Kapoocino, Media Sosial Buatan Arek Suroboyo

Aplikasi besutan arek Suroboyo, Kapoocino, menyuguhkan layanan berbeda yaitu mengajak para pengguna saling berinteraksi lewat kuis.

oleh Andina Librianty diperbarui 15 Mar 2017, 21:00 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2017, 21:00 WIB
Achmad Izzag
CMO Kapoocino Achmad Izzag. Liputan6.com/ Yuslianson

Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi buatan arek Suroboyo, Kapoocino, turut meramaikan dunia media sosial. Aplikasi ini menyuguhkan layanan yang berbeda yaitu mengajak para penggunanya saling berinteraksi melalui kuis tebak-tebakan.

Kapoocino didirikan oleh empat sekawan asal Surabaya, Bahtera Jaya, Eduardus Tantular, Fendy Mahatma, dan Achmad Izaag. Aplikasi ini pertama kali meluncur di Google Play Store pada Agustus 2016.

Diungkapkan Izaag, Kapoocino berbeda dengan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Snapchat yang saat ini banyak digandrungi netizen. Salah satu daya tarik utama yang tidak dimiliki kompetitor global tersebut yaitu media sosial berbasis kuis.

Para pengguna membuat posting-an mereka berupa kuis, yang dilengkapi dengan opsi jawaban untuk teman-temannya. Dengan demikian bisa terjalin komunikasi interaktif di antara mereka, tidak hanya sekadar memberikan respons berupa emoticon atau komentar.

"Saat ini menggunakan media sosial itu kan mudah, hanya tinggal upload saja. Tapi dengan fitur kuis ini, pengguna harus kreatif untuk mendapatkan respon dari temannya. Nah ini yang membuat kami berbeda," jelas Izaag di Kantor Redaksi Liputan6.com, SCTV Tower, Jakarta, Rabu (15/3/2017).

Di luar kuis, pengguna tetap bisa membuat posting-an biasa seperti di media sosial lain. Selain itu, Kapoocino juga dilengkapi dengan berbagai konten lain, seperti artikel dan channel, yang membuat layanan tersebut semakin menarik.

Untuk mengisi konten artikel, Kapoocino bekerja sama dengan media lokal dan memiliki penulis sendiri. Artikelnya selalu diperbarui setiap tiga kali sehari.

Investor dan monetisasi

Kapoocino belum genap setahun berdiri, dan sata ini masih menghadapi berbagai kendala, salah satunya soal modal. Izaaq mengaku belum ada investor luar yang menanamkan modalnya di Kapoocino, tapi bukan berarti startup tersebut tidak pernah dilirik.

"Dulu saat pengguna kita baru enam ribuan, ada investor India yang tertarik dengan Kapoocino. Namun karena berbagai alasan, kami tolak tawaran tersebut sehingga modalnya saat ini masih ditanggung sendiri," tutur Izaag.

Sejak awal berdiri sampai Februari 2017, Kapoocino memiliki sekira 22 ribu pengguna. Jumlahnya diharapkan mencapai 100 ribu dalam waktu dekat ini, sehingga proses monetisasi dapat berjalan dengan lebih mudah.

Sebagai sebuah startup atau perusahaan rintisan, meraup keuntungan tentu menjadi keinginan setiap perusahaan. Hal ini pula yang diharapkan Kapoocino. Seiring dengan peningkatan jumlah pengguna dan trafik, kata Izaag, Kapoocino bisa semakin fokus dengan monetisasi.

Saat ini proses monetisasi Kapoocino terbatas, mengingat jumlah pengguna loyal yang belum terlalu besar.

"Sebenarnya kami ingin monetisasi sejak jumlah pengguna 10 ribu, tapi saat itu belum yakin. Karena belum punya basis pengguna loyal yang bisa membantu klien kami. Tapi seiring bertambahnya jumlah pengguna (loyal), peluang monetisasi semakin besar," ungkap Izaag.

(Din/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya