Liputan6.com, London - Google telah memasarkan kacamata pintar Google Glass kepada publik di wilayah Amerika Serikat dengan banderol selangit, US$ 15 ribu atau sekitar Rp 17 jutaan.
Meski telah dijual bebas, namun penggunaan Google Glass di tengah-tengah masyarakat masih menyulut kontroversi. Banyak pihak yang merasa privasinya terancam karena Google Glass, sementara banyak pula yang merasa desain kacamata pintar besutan Google itu terlalu aneh untuk digunakan di ruang publik.
Situs berita Telegraph baru-baru in membuat survei terkait penggunaan Google Glass pada warga London, Inggris. Mereka menawarkan pada sejumlah warga untuk mencoba langsung perangkat inovatif tersebut.
Dan hasilnya pun cukup beragam. Beberapa orang mengatakan Google Glass adalah jenis perangkat yang cukup menarik dan inovatif. Namun mereka mengaku kesulitan menavigasikannya, serta belum yakin apa keunggulan Google Glass dibanding menggunakan smartphone.
"Cukup menarik, namun sulit menggunakannya. Fungsinya pun terasa belum optimal, mungkin saya masih akan lebih memilih menggunakan smartphone saja," ungkap salah satu peserta survei seperti yang dilansir laman Telegraph, Minggu (25/5/2014).
Sedangkan sebagian lainnya lebih mengomentari masalah harga Google Glass yang dibanderol terlalu tinggi. "Harganya mahal ya? Mungkin kalau harganya murah ini (Google Glass) cukup menarik," ungkap peserta survei lainnya.
Di Amerika Serikat sendiri, pro dan kontra terkait penggunaan kacamata pintar Google Glass di ruang publik terus bergulir. Setelah sempat dilarang digunakan di sejumlah tempat umum, menurut hasil survei yang dilakukan perusahaan riset Toluna, terungkap bahwa sekitar 72% warga Amerika Serikat (AS) menolak pemasaran Google Glass secara luas.
Alasan privasi dan keamanan menjadi kekhawatiran yang paling banyak diungkapkan oleh para peserta survei yang diadakan Toluna. Dua dari lima orang mengaku sangat khawatir data privasinya dapat diakses oleh orang-orang yang menggunakan Google Glass. Sementara sebagian lainnya menduga kegiatan pribadinya dapat diintai secara diam-diam oleh Google Glass.
Namun hasil survei dari Toluna juga mengungkapkan jika 28% warga AS sangat antusias dengan kehadiran Google Glass. Kacamata pintar dari Google itu dinilai mampu menjadi perangkat alternatif selain smartphone yang mampu mendukung berbagai kegiatan penggunanya.
Apa Kata Mereka yang Sudah Coba Google Glass?
Meski telah dijual bebas, namun penggunaan Google Glass di tengah-tengah masyarakat masih menyulut kontroversi.
Diperbarui 25 Mei 2014, 12:15 WIBDiterbitkan 25 Mei 2014, 12:15 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Produksi Liputan6.com
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Diutus Prabowo, Jokowi Bertolak ke Vatikan Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus
Daya Tarik Pantai Sambolo, Destinasi Wisata Alam Cantik di Anyer
Menpora Resmikan Pembangunan Arena Olahraga Es Bertaraf Internasional Pertama di Indonesia
Resep Sayur Asem Kangkung Khas Jawa Timur yang Sedap
Tren Kenaikan Harga Rumah Seken Melambat di kuartal I 2025
Aset Kripto Jadi Investasi Alternatif di Tengah Gejolak Perang Dagang?
Cinema XXI Kantongi Pendapatan Rp 929,2 Miliar hingga Maret 2025
25 April 1974: Rezim Marcello Caetano Tumbang Usai 50 Tahun Berkuasa di Portugal
Mengenal Lebih Dekat Pemain yang Bakal Jadi Perekrutan Pertama Manchester United di Musim Panas
Ulah Licik Wanita Dewasa di Pemalang, Tipu 30 Korban Kerugian Rp1 Miliar
Tak Perlu ke Tanah Suci, Ini Amalan di Pagi Hari Setara Haji dari Ustadz Khalid Basalamah
Popok Tertipis di Indonesia dengan Teknologi Jepang Hadir di MB Fair 2025