Liputan6.com, Jakarta - Salah satu faktor mengapa Silicon Valley bisa seperti sekarang ini adalah karena kawasan perusahaan teknologi itu telah berdiri sejak puluhan tahun lamanya, sehingga ekosistem ekonomi digital di sana pun otomatis telah terbentuk dan berdiri kokoh.
Dalam lawatannya ke sana bersama rombongan pemerintah dan lima perwakilan startup Indonesia beberapa saat lalu, Menteri Komunikasi dan Informasi, Rudiantara, mengatakan bahwa pihaknya sempat mengunjungi Plug and Play dan 500 StartUp. Keduanya merupakan Startup Accelerator.
"Kemarin kami mengunjungi Plug and Play dan 500 StartUp. Di kita kan belum ada yang kaya begitu. Ada sih, seperti yang digarap Telkom, tapi terbatas," terang menteri yang akrab disapa Chief RA tersebut saat ditemui usai gelaran penandatanganan nota kesepahaman antara MASTEL dan US-ASEAN Business Council, belum lama ini.
Dikatakannya, pengembangan sumber daya manusia, yang antara lain melalui program Accelerator, adalah hal yang sangat penting untuk menunjang terbentuknya ekosistem yang dibutuhkan untuk membangun ekonomi digital.
Dikutip dari Mashable, Senin (16/11/2015), Startup Accelerator dirancang untuk mendorong pertumbuhan yang cepat dari portofolio suatu perusahaan rintisan (StartUp). Beberapa aktivitasnya mulai dari bimbingan (mentorship), akses terhadap teknologi, serta ruang kantor dan komunitas yang inovatif, yang dikemas ke dalam jangka waktu singkat.
Istilah accelerator, pada praktiknya, sering tertukar dengan istilah incubator. Padahal, keduanya tidaklah sama.
Di Amerika Serikat sendiri, masih menurut informasi dari laman Mashable, incubator pertama lahir pada tahun 1959. Incubator tersebut ditujukan untuk menjadi sebuah lingkungan dilembagakan yang membantu dan memungkinkan perusahaan rintisan dan ide-ide bisnis mereka untuk tumbuh.
(why/isk)