Sempat Terlantar Usai Dideportasi Timor Leste, 11 PMI Tulungagung dan Trenggalek Tiba di Rumah dengan Selamat

Yusuf Alma Arif, warga Desa Kaliwungu, Kecamatan Ngunut, menceritakan bahwa awalnya ia dan rombongan diajak bekerja oleh Iswanto, seorang warga Tulungagung yang sudah bekerja di Timor Leste.

oleh Tim Regional diperbarui 19 Jul 2024, 22:06 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2024, 22:06 WIB
Ilustrasi Pekerja Migran Indonesia (Istimewa)
Ilustrasi Pekerja Migran Indonesia (Istimewa)

Liputan6.com, Tulungagung - Sebanyak 11 pekerja migran Indonesia (PMI) asal Tulungagung dan Trenggalek, akhinya pulang tiba dengan selamat, usai dideportasi dari Timor Leste dan sempat terlantar di Nusa Tenggara Timur.

Sepuluh dari 11 PMI yang asal Tulungagung, Kamis (18/7) malam sekitar pukul 23.30 WIB tiba di pendopo Kabupaten Tulungagung dan dijemput perangkat desa dan keluarga masing-masing untuk dihantar kembali pulang ke rumah mereka pada Jumat dini hari.

Sementara satu PMI asal Trenggalek langsung dihantar tim Disnaker Trenggalek menuju daerah asalnya.

"Kita semua akhirnya lega saudara-saudara kita bisa pulang dengan selamat tak kurang suatu apa," ujar Penjabat (Pj) Bupati Tulungagung Heru Suseno.

Sebanyak 11 PMI ini sebelumnya diputus kontrak kerjanya secara sepihak di Timor Leste tanpa diberikan gaji ataupun pesangon. Informasi tentang kondisi mereka yang terlantar diterima dari Paguyuban Jawa di NTT, yang telah menampung dan merawat mereka selama di sana.

Selain itu, mereka sempat dijamu oleh Komandan Kodim 1604 Kupang, Kolonel Wiwit Jalu Wibowo, yang juga berasal dari Tulungagung.

Melalui koordinasi dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Tulungagung, kepulangan mereka dapat difasilitasi.

"Ke depannya, kalau mau bekerja ke luar negeri harus melihat dan melengkapi dokumennya," kata Heru.

Salah satu PMI yang dipulangkan, Yusuf Alma Arif, warga Desa Kaliwungu, Kecamatan Ngunut, menceritakan bahwa awalnya ia dan rombongan diajak bekerja oleh Iswanto, seorang warga Tulungagung yang sudah bekerja di Timor Leste.

“Pak Iswanto juga tetangga di desa,” kata Yusuf.

Semua dokumen diurus sendiri dengan biaya talangan dari Iswanto, termasuk tiket perjalanan. Mereka berangkat dengan visa kunjungan, dengan janji akan diurus visa kerja sesampainya di lokasi.

Ismanto menjanjikan gaji Rp5 juta pada Yusuf dan teman-temannya.

Namun, baru dua pekan bekerja, kontrak mereka diputus oleh Iswanto, padahal seharusnya kontrak berlangsung selama satu tahun. Mereka pun dipulangkan tanpa gaji atau pesangon.

"Kami sempat terlantar selama dua pekan,” tuturnya.

 

Dibantu Paguyuban Jawa di NTT

Beruntung, setibanya di Atambua, mereka ditolong oleh Hariyanta, ketua Paguyuban Jawa di NTT, yang kemudian menghubungi Sekda Kabupaten Tulungagung untuk memfasilitasi kepulangan mereka.

Wajah lega ke 11 PMI itu tidak dapat ditutupi. Sesampainya di Pendopo Tulungagung, mereka langsung dijamu oleh Pj. Bupati Tulungagung dan diberi santunan berupa bahan makanan pokok.

"Alhamdulillah bisa sampai di Tulungagung dengan selamat, Terima kasih pak Pj Bupati Tulungagung dan Sekda Tulungagung yang sudah memfasilitasi kepulangan kami," katanya.

Para pekerja migran itu selanjutnya dijemput perangkat desa masing-masing untuk dihantar pulang ke rumah mereka.

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya