Liputan6.com, Jakarta - Raksasa teknologi Google mengungkap lalu lintas (traffic) ke mesin pencari dan layanan lain miliknya yang dilindungi dari peretas (hacker). Hal ini adalah bagian dari upaya Google untuk mengenkripsi semua aktivitas online.
Menurut statistik yang dirilis Google, Kamis (17/3/2016), terungkap bahwa enkripsi mampu melindungi 77 persen dari permintaan (request) yang dikirim dari seluruh dunia ke pusat data (data center) Google. Angka tersebut naik dari 52 persen pada akhir 2013 lalu.
Baca Juga
Angka tersebut mencakup semua layanan Google, kecuali situs berbagi video populer YouTube, yang memiliki lebih dari 1 miliar pengguna. Meski demikian, Google berencana menambahkan YouTube ke dalam daftar rincian enkripsinya pada akhir tahun ini.
Sebagaimana dikutip dari Washington Post, Rabu (16/3/2016), secara sederhana, enkripsi merupakan takaran keamanan yang membuat acak informasi yang dikirimkan, sehingga tidak akan dapat dipahami jika dicegat oleh pihak ketiga.
Google mulai menekankan perlunya untuk mengenkripsi aktivitas online masyarakat setelah kasus Edward Snowden mencuat ke permukaan.
Mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (National Security Agency, NSA) membocorkan dokumen rahasia yang mengungkapkan pemerintah Amerika Serikat telah 'menyedot' data-data pribadi yang ditransfer melalui internet.
Diketahui, 'lubang menganga' di situs web yang tidak terenkripsi telah dieksploitasi. Hal inilah yang memungkinkan terjadinya 'pencurian' data.
Sambil menggulirkan lebih banyak enkripsi pada layanannya, Google telah menggunakan kekuatan mesin pencarinya yang berpengaruh untuk mendesak situs web lainnya agar memperkuat keamanan mereka.
(Why/Cas)