Terang Tiada Tara, Inikah Satelit Pengganti Bulan?

Satelit ini merupakan hasil kerjasama Badan Antariksa Rusia Roscosmos dengan Moscow State Mechanical Engineering University.

oleh Jeko I. R. diperbarui 04 Jul 2017, 06:30 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2017, 06:30 WIB
Satelit
Mayak, satelit lampu raksasa besutan Badan Antariksa Rusia. (Foto: Mirror)

Liputan6.com, Moscow - Badan Antariksa Rusia (Roscosmos State Corporation) dikabarkan akan meluncurkan satelit baru dalam waktu dekat. Tercatat, dalam waktu dua pekan lagi, satelit tersebut akan diterbangkan ke luar angkasa.

Satelit bernama Mayak itu diklaim akan menjadi lampu 'raksasa' yang menerangi Tata Surya. Bahkan, saking terangnya, satelit diklaim bisa menggantikan posisi Bulan yang saat ini menjadi objek paling terang di luar angkasa.

Mayak memiliki ukuran kecil, kira-kira seukuran dengan bola rugby. Namun, saat mencapai orbit di luar angkasa, ia akan membuka panel reflektor solar besar berbentuk piramida. Panel tersebut akan 'menyerap' cahaya Matahari dan memantulkannya kembali di luar angkasa.

Ilmuwan Roscosmos menyatakan satelit baru bisa mampu memendarkan cahaya dalam ukuran (skala magnitude) -5. Dalam ukuran sebesar itu, Mayak baru bisa menjadi objek paling terang nomor dua di luar angkasa setelah Bulan.

Mayak adalah satelit yang dibangun di dalam komponen CubeSat dengan bobot hanya sebesar 3,6 kilogram. Sementara, panel reflektornya berukuran 170 meter persegi dan terbuat dari material polymer film, 20 kali lebih tipis dari rambut manusia.

Salah satu tujuan utama Mayak adalah ingin memberikan cahaya refleksi Matahari dengan menerangi beberapa wilayah di Bumi.

"Kami ingin membantu para petani agar panen mereka punya hasil yang memuaskan. Karena itu, Mayak bisa 'memperpanjang' waktu di siang hari dengan cahaya tambahannya." kata Alexander Shaenko, pimpinan proyek Mayak.

Tak cuma itu, Shaenko juga menjelaskan bahwa Mayak juga berperan menjadi lampu untuk membantu para astronot mencari sampah-sampah di luar angkasa (debris) yang mendekati Bumi. Dengan pencahayaan ekstra, debris lebih mudah untuk ditemukan dan mereka dapat dibakar di lapisan atsmofer Bumi.

Menurut informasi yang dilansir Mirror pada Selasa (4/7/2017), Mayak dijadwalkan terbang pada 14 Juli 2017. Satelit ini adalah satelit hasil patungan crowdfunding dari Moscow State Mechanical Engineering University dan Roscosmos. Diketahui, pembangunan satelit tersebut menghabiskan biaya sebesar US$ 30.000 atau sekitar Rp 399 juta.

(Jek/Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya