto: Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Maharya Band tengah menjadi salah satu dari segelintir grup musik di Indonesia yang konsisten membawa tema nasionalisme dan patriotik di semua karyanya. Tema-tema sejarah yang terinspirasi dari karya sastra dan kitab kuno Nusantara dituangkan oleh Maharya ke dalam lagu-lagu mereka.

Kini, band yang terdiri dari Satria Angga (vokal, gitar), Ruddy Karamoy U'Camp (vokal), Iram U'Camp (gitar), dan Herman Husin eks Jamrud (drum), tengah mempersiapkan 100 tahun Sumpah Pemuda sebagai momentum penting bagi mereka untuk turut andil dalam memperkuat jiwa patriotisme masyarakat.

Momen Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, beberapa tahun lagi akan mencapai 100 tahun. Tentunya, Maharya Band memaknai hal ini dengan sangat mendalam. Menurut mereka, peran para pemuda selama 100 tahun sejak digaungkannya Sumpah Pemuda, sangat berpengaruh dalam hal persatuan di Tanah Air kita.

"Semua yang berbau angka-angka keramat, seperti 100 tahun Sumpah Pemuda, seharusnya menjadi ruh utama pada persatuan. Persatuan apapun yang telah diperbuat oleh para pemuda setelah 100 tahun itulah faktanya," ucap Angga saat berkunjung ke kantor Liputan6.com di Gedung KLY Jakarta, Rabu (30/10/2024).

 

Konsepsi yang Menjadi Api Utama Persatuan

Maharya
Band Maharya yang terdiri dari Satria Angga, Herman Husin, dan Ruddy Karamoy. (Foto: Liputan6.com/Herman Zakharia)

Lebih lanjut, Angga dan rekan-rekan juga memaknai 100 tahun Sumpah Pemuda sebagai momen yang sangat penting lantaran pada 28 Oktober 1928 banyak hal yang tercetus seperti busana dan lagu kebangsaan. Mereka pun berharap 100 tahun Sumpah Pemuda menjadi api yang makin menyatukan para pemuda di seluruh Indonesia.

"Entah di fashion atau komunitas apapun, selain mencari identitas sebagai bangsa, apa sih yang kita harus pakai. Ternyata lahirnya peci atau kopiah waktu itu pada saat 28 Oktober. Lahir lagi lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan...," ujar Angga.

"Bisa enggak sih konsepsi yang ada di dalam peristiwa 28 Oktober 1928 ini pada 100 tahun Sumpah Pemuda, ini menjadi api utama kita untuk bersatu, karena ada peristiwa yang unik di angka 100 tahun Sumpah Pemuda ini," sambungnya.

 

Selalu Terinspirasi oleh Sejarah di Indonesia

Band Maharya
Band Maharya yang terdiri dari Satria Angga, Herman Husin, dan Ruddy Karamoy di kantor Liputan6.com, Gedung KLY, Rabu (30/10/2024). (Foto: Liputan6.com/Herman Zakharia)

Angga dan para personel Maharya yang juga anggota Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia dan kerap menjadi nara sumber sejarah ini, juga menekankan bahwa musik mereka tak sekadar mengusung lagu biasa. Ada hal-hal terkait sejarah dan patriotisme yang menjadi pakem utamanya.

"Maharya itu kelompok musik yang secara spesifik terinspirasi dari tema kebangsaan. Jadi musik patriotisme. Tak seperti layaknya musik-musik band lainnya," ungkap Satria Angga

"Lirik kami terinspirasi dari sastra-sastra yang dimiliki bangsa kita sejak dahulu dan telah dibakukan menjadi sumber dari segala sejarah. Konsepnya bagaimana menjadikan tulisan-tulisan itu ke dalam narasi teks kemudian kami ubah menjadi partitur musik," jelasnya.

 

Mini Album Salam Rajut Bangsa

Band Maharya
Band Maharya yang terdiri dari Satria Angga, Herman Husin, dan Ruddy Karamoy di kantor Liputan6.com, Gedung KLY, Rabu (30/10/2024). (Foto: Liputan6.com/Herman Zakharia)

Tak seperti band pada umumnya yang banyak mengusung lagu-lagu bertema rasa cinta, Maharya lebih berfokus pada menciptakan lagu tentang kondisi Tanah Air, dengan harapan nasionalisme seluruh rakyat Indonesia, terutama Gen Z bisa makin tumbuh besar.

Kesembilan lagu tersebut akan dimasukkan ke dalam sebuah album mini berjudul Salam Rajut Bangsa. Di dalam mini albumnya mencakup lagu "Matahari Terbit" karya Wage Rudolf Supratman (WR Supratman), "Jas Merah", "Indonesia Raja", dan dua lagu baru tersebut, "Bima Ibu Pertiwi" dan "Kreator".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya