Indah Dewi Pertiwi punya cara tersendiri untuk memaknai bulan suci Ramadan. Sebagai penambah wawasan keagamaan, pemilik dua album Hipnotis dan Teman Terindah ini memilih dengan menyambangi sejumlah masjid unik dan bersejarah.
Satu di antaranya, penyanyi asal Bogor yang akrab disapa IDP itu mengunjungi Masjid Lautze di Jalan Lautze, Mangga Besar, Jakarta, baru-baru ini. Masjid ini tak terlihat seperti masjid pada umumnya.
Masjid Lautze memang diperuntukkan bagi warga etnis Tionghoa yang menjadi mualaf atau baru memeluk agama Islam. Alhasil, masjid ini berbentuk menyerupai sebuah kelenteng.
Bila masjid umumnya dilengkapi dengan kubah dan menara khas, maka Masjid Lautze yang diresmikan B.J. Habibie pada 4 Februari 1994 ini berbentuk bangunan rumah toko alias ruko berlantai empat. Masjid tersebut pun didominasi warna merah dan kuning seperti kelenteng.
Melihat keunikan masjid tersebut, IDP pun mencari tahu asal muasal bangunan peribadatan umat Islam berciri Tionghoa itu kepada Haji Ali Karim, salah seorang pengurus yang juga keturunan langsung dari pendirinya.
"Jadi, kita bikin [masjid] bentuknya seperti ini supaya mereka tertarik dan bertanya soal Islam," beber Haji Ali Karim yang tak lain anak dari salah seorang muslim Tionghoa bernama Haji Karim Oei, sang pendiri Masjid Lautze, saat dijumpai tim infotainment Halo Selebriti yang ditayangkan di SCTV, Selasa (30/7/2013).
Masjid Lautze ini awalnya hanya sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Oei Tjeng hien. Adapun Haji Karim Oei atau lebih dikenal dengan nama Haji Ali Karim Oei mengontrak bangunan ruko untuk dijadikan masjid pada 1991.
Setelah tiga tahun mengontrak, tepatnya pada 1994, BJ. Habibie membeli bangunan ruko ini dari pihak pengembang. Statusnya kemudian dihibahkan langsung kepada Yayasan Haji Karim Oei. Selanjutnya pada 1995 pihak yayasan membeli sebuah ruko lagi yang berada di sebelah Masjid Lautze dan kemudian disatukan dengan masjid yang lama. Alhasil, masjid itu pun bertambah besar.
Selain tempat ibadah, Masjid Lautze juga digunakan sebagai Pusat Informasi Islam Khusus etnis Tionghoa. Bahkan banyak warga Tionghoa yang datang ke tempat ini untuk mencari tahu tentang agama Islam, kemudian mempelajarinya hingga akhirnya memeluk Islam.(Ans)
Satu di antaranya, penyanyi asal Bogor yang akrab disapa IDP itu mengunjungi Masjid Lautze di Jalan Lautze, Mangga Besar, Jakarta, baru-baru ini. Masjid ini tak terlihat seperti masjid pada umumnya.
Masjid Lautze memang diperuntukkan bagi warga etnis Tionghoa yang menjadi mualaf atau baru memeluk agama Islam. Alhasil, masjid ini berbentuk menyerupai sebuah kelenteng.
Bila masjid umumnya dilengkapi dengan kubah dan menara khas, maka Masjid Lautze yang diresmikan B.J. Habibie pada 4 Februari 1994 ini berbentuk bangunan rumah toko alias ruko berlantai empat. Masjid tersebut pun didominasi warna merah dan kuning seperti kelenteng.
Melihat keunikan masjid tersebut, IDP pun mencari tahu asal muasal bangunan peribadatan umat Islam berciri Tionghoa itu kepada Haji Ali Karim, salah seorang pengurus yang juga keturunan langsung dari pendirinya.
"Jadi, kita bikin [masjid] bentuknya seperti ini supaya mereka tertarik dan bertanya soal Islam," beber Haji Ali Karim yang tak lain anak dari salah seorang muslim Tionghoa bernama Haji Karim Oei, sang pendiri Masjid Lautze, saat dijumpai tim infotainment Halo Selebriti yang ditayangkan di SCTV, Selasa (30/7/2013).
Masjid Lautze ini awalnya hanya sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Oei Tjeng hien. Adapun Haji Karim Oei atau lebih dikenal dengan nama Haji Ali Karim Oei mengontrak bangunan ruko untuk dijadikan masjid pada 1991.
Setelah tiga tahun mengontrak, tepatnya pada 1994, BJ. Habibie membeli bangunan ruko ini dari pihak pengembang. Statusnya kemudian dihibahkan langsung kepada Yayasan Haji Karim Oei. Selanjutnya pada 1995 pihak yayasan membeli sebuah ruko lagi yang berada di sebelah Masjid Lautze dan kemudian disatukan dengan masjid yang lama. Alhasil, masjid itu pun bertambah besar.
Selain tempat ibadah, Masjid Lautze juga digunakan sebagai Pusat Informasi Islam Khusus etnis Tionghoa. Bahkan banyak warga Tionghoa yang datang ke tempat ini untuk mencari tahu tentang agama Islam, kemudian mempelajarinya hingga akhirnya memeluk Islam.(Ans)