Liputan6.com, Jakarta - Saking majunya dunia teknologi dan internet, peretasan data jadi makin sering terjadi. Biasanya, peretasan tak membidik layanan sinkronisasi pada peramban.
Sayangnya, kali ini peretasan justru menyerang peramban (browser) Opera.
Baca Juga
Sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari laman Engadget, Rabu (31/8/2016), perusahaan memperingatkan pengguna bahwa mereka berhasil mendeteksi, ada peretas (hacker) yang sedang meretas sistem sinkronisasi pada peramban mereka.
Perusahaan asal Norwegia ini menduga, hacker tersebut mungkin telah memiliki akses ke rincian informasi log in pengguna Opera.
Meskipun semua password milik pengguna Opera telah dilindungi dengan enkripsi, Opera meminta pengguna untuk mengganti password semua layanan dari pihak ketiga. Hal ini dimaksudkan sebagai langkah antisipasi untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, yakni peretasan milik pengguna.
Pada dasarnya, Opera menyadari bahwa 350 juta penggunanya di seluruh dunia tak akan terpengaruh dengan dugaan peretasan ini lantaran tak menggunakan fasilitas sinkronisasi peramban.
Meski begitu, masih ada 1,7 juta pengguna aktif yang berisiko menjadi korban.
(Tin/Isk)