Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan karier Bung Tomo di dunia politik dan pemerintahan sebelumnya telah dijelaskan. Di dunia politik, Bung Tomo tercatat sempat tergabung dalam Parinda dan membuat Partai Rakyat Indonesia (PRI).
Bung Tomo juga pernah menjadi anggota DPR periode 1956-1959. Ia menjadi anggota DPR dari partai yang didirikannya Partai Rakyat Indonesia (PRI).
Sedangkan dalam karier di pemerintahan, ia sempat beberapa kali ditempatkan dalam jajaran pemerintah. Bahkan Bung Tomo terpilih sebagai menteri. Untuk menduduki posisi tersebut, dibutuhkan kecakapan dan keahliaan. Bung Tomo terpilih menjadi menteri di masa kabinet perdana menteri Burhanuddin Harahap. Ia menjabat sebagai menteri sejak 12 Agustus 1955-24 Maret 1956.
Advertisement
Baca Juga
Karier baik di dunia politik dan pemerintahan juga didorong dari kegigihannya mengusir penjajah dan keberaniannya. Ia juga mewariskan semangat juang kepada generasi muda Indonesia.
Nah ternyata, bukan hanya dunia politik dan pemerintahan saja yang menarik bagi Bung Tomo. Akan tetapi, Bung Tomo juga memiliki kiprah di dunia militer. Ia sempat memegang puncak pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sedangkan Bung Tomo tidak pernah mengenyam pendidikan militer secara formal.
Berikut cerita karier Bung Tomo dalam dunia militer yang Liputan6.com rangkum dari "Bung Tomo, Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November" karya Abdul Waid:
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pendiri Tentara Keamanan Rakyat
Pendiri Tentara Keamanan Rakyat
Bung Tomo dinilai paling sering diincar oleh Belanda. Bung Tomo tumbuh menjadi sosok penggerakan perlawanan rakyat yang didukung oleh ulama dan seluruh pejuang di Surabaya. Meski ia dihantui bayang-bayang Belanda, tetapi tidak membuat dirinya takut untuk melanjutkan perjuangan.
Bung Tomo ternyata juga termasuk salah satu Tentara Keamanan Rakyat. Ia bersama empat pendiri lainnya yaitu Jenderal Sudirman, Jendderal Urip Sumoharjo, Laksamana Laut Nazir, dan Mayor Sungkono.
Ia juga menjadi salah satu pendiri karena Bung Tomo seorang pejuang sejati dan tanpa pamrih. Sejak masih muda, ia telah bertekad menjadi seorang pejuang karena ingin mengusir dan bela negara yang tengah dijajah Belanda.
TKR sebenarnya lebih tepat disebut organisasi. Akan tetapi, TKR adalah organisasi militer Indonesia yang gerakannya berdimensi militer dan perjuangan kemerdekaan. Bahkan TKR merupakan cikal bakal terbentuknya angkatan bersenjata di Indonesia.
Sejak dibentuk TKR, Bung Tomo lebih banyak menghabiskan waktu di Yogyakarta. Sesekali ia mengunjungi kota kelahirannya, Surabaya. Kemudian ke Malang dalam rangka merekatkan baringan perjuangan.
Akan tetapi, waktu Bung Tomo lebih banyak dihabiskan di Yogyakarta karena markas tertinggi berada di Yogyakarta. Selama perjalanan, TKR yang didirikan oleh Bung Tomo bersama keempat tokoh lainnya mengalami berbagai perubahan. Namun, TKR adalah cikal bakal terbentuknya angkatan bersenjata di Indonesia.
Advertisement
Menjadi Mayor Jenderal
Menjadi Mayor Jenderal
Karier Bung Tomo di dunia militer cukup cemerlang. Ia sempat menyandang pangkat kemiiteran sebagai mayor jenderal. Pangkat itu disandangnya ketika ia dilantik oleh Presiden Soekarno menduduki pemimpin Tentara Nasional Indonesia.
Ia menduduki jabatan itu bersama Jenderal Sudirman, Letnan Jenderal Urip Sumoharjo, Komodor Surjadarma, dan Laksamana Nazir. Bung Tomo pun mencapai puncak karier di kemiliteran dengan pangkat mayor jenderal.
Pangkat sebagai mayor jenderal merupakan pangkat tertinggi yang pernah disandang Bung Tomo dalam karier militernya. Ia pernah menyandang beberapa jabatan di kemiliteran antara lain Anggota Staf Gabungan Angkatan Perang RI, Ketua Panitia Angkutan Darat, dan bertanggung jawab langsung kepada Panglima Besar TNI Jenderal Sudirman.
Selain itu, penanggung jawab siaran pengumuman panggilan masuk kemiliteran RI pertama, Ketua Badan Produksi Senjata Seluruh Jawa dan Madura, Anggota Dewan Penasihat Palingan Besar Jenderal Sudirman. Hampir semua jabatan di kemiliteran yang pernah disandang pria bernama Sutomo ini diberikan langsung oleh Presiden Sukarno.
Saat menduduki jabatan itu, ia duduk dalam combined staff di markas besar Angkatan Darat yang membawahi tiga angkatan sekaligus antara lain Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut.
Bung Tomo dinilai memiliki keuletan dan loyalitas yang sangat tinggi terhadap bangsa dan negara, kemampuan berkomunikasi secara baik dengan para elite di tiga angkatan sekaligus dan pengetahuan mumpuni mengenai strategi kemiliteran.
Akan tetapi, jabatan mayor jenderal tersebut harus dilepas Bung Tomo setelah menerima telegram dari Menteri Pertahanan Kabinet V Amir Syarifudin. Telegram itu dikirim kepadanya berkaitan dengan pangkatnya sebagai mayor jenderal dan aktivitas sebagai orator. Isi dari telegram tersebut sangat pedas dan membuat Bung Tomo geram. Ia pun diberi dua pilihan yang harus dipilih salah satu. Bung Tomo pun memilih menjadi rakyat biasa.
Â
Bersambung