Liputan6.com, San Francisco - Mantan CEO sekaligus co-founder Uber Travis Kalanick yang mengundurkan diri dari jabatannya pada Juni 2017, kini berencana menjual 29 persen sahamnya di Uber kepada Softbank.
Mengutip laman CNBC, Sabtu (6/1/2018), perkiraan nilai saham yang dijual Kalanick senilai US$ 1,4 miliar atau setara Rp 20 triliun.
Advertisement
Baca Juga
Penjualan saham ini merupakan bagian dari penawaran tender antara Softbank dan Uber.
Dikonfirmasi kepada seorang sumber, Travis Kalanick sebenarnya ingin menjual setengah dari saham yang dimilikinya di Uber, tetapi dia harus membatasi jumlah tersebut karena sebuah kesepakatan antara perusahaan dan pembelinya.
Sementara itu, dalam laporan Reuters, Kalanick sebenarnya menawarkan untuk menjual separuh sahamnya di Uber, akan tetapi karena ada batasan dari Softbank, dia hanya menjual 29 persen dari total sahamnya.
Sekadar diketahui, mantan CEO Uber yang digantikan oleh Dara Khosrowshahi itu memiliki 10 persen saham Uber. Artinya, dia hanya menjual sekitar sepertiga dari total saham Uber atau sekitar US$ 1.4 miliar.
Adapun juru bicara Travis Kalanick menolak untuk berkomentar. Namun penjualan saham tersebut merupakan penjualan saham Uber pertamanya.
Uber Diretas
November 2017, Uber diwartakan mengalami peretasan terhadap 57 juta data pelanggan dan 7 juta mitra pengemudi. Peretasan ini terjadi tahun 2016, yakni setahun sebelum Dara Khosrowshahi menjabat sebagai CEO.
Mengutip laporan Mashable, data yang dibobol hacker di antaranya adalah nama, alamat email, serta nomor telepon sekitar 50 juta pengguna dan 7 juta mitra pengemudi.
Parahnya, selain data-data pribadi tersebut, 600 ribu pelat nomor kendaraan mitra pengemudi juga termasuk data yang dicuri. Untungnya tidak ada nomor jaminan sosial dan informasi detail mengenai sopir yang bocor.
Dalam pernyataannya, Uber menyebut, dalam kasus ini tidak ada tanda-tanda kecurangan dari oknum karyawan maupun pihak dalam Uber.
"Kami tidak melihat ada bukti kecurangan atau penyelewengan kewenangan terkait masalah ini. Kami terus memantau akun-akun pengguna yang terdampak serta telah menandai untuk perlindungan terhadap kecurangan," kata Uber dalam pernyataannya.
Menurut informasi dari Bloomberg, alih-alih menyelesaikan, Chief Security Officer (CSO) Joe Sullivan malah berupaya menutupi kasus peretasan itu dengan membayarkan uang tutup mulut senilai US$ 100 ribu (sekitar Rp 1,35 miliar) kepada hacker.
CEO baru Uber, Dara Khosrowshasi pun tidak senang atas penyelesaian kasus tersebut. "Tak satupun dari masalah ini seharusnya terjadi. Saya tidak akan memaafkan hal ini. Kami akan mengubah cara berbisnis perusahaan," kata Khosrowshasi kepada Bloomberg melalui email.
(Tin/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement