Liputan6.com, Beijing - Pemerintahan Tiongkok mengejutkan dunia dengan memberikan izin pada Xi Jinping untuk menjadi presiden seumur hidup.
Di negara yang hobinya melakukan penyensoran ini, para aparat mengawasi para pengguna media sosial di Tiongkok untuk menghilangkan kritik terhadap Xi Jinping.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir dari The Globe and Mail, Selasa (13/2/2018), seorang mahasiswa bernama Yan (nama samaran) mendapat "kunjungan" dari aparat karena ulahnya di media sosial.
Yan yang masih berusia 19 tahun dikunjungi dengan alasan ada pemeriksaan dokumen rutin, tidak lama kemudian polisi langsung blak-blakan mengungkapkan niat mereka.
"Mereka bertanya padaku apa yang aku pos di Weibo," ucap Yan. Weibo adalah media sosial yang masih dibolehkan di Tiongkok dan mirip dengan Twitter.
Yan akhirnya mengaku telah menciptakan sebuah perangkat digital agar pengguna internet yang akun media sosialnya telah dihapus dapat kembali saling bertemu.
Banyaknya penghapusan akun media sosial masih terkait dengan pemerintah Tiongkok yang sedang sensitif terkait jabatan Xi Jinping.
Meski telah menjelaskan bahwa ia tidak berniat jahat dan hanya ingin bertemu kawan-kawannya, ternyata polisi tetap menyita komputernya serta membawanya ke kantor polisi.
Yan tidak menyangka ia akan disuruh menandatangani dokumen agar berjanji menghapus perangkat yang dibuatnya dan tidak membuat perangkat serupa.
Bukan hanya itu, polisi Tiongkok juga mengambil darahnya.
"Mereka hanya bilang mereka butuh mengambil DNA saya," kata Yan. Ia juga melihat dirinya ditandai sebagai "orang kunci yang diawasi."
Jurnalis dan Huruf 'N' Diawasi
Selain Turki dan Mesir, Tiongkok juga menjadi salah satu negara yang kurang bersahabat bagi para jurnalis.
Di bawah rezim Xi Jinping, para jurnalis juga menghadapi berbagai tekanan. Pada 2014 saja, ada pembaca berita yang kehilangan pekerjaan hanya karena salah membaca nama Xi Jinping.
Xi Jinping sudah menjadi figur yang sangat berkuasa dan tidak boleh dikritik baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh, baru-baru ini rezim Xi Jinping menyensor huruf 'N' dan Winnie the Pooh.
Dalam sebuah postingan blog Victor Mair, ahli China dari University of Pennsylvania, menilai pengambilan langka sensor itu terlalu cepat dan drastis setelah internet China dipenuhi keberatan warganya.
Menurut Mair, ada alasan mengapa China mensensor huruf 'N'.
"Mungkin ketakutan pemerintah bahwa N mirip simbol yang berarti tak terhingga, sehingga orang tak bisa mengetik 'n terms in office' atau n > 2 (lebih dari dua atau tak terhingga)," tulis Vair berspekulasi soal sensor China terbaru ini.
Kata 'Yuan Shikai', sosok pahlawan yang gagal merestorasi Tiongkok di masa Dinasti Qing juga disensor.
Advertisement
Winnie the Pooh Kena Sensor Juga
Dari berbagai respon yang ditumpahkan netizen di media sosial, ada satu hal yang menarik. Xi Jinping disamakan dengan tokoh kartun terkenal, Winnie the Pooh.Â
Bukan hanya di media sosial, stiker Winnie the Pooh pun sudah dihapus dari galeri di WeChat, jaringan komunikasi seperti WhatsApp yang tenar di Tiongkok.
Pemerintah Tiongkok tidak menjelaskan apa alasannya. Tapi yang jelas, pernah ada meme yang membandingkan Winnie the Pooh -- yang dianggap sebagai beruang dengan otak kecil -- dengan Presiden Xi Jinping yang juga tambun.
Meme ini sebenarnya sudah ada pada 2013. Keisengan warganet terlihat saat gambar Winnie the Pooh yang sedang berjalan bersama sahabatnya, Tiger, dan disamakan dengan Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat saat itu, Barack Obama.
Pada 2014, ada foto Xi Jinping yang berjabat tangan dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Mereka yang iseng menyamakannya dengan Winnie the Pooh dan si keledai Eeyore.
(Tom/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: