Bos LeEco Akui Perusahaan Alami Krisis Modal

Bos LeEco mengakui perusahaan mengalami krisis modal gara-gara melakukan ekspansi ke luar negeri yang terlalu ambisius.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 10 Nov 2016, 15:01 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2016, 15:01 WIB
Jia Yueting LeEco
Co-founder LeEco Jia Yueting (Sumber: Asia Pasific Daily).

Liputan6.com, Jakarta - Meski baru memasuki pasar Amerika Serikat pada pertengahan Oktober lalu dengan meluncurkan smartphone Le Pro 3, LeEco kelihatannya sedang mengalami kesulitan modal.

Lantaran hal tersebut, perusahaan Tiongkok yang memproduksi smartphone, smart tv, dan mobil elektrik itu bergegas menjual produknya sebanyak mungkin.

Seperti Tekno Liputan6.com kutip dari ZDNet, Kamis (10/11/2016), sejauh ini langkah bisnis LeEco begitu ambisius dan menghabiskan banyak uang.

Hal ini disebutkan langsung oleh co-founder LeEco Jia Yueting melalui sebuah surat internal kepada karyawan perusahaan. Surat itu pun menyebar hingga kalangan media di Tiongkok.

Dalam surat itu, Jia mengakui strategi ekspansi global yang begitu jauh merupakan salah satu alasan kenapa perusahaan menghadapi masalah keterbatasan modal dan sumber daya.

Oleh karena itu, Jia mengatakan LeEco akan memangkas biaya dan melakukan efisiensi operasional guna memperkuat modal. Tak tanggung-tanggung, sebagai permintaan maafnya, Jia berjanji memangkas gajinya menjadi 1 RMB atau sekitar Rp 2.000 saja. 

Investor sendiri disebut sempat terkejut dengan krisis modal yang dialami LeEco. Saham dari anak perusahaan pembesut smart tv Leshi Internet Information & Technology Corp pun dikabarkan menurun 7,5 persen minggu lalu. Hal ini disebabkan karena isu bahwa LeEco gagal melakukan pembayaran pada pemasok.

Tak berhenti di situ, surat Jia kepada pihak internal perusahaan menjadi alasan kenapa saham LeEco menurun 4,7 persen pada Senin lalu. Bahkan, saham Coolpad perusahaan yang merakit handset bersama dengan LeEco pun kabarnya turun hingga 17 persen di hari yang sama. Penurunan saham Coolpad ini merupakan yang terendah dalam tiga tahun terakhir.

Untuk diketahui, selain ekspansi bisnis yang cukup ambisius ke Amerika Serikat, pengeluaran yang signifikan dihabiskan untuk membuat mobil elektrik LeSee. Jia mengatakan, perusahaan telah menghabiskan 10 miliar RMB atau sekitar Rp 19,4 triliun khusus untuk LeSee. Mobil ini digadang-gadang menjadi pesaing Model S Tesla.

Tak hanya itu, pengeluaran lainnya juga terlihat dari penambahan jumlah karyawan baru sebanyak 5.000 orang. Padahal, banyak perusahaan teknologi lain yang justru mem-PHK karyawannya. 

(Tin/Ysl)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya