Managing Director PHD: Jangan Menghindari Teknologi

Menghadapi perkembangan zaman, tidak ada gunanya melawan perkembangan teknologi.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Feb 2018, 18:30 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2018, 18:30 WIB
Roy Simangunsong
Roy Simangunsong. Dok: Tommy Kurnia

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa tahun ini kita sering melihat banyaknya pengemudi konvensional di berbagai negara melancarkan protes besar-besaran terhadap pengemudi online.

Fenomena itu adalah gejolak yang terjadi saat teknologi melakukan perubahan drastis pada kehidupan manusia.

Gejolak yang terjadi karena ada kalangan yang memilih mengikuti perkembangan teknologi, dan malah ada kalangan yang tidak mengikuti perkembangan.

Transportasi online hanyalah satu contoh, kelak akan banyak lagi inovasi-inovasi terbaru yang akan mengubah pola hidup manusia.

Contohnya, sekarang kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) sudah semakin gencar, juga adanya inovasi blockchain, rumah pintar bahkan microchip yang ditanam ditubuh manusia untuk berbagai keperluan.

Lantas bagaimana harusnya sikap kita?

Managing Director PHD Media Roy Simangunsong menyarankan agar jangan menghindari teknologi, karena perkembangan teknologi hanyalah masalah waktu, sehingga menghindarinya adalah percuma.

"Semua teknologi tidak bisa dihindarkan. Teknologi, it's just the matter of when (teknologi, ini hanya masalah kapan)," ungkapnya pada acara diskusi tentang inovasi masa depan, di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (22/2/2018).

PHD Media sebagai perusahaan yang punya spesialisasi di bidang komunikasi dan strategic thinking dalam level global memang telah mendalami pengaruh teknologi pada masyarakat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kehidupan Manusia Akan Seperti di Film Fiksi Ilmiah

Irina Shayk di Catwalk New York Fashion Week
Model Irina Shayk melenggang ditemani robot sambil membawakan koleksi desainer Philipp Plein dalam New York Fashion Week 2018, Sabtu (10/2). Robot warna hitam yang bentuknya menyerupai Transformers itu lalu berjalan di sepanjang catwalk (AP/Craig Ruttle)

Kehadiran AI di dalam kehidupan manusia sehari-hari memang terdengar seperti di film-film, nyatanya masa depan umat manusia memang akan semakin mendekati film fiksi ilmiah. Demikian prediksi PHD media yang percaya masa depan umat manusia dan teknologi akan terhubung erat.

PHD mengedepankan ide yang dirlis dalam buku berjudul 'Merge', yang berati penggabungan. Di dalam rilisnya, PHD membeberkan beberapa teknologi yang dapat menghubungkan manusia dengan mesin.

Dalam konferensi yang akan diadakan di Jakarta, PHD membahas beberapa teknologi yang dapat "bergabung" dengan manusia.

Beberapa di antaranya adalah "penyewaan" jaringan otak untuk kapasitas ingatan manusia, microchip tidak terlihat dan nano-bots yang akan mampu memonitor kesehatan dan memprediksi ancaman penyakit, rumah dan kota cerdas, mobil yang berkendara sendiri, dan banyak lagi.

PHD pun optimistis, sejumlah teknologi yang disebutkan di atas dapat terjadi hanya dalam 30 tahun ke depan.


Negara-negara Maju di Asia Berlomba Meneliti AI

Segmen 2: Wisata Murah ke Singapura
Tempat yang wajib dikunjungi saat melancong ke Singapura adalah kawasan Merlion Park.

Di Asia, Tiongkok siap menghabiskan banyak dana untuk mengembangkan kecerdasan buatan. Jepang dan Singapura juga turut ikut meneliti.

Tercatat, semenjak 2011-2015, Tiongkok merilis sekitar 41.000 publikasi terkait kecerdasan buatan, peringkat selanjutnya ada Amerika Serikat dengan 25.500 publikasi, dan selanjutnya ada negara Asia lain yakni Jepang yang merilis 11.700 publikasi. Demikian laporan Times Higher Education pada 2017.

Meskipun Tiongkok memiliki jumlah publikasi terbesar, ternyata Singapura dan Hongkong yang justru menempati peringkat atas dalam hal sitasi publikasi terkait kecerdasan buatan. Dalam hal sitasi, Tiongkok hanya peringkat 34. 

Institusi yang berasal dari Singapura juga mendominasi peringkat 10 besar dalam daftar sitasi tentang kecerdasan buatan. 

Ada dua universitas dari Singapura yang masuk 10 besar universitas dengan sitasi tertinggi untuk bidang kecerdasan buatan, yakni Universitas Teknologi Nanyang yang berada di peringkat ketiga dan Universtias Nasional Singapura yang berhasil menduduki peringkat kesembilan.

(Tom/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya