Liputan6.com, California - Ambisi Bill Gates sebagai filantropis untuk membuat dunia kian sejahtera memang dibuktikan dengan inovasi yang terkadang sulit diterima akal sehat.
Buktinya, pria pendiri Microsoft tersebut dilaporkan membuat sebuah 'parfum' dengan aroma yang tidak biasa. Ya, parfum buatannya beraroma kotoran manusia.
Advertisement
Dikutip CNET pada Jumat (18/11/2016), tujuan Gates mengembangkan parfum dengan aroma tersebut tentu disertai alasan masuk akal. Menurutnya, standar sanitasi di dunia tidak lagi sama. Maka dari itu, ia harus 'memberantas' bakteri yang tersebar ke manusia dengan membuat sebuah parfum khusus.
Advertisement
Baca Juga
Gates mengatakan, dirinya telah pergi ke berbagai negara berkembang dan melihat bagaimana buruknya kondisi toilet di kota-kota yang ada di negara itu.
"Sayang, banyak yang tidak menggunakan toilet yang sudah disediakan karena sangat bau. Akibatnya, warga harus buang air besar di area yang tidak semestinya. Saya harus menemukan solusi agar ini tidak menjadi berkelanjutan,” tutur Gates menjelaskan.
Karena itu, Gates memutuskan untuk membuat parfum yang juga berfungsi sebagai sanitizer dan disinfektan untuk membersihkan toilet. Selain itu, parfum tersebut juga memberikan aroma khusus agar pengguna tidak lagi mencium aroma asli dari toilet.
Untuk mengembangkan parfum beraroma feses itu, yayasan Gates yang bernama Bill and Melinda Gates Foundation bermitra dengan perusahaan parfum kenamaan asal Swiss, Firmenich.
Firmenich dikenal sebagai perusahaan yang juga bekerjasama dengan Hugo Boss dan Raplh Lauren menciptakan wewangian dengan aroma nyentrik dan unik. Namun kali ini, tantangan mereka adalah membuat aroma yang berasal dari lubang kloset.
"Ada sekitar 800 ribu anak-anak di seluruh dunia mati setiap tahunnya. Kematian mereka disebabkan penyebaran bakteri akibat lingkungan yang tidak bersih," kata Patrick Firmenich, pimpinan dari Firmenich.
Lalu, jika bertujuan untuk 'menghilangkan' bau toilet dengan aroma parfum, mengapa parfum buatan Gates dan Firmenich ini harus memiliki aroma yang sama dengan bau toilet?
Firmenich menganalogikan cara kerja parfum tersebut pada sebuah headset dengan teknologi noise cancelling. "Bayangkan jika pengguna memakai headset dengan teknologi peredam suara. Headset itu akan menyalakan musik yang men-distract telinga pengguna dari suara di luar headset. Secara tak langsung, jenis distraksi yang dibuat kan juga dari suara di dalam headset," jelas Firmenich.
"Nah, sama halnya dengan parfum ini. Jika disemprotkan ke dalam toilet, pengguna akan fokus mencium bau dari parfum tersebut ketimbang bau asli dari toilet," lanjutnya.
Parfum tersebut ternyata menggunakan komposisi aroma khusus yang dapat membuat cara kerja otak manusia mengatur untuk menerima aroma mana yang harus dicium.
"Ada satu komposisi spesial di mana bisa membuat pengguna menolak bau asli dari ruangan itu. Meski parfum ini beraroma feses, tidak seburuk bau aslinya kok," pungkas Firmenich.
(Jek/Cas)