Jual Beli Ransomware di Dark Web Tumbuh 2.500 Persen Setahun

Aktivitas jual beli ransomware di dark web mengalami peningkatan drastis, yakni 2.500 persen dalam setahun.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 27 Okt 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2017, 18:00 WIB
banner serangan Ransomware WannaCry
Ilustrasi Hacker

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah laporan dari tim peneliti Carbon Black menyebutkan jual beli ransomware di Dark Web meningkat 2.500 persen dalam setahun. Nilai pasar ransomware tahun ini diprediksi US$ 6,2 juta (sekitar Rp 84,9 miliar) dari sebelumnya US$ 249 ribu (sekitar Rp 3,4 miliar) pada 2016.

Seiring dengan serangan ransomware jenis GoldenEye dan WannaCry di dunia tahun ini, laporan juga menyebut kerugian akibat ransomware diperkirakan mencapai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,6 triliun.

Dikutip dari Daily Mail, Jumat (27/10/2017), laporan tersebut mengungkap, penjahat siber memberdayakan para pemula untuk meluncurkan serangan ransomware menggunakan kit-do-it-yourself.

Tercatat, lebih dari 6.300 toko online menjual 45 ribu jenis ransomware. Berdasarkan penelitian, jenis ransomware yang ditawarkan mulai dari lock screen ransomware yang menargetkan perangkat Android (dijual US$ 100 atau sekitar Rp 1,3 jutaan) hingga custom ransomware berikut source code-nya (dijual lebih dari US$ 1.000 atau sekitar Rp 13,6 jutaan).

Laporan juga mengungkap, penjual ransomware mendapatkan penghasilan hingga US$ 100 ribu (sekitar Rp 1,3 miliar) per tahun dari penjualan ransomware. Padahal, pengembang software rata-rata berpenghasilan US$ 69 ribu per tahun (sekitar Rp 945,2 jutaan).

Adapun pertumbuhan pasar uang tebusan ransomware banyak dibantu oleh penggunaan Bitcoin dan browser Tor anonim yang memungkinkan komunikasi anonim sehingga transaksi sulit dilacak.

Disebutkan juga, perilaku korban yang mau menebus datanya yang kena serangan turut berdampak pada pasar ransomware. Berdasarkan survei, 52 persen responden bersedia membayar tebusan.

Dari jumlah tersebut, 59 persen mengaku bersedia membayar senilai Rp 1,3 juta, 29 persen mau membayar hingga Rp 6,9 juta, dan 12 persen mengaku mau membayar di atas Rp 7 juta untuk mendapatkan kembali data mereka yang disandera ransomware.

"Pasar ransomware akan terus tumbuh jika orang tetap rela membayar uang tebusan," kata laporan tersebut.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya