Â
Sosok Pekerja Keras
Dudung Abdurachman, kelahiran Bandung, 19 November 1965 adalah sosok pekerja keras dan sayang keluarga. Terlahir dari keluarga yang serba kekurangan, membuat Dudung harus pontang-panting membantu mencari nafkah.
Apalagi sejak ayahnya meninggal dunia akibat penyakit liver pada 1981 silam. Dudung mau tak mau harus menjadi tulang punggung keluarga, untuk bisa menyambung hidup.
Ayahnya adalah PNS di Pangdam III Siliwangi dan harus menghidupi delapan orang anak. Dudung kemudian berkeliling asrama-asrama menjajakan kue, kerupuk, nasi, dan terasi buatan ibundanya. Akitivitas itu terus dilakoni sampai lulus Sekolah Menegah Atas (SMA).
Sewaktu SMA, Dudung bahkan memilih sekolah pada siang hari agar tetap bisa meringankan beban sang ibu mencari nafkah. Selain berjualan kue, Dudung juga menjadi loper koran. Setiap pukul 04.00 WIB, Dudung remaja beranjak dari rumahnya ke kawasan Cikabundung untuk mengambil koran-koran milik Pak Mulyono.
Motivasi Jadi Tentara
Sebelum diantar ke pelanggan, Dudung Abdurachman menyempatkan diri untuk membaca koran yang terbit pada hari itu. Dudung mengungkapkan bahwa motivasinya untuk menjadi seorang tentara, bermula dari kejadian unik saat ia mengantarkan klepon dagangan ibunya.
Tepatnya, ketika Dudung remaja hendak mengantarkan kue-kue tersebut ke lingkungan Komando Daerah Militer (Kodam) di dekat rumahnya. Dudung yang sebetulnya telah dikenal oleh warga Kodam tersebut, kala itu dicegat oleh prajurit baru yang menjaga pintu masuk.
Tak hanya mengadang Dudung masuk, prajurit itu juga menendang kue-kue dagangan ibunya hingga jatuh berserakan ke tanah. Dudung bertekad, akan menjadi tentara dan menjabat jadi perwira. Dari kisah tersebut, terbentuklah karakter yang kuat dalam diri Dudung untuk menjadi seorang tentara yang dapat hadir di tengah-tengah masyarakat.
Karir Militer
Pada Mei 2021, Dudung Abdurachman baru saja dimutasi dan ditunjuk menjadi Pangkostrad. Jabatan baru tersebut membuat Dudung menyandang bintang tiga alias Letjen. Mutasi itu berdasarkan salinan Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/435/V/2021. Surat itu ditandatangani Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Sejumlah jabatan pernah diemban pria kelahiran Bandung, 19 November 1965 itu sebelum menjabat Pangdam Jaya. Karier militernya dimulai sejak lulus SMA dan memutuskan untuk mendaftar Akabri Darat dan menjalani pendidikan hingga 1988. Pendidikan tersebut membuatnya menerima pangkat letnan dua.
Kariernya terus moncer hingga Dudung tercatat pernah menjabat sebagai Dandim 0406/Musi Rawas. Dandim 0418/Palembang, Aspers Kasdam VII/Wirabuana (2010-2011), Danrindam II/Sriwijaya (2011), Dandenma Mabes TNI, Wagub Akmil (2015-2016), Staf Khusus KSAD (2016-2017), Waaster Kasad (2017-2018), Gubernur Akmil (2018-2020) hingga Pangdam Jaya sejak Juli 2020.
Copot Baliho FPI
Saat menjabat Pangdam Jaya inilah, nama Dudung Abddurachman semakin meroket. Terlebih setelah dengan tegas memerintahkan prajurit mencopot baliho bergambar pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Syihab.
Menurut dia, baliho-baliho yang tersebar di sejumlah titik ibu kota itu menyalahi aturan. Baliho-baliho itu pernah diturunkan petugas Satpol PP, namun tetap dipasang kembali.
Dia pun meminta siapa pun harus taat pada hukum, tanpa terkecuali. Karena itu Dudung meminta baik ormas ataupun pihak manapun untuk tidak sembarangan memasang baliho.
Dilantik Jadi KSAD
Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal Dudung Abdurachman, dilantik menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Negara, Rabu (17/11/2021) siang. Pihak Istana memastikan, posisi KSAD yang ditinggalkan Jenderal Andika Perkasa resmi dilantik Presiden Jokowi langsung dipegang Dudung.
Â