Kepala Bekraf: Indonesia Adalah Ladang Luas Bagi Technopreneur

'Indonesia merupakan ladang yang sangat luas bagi para technopreneur untuk memulai usahanya dan berinovasi'

oleh Iskandar diperbarui 31 Agu 2016, 13:26 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2016, 13:26 WIB
[Kiri-kanan] Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Yanson Kamto, Chief Executive KIBAR di Balai Sidang UI
[Kiri-kanan] Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Yanson Kamto, Chief Executive KIBAR di Balai Sidang UI

Liputan6.com, Jakarta - Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menyerukan kepada pelaku startup dan peserta yang hadir di tahap Ignition ke-2 Gerakan Nasional 1000 Startup Digital untuk melihat tantangan terkait dengan 16 subsektor yang dibawahi oleh Bekraf. 

Ke-16 subsektor tersebut di antaranya adalah bidang aplikasi dan developer gim, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film, animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, serta televisi dan radio.

“Ada 16 sektor dibawah sektor ekonomi kreatif selama ini masih auto pilot. Diharapkan anak muda, khususnya para calon startup founder, bisa melihat tantangan apa yang ada di 16 sektor ini," ujarnya saat menjadi keynote speaker di Ignition Jakarta gelombang kedua di Balai Sidang Universitas Indonesia.

Melalui keterangan resminya, Rabu (31/8/2016), Triawan berharap perkawinan ekonomi dan budaya yang Indonesia miliki akan semakin sering tercipta sehingga mampu melahirkan kekuatan ekonomi baru yang tidak saja bermuara pada kesejahteraan, namun juga menciptakan kekuatan ekonomi baru yang beridentitas Indonesia.

Triawan menambahkan, kekuatan ekonomi budaya daerah yang dikombinasikan dengan ranah digital akan menjadi potensi besar yang dapat memajukan Indonesia.

Untuk mengeksplorasi potensi-potensi budaya menjadi kekuatan ekonomi baru yang dapat dioptimalkan dengan pendekatan berbasis teknologi.

Triawan mengimbau kepada para pelaku startup untuk sering menggali cerita dan berdiskusi dengan pelaku seni di berbagai daerah di Indonesia, khususnya menggali elemen-elemen yang terkait dengan subsektor yang dibawahi Bekraf.

“Indonesia merupakan ladang yang sangat luas bagi para technopreneur untuk memulai usahanya dan berinovasi. Jika para technopreneur bisa melihat peluang-peluang yang ada di masyarakat dengan jeli dan kreatif, bukan hal yang mustahil bagi Indonesia untuk menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia yang tidak hanya kuat dari sisi bisnis, namun juga kuat dari sisi karakter serta keunikannya,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur E-Business Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Azhar Hasyim, mengungkapkan bahwa terciptanya 1000 Startup Digital yang lahir dari gerakan ini diharapkan mampu menjadi motor penggerak terwujudnya Indonesia sebagai kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia melalui tercapainya target transaksi e-Dagang di tahun 2020 yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar USD 130 Miliar.

"Target terealisasinya transaksi e-Dagang yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, selain kami harapkan dapat terdukung oleh lahirnya technopreneur muda penuh terobosan baru di bidang layanan dan usaha dari Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, juga kami harapkan muncul melalui UKM-UKM yang merambah ranah digital,” ujar Azhar Hasyim.

Optimisme pemerintah disambut positif oleh pelaku industri. Peter Shearer, CEO AR&Co di hadapan 200 calon Startup Founder mengatakan, “Jangan pernah merasa rendah diri dan kurang mampu. Mulai saat ini mari kita buktikan bahwa banyak perusahaan Indonesia dan tokoh-tokohnya yang berjaya di bidang teknologi."

Peter Shearer mendorong para peserta menghilangkan pemikiran untuk hanya menjadi penonton saja. Bangsa ini harus menjadi aktor jika ingin memenangkan kompetisi yang semakin ketat di era persaingan pasar bebas. 

Selain mendengarkan paparan dari pemerintah, di fase Ignition kedua ini juga dihadirkan para pakar di bidang usaha rintisan berbasis teknologi.

Beberapa di antaranya adalah Andreas Sanjaya, CEO iGrow, Hengky Prihatna Country Industry Head Google, dan Yuka Harlanda, CEO Brodo.

Mereka berbagi pengalaman, tips, dan gagasan di lima sesi yang diselenggarakan, yaitu The Startup Journey, Think Like a Founder, Making Social Impact with Technology, 9 Notions of Innovation, dan How to Scale Your Startup.

Melalui kelima sesi tersebut diharapkan para calon startup founder teredukas, termotivasi, serta memiliki wawasan yang memadai dan kesiapan diri untuk pengembangan startup yang akan dibangun.

(Isk/Ysl)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya