Liputan6.com, Banyuwangi Memasuki bulan suci Ramadhan, sumber mata air penawar di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, ramai dikunjungi warga.
Konon, air yang mengalir dari sumber di sebuah perbukitan itu, diyakini bisa menjadi penawar, bahkan menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Airnya yang bening dan segar, membuat masyarakat sekitar hingga para pengunjung lintas daerah berbondong-bondong membawa wadah penampung air untuk diminum setiap hari.
Advertisement
Apalagi pada saat puasa, kesegaran air penawar dengan sejuta khasiat yang diyakini, menjadi alasan warga untuk menyimpannya sebagai bekal buka puasa dan sahur.
Ali, salah satu pengunjung membandingkan air di sumber penawar dengan air ditempat lain memang berbeda, terlebih pada saat  puasa, dia lebih suka minum di waktu buka puasa maupun sahur menggunakan air sumber penawar.
"Namanya kan sumber penawar, ya mungkin bisa memberikan sebuah penawar. Entah penawar dahaga, penawar penyakit, dan penawar lainnya," kata Ali Sabtu (2/3/2022)
Asal Sumber Penawar
Kemudian, juru kunci sumber mata air penawar, Mustofa menyatakan kenaikan pengunjung  sudah mulai tampak dan ramai.
"Kalau bulan puasa pasti ramai, sekitar jam 2 siang ke atas, sampai hampir maghrib pasti banyak warga mengambil air. Airnya segar katanya mampu melepas dahaga saat puasa," ujar Mustofa.
Mustofa menjelaskan, asal muasal sumber mata air penawar ini dimulai dari cerita ratusan tahun silam, 3 orang murid asal pulau Madura yang telah lama mengidap penyakit diperintahkan gurunya untuk mencari sendiri obat penyakitnya yang terletak di ujung timur pulau Jawa.
Namun tak semuanya memegang teguh arahan gurunya, dua orang murid lebih memilih pulang ke Madura dan tidak melanjutkan perjalanan mencari penawar.
Tapi satu dari mereka bersikukuh mencari, sampai menemukan sumber mata air yang terpancar di sebuah perbukitan dekat dengan pesisir pantai.
Memang benar, lokasi sumber mata air penawar hanya kisaran 3 km dari bibir pantai di Desa Ketapang. Jika sebagian besar air dekat pesisir masih terasa payau, tapi tidak untuk air di sini, rasanya sangat segar diteguk, jika ditaruh di sebuah wadah, pasti menyisakan embun di bagian luarnya.
"Saya mendengar cerita ini sudah dari para pendahulu dulu, mulai saat itu mungkin Allah telah menaruh obat untuk penyakit disini, dan orang-orang merasa cocok setelah minum air disini," ujar Mustofa.
Selain mengambil air untuk diminum, tak jarang juga pengunjung memilih berendam di mata air penawar, tujuannya tetap untuk menyehatkan badan.
Advertisement
Didirikan Masjid
Tak ada tarif khusus untuk mengambil air dan mandi di mata air penawar, namun ditengah lokasi telah disediakan sebuah kotak amal, bagi siapapun yang ingin menyisihkan rezekinya.
Bertahun-tahun banyak dikunjungi, akhirnya sekitar tahun 1981 M didirikan sebuah masjid Baitul Muttaqin tepat di areal mata air penawar.
Sebelum berdiri, Kyai Hasan Kalipuro saat itu menancapkan sebuah petok sebagai tanda cikal bakal berdirinya masjid.
Beberapa tahun setelah itu, Kyai Abdul Hamid mulai mendirikan masjid dengan konsep arsitektur jaman dulu.
"Dulu disini masih alas (hutan)," ungkap Mustofa.
Hasil sedekah tanpa tarif minimum di mata air penawar, kemudian dikelola untuk merenovasi masjid Baitul Muttaqin. Kekinian masjid tersebut mengalami perombakan total di tahun 2009 lalu.
"Sekitar 70 persen pembangunan masjid diambilkan dari kotak amal itu," cetus juru kunci sumber mata air penawar.Â
Â