Liputan6.com, Jakarta - Para penipu seakan tidak pernah kehabisan cara untuk menjerat korban, termasuk memanfaatkan layanan populer seperti Go-Jek. Kali ini, aktris Gritte Agatha mengaku hampir menjadi korban penipuan undian berhadiah mengatasnamakan Go-Jek.
Gritte mengungkapkan pengalamannya tersebut melalui sebuah video yang diunggah ke YouTube. Ia mendapatkan telepon dari seseorang yang mengaku karyawan Go-Jek pada Rabu (17/1/2018).
Orang yang meneleponnya menyampaikan, ia memenangkan undian berhadiah melalui proses penyeleksian pada awal 2018. Gritte diklaim mendapatkan bonus Go-Pay senilai Rp 1 juta.
Advertisement
Baca Juga
Gritte yang awalnya sudah curiga, terlibat percakapan selama beberapa menit dengan orang yang diyakininya sebagai penipu tersebut. Ia pun berpura-pura mempercayai penelepon.
Di tengah percakapan, penipu tersebut bermaksud mengirimkan hadiah undian Rp 1 juta ke saldo Go-Pay. Nah di sinilah teknik penipuannya dimulai.
Penipu tersebut memanfaatkan sistem login Go-Jek, yang selama ini dinilai memiliki tingkat keamanan rendah. Hanya berbekal nomor ponsel korban, sistem Go-Jek akan secara otomatis mengirimkan password login ke nomor telepon bersangkutan.
Jika penipu berhasil mengetahui nomor kode tersebut, maka ia bisa dengan mudah menguasai akun korban menggunakan ponsel lain.
Pelaku pun menggunakan modus operandi yang sama yaitu meminta nomor kode login akun Go-Jek milik Gritte. Beruntung, ia sadar itu penipuan dan tidak memberikan nomor kode yang asli.
Gritte mengaku ini adalah kali kedua ia menjadi korban penipuan serupa. Sayangnya pada kasus terdahulu, penipu berhasil mengambil semua saldo Go-Pay miliknya.
"Dulu aku pernah ketipu juga sama Go-Jek (ketika menggunakan layanan Go-Jek), jadi aku hati-hati dan cepat tanggap sekarang," ungkapnya.
Berbekal pengalamannya, Gritte mengimbau masyarakat terutama pengguna Go-Jek untuk selalu berhati-hati dengan tidak mudah memercayai informasi yang diterima.
Go-Jek Akan Depak Driver yang Antar 'Tuyul'
Bisnis Go-Jek sebagai layanan ride-sharing tidak melaju tanpa halangan. Selain penipuan oleh pihak tak bertanggungjawab, ada juga kasus driver curang yang memanfaatkan aplikasi palsu dan menggunakan illegal access system electronic atau aplikasi Fake GPS.
Menanggapi masalah tersebut, Go-Jek mengatakan memiliki kode etik yang mengatur tata kelola pelayanan mitra driver. Bila ada mitra driver yang terbukti melakukan pelanggaran atau kecurangan, perusahaan menegaskan akan mendepaknya.
"Mereka (driver) akan kami kenakan sanksi tegas, termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini guna menjaga kualitas layanan kepada pelanggan, sekaligus untuk menghargai para mitra-mitra lain yang bekerja keras secara baik dan jujur untuk kehidupan mereka dan keluarga," kata manajemen Go-Jek kepada Tekno Liputan6.com pada bulan lalu.
Advertisement
Pakar: Banyak Order Fiktif, Sistem Verifikasi Go-Jek Lemah
Praktisi keamanan siber, Pratama Persadha menilai sistem verifikasi akun Go-Jek masih lemah karena order fiktif masih bermunculan. Order fiktif tersebut bukan hanya merugikan driver, tapi juga pelanggan Go-Jek.
Menurut Pratama, Go-Jek seharusnya memiliki sistem verifikasi yang lebih rinci, sehingga dapat mencegah munculnya akun palsu. Sejauh ini, katanya, pihak Go-Jek bisa dibilang hanya mengandalkan verifikasi melalui nomor telepon.
"Padahal kalau hanya pakai nomor telepon, bisa disalahgunakan karena kartu perdana di Indonesia kan sangat mudah dibeli oleh siapa saja. Seharusnya proses verifikasi akun harus lebih rinci, seperti memeriksa kembali identitas yang diberikan dan menelepon balik si pembuat akun," jelas Pratama.
(Din/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: