Liputan6.com, Jakarta - Bosan terus-terusan dituding macam-macam, akhirnya Chairman Huawei Eric Xu mulai angkat suara dan menyindir politikus Amerika Serikat (AS).
Dilansir Bloomberg, Rabu (4/7/2018), Eric Xu tidak sungkan melontarkan kekesalannya pada Senator Marco Rubio dan anggota DPR Jim Banks karena mencurigai Huawei mencuri penelitian saat bekerja sama dengan berbagai universitas AS.
Advertisement
Baca Juga
"Dua anggota Kongres itu memiliki pemikiran yang tertutup dan tidak mendapat informasi yang benar. Sepertinya tubuh mereka ada di era informasi, tapi otak mereka masih di era agraris," ucapnya dalam sebuah pernyataan resmi.
Tidak hanya itu, Xu menuding dua politikus itu tidak paham cara sains dan inovasi bekerja di zaman sekarang. Dia menyindir kalau mereka tidak memiliki kepercayaan diri.
Xu menambahkan, Huawei hanya ingin berkontribusi di ranah penelitian dan terbuka dalam hal itu.
Anggota Kongres AS memang sudah terbuka perihal kecurigaan mereka terhadap produk Huawei serta ZTE di negara mereka.
FBI dan CIA pun kompak menolak pemakaian Huawei dan ZTE karena alasan keamanan. ZTE sendiri sudah mendapat hukuman dari Kementerian Perdagangan AS.
Nasib ZTE sendiri masih terombang-ambing karena Presiden Trump mau mengampuni mereka, tetapi para Senator melakukan penjegalan.
Untuk diketahui, Huawei adalah perusahaan manufaktur Tiongkok terbesar ketiga di dunia setelah Apple dan Samsung.
Kerja Sama Google dan Huawei Dipertanyakan Senator
Senator Amerika Serikat (AS), Mark Warner, meminta penjelasan kepada induk usaha Google, Alphabet, dan Twitter tentang perjanjian berbagi data yang mereka miliki dengan para vendor asal Tiongkok.
Hal ini disampaikannya menyusul penjelasan Facebook pada pekan ini tentang kerja sama serupa dengan beberapa perusahaan Tiongkok.
Dikutip dari Reuters, Warner mengatakan telah menulis surat kepada kedua perusahaan dan mempublikaskannya pada hari ini.
Bisnis perusahaan teknologi Tiongkok selama beberapa tahun belakangan memang tidak berjalan mulus di AS, sehingga penjelasan Facebook tentang kesepakatannya dengan puluhan perusahaan, terutama Tiongkok, menjadi perhatian.
Alphabet sendiri sebelumnya mengungkapkan memiliki kerja sama strategis dengan Huawei, Xiaomi, dan platform teknologi Tencent.
Menurut keterangan Warner, kerja sama Partai Komunis Tiongkok dan produsen peralatan telekomunikasi seperti Huawei dan ZTE Corps, telah menjadi perhatian keamanan nasional sejak 2012. ZTE merupakan produsen peralatan telekomunikasi nomor dua di Tiongkok.
Berdasarkan pertimbangan keamanan nasional, Warner bertanya kepada CEO Alphabet, Larry Page, apakah perusahaan memiliki kerja sama pihak ketiga dengan Huawei, ZTE, Lenovo atau TCL. Selain itu, Warner juga mempertanyakan keseriusan Alphabet menangani data konsumen dengan benar.
Ia juga mengajukan pertanyaan kepada CEO Twitter, Jack Dorsey, tentang hubungan situs microblogging tersebut dengan Huawei. Perusahaan Tiongkok ini merupakan produsen smartphone nomor tiga di dunia.
Menanggapi isu ini Google dalam penjelasan surelnya menuliskan, "Kami memiliki perjanjian dengan banyak manufaktur di dunia, termasuk Huawei.
Kami tidak memberikan akses khusus kepada mereka terhadap data pengguna Google dan perjanjian kami mencakup perlindungan keamanan dan privasi untuk data pengguna."
Advertisement
Huawei Tidak Menyerah
Huawei tidak akan hengkang dari pasar Amerika Serikat (AS), walau mendapatkan penolakan dari pemerintah setempat. Perusahaan asal Negeri Tirai Bambu itu menegaskan komitmennya di AS dengan terus fokus menghadikan berbagai produk dan inovasi terbaik.
Pemerintah AS kerap menyatakan ketidaksukaannya terhadap Huawei. Pimpinan CIA, FBI, dan NSA bahkan menyarankan semua orang di negara tersebut tidak membeli atau menggunakan berbagai produk dan layanan Huawei. Menurut mereka, produk-produk Huawei digunakan untuk memata-matai AS.
Melihat banyaknya penolakan, smartphone flagship terbaru Huawei, P20, juga tidak akan dijual melalui ritel dan operator seluler besar negara tersebut. Kendati demikian, CEO Consumer Business Group Huawei, Richard Yu, menegaskan perusahaan tidak akan menarik diri dari AS.
"Kami memiliki komitmen terhadap pasar AS dan untuk mendapatkan kepercayaan konsumen AS dengan fokus menghadirkan berbagai produk dan inovasi kelas dunia. Kami tidak akan pernah berkompromi dengan kepercayaan itu," tulis Yu melalui sebuah email kepada Cnet.
Dikutip dari Cnet, pernyataan Yu ini dinilai sebagai respons menantang peringatan pemerintah AS yang menghalangi bisnis Huawei di negara tersebut. Pada Januari 2018, AT&T membatalkan rencana penjualan smartphone premium Huawei, Mate 10 Pro.
Operator lain, yaitu Verizon, juga dilaporkan membatalkan kesepakatan serupa karena tekanan politik. Selain itu, ritel elektronik terbesar AS, Best Buy, juga mencoret jajaran ponsel Huawei dari daftar penjualan.
(Tom/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini