Baterai Setipis Kertas Diciptakan dari Bakteri Limbah

Baterai ini bisa menjadi sumber listrik murah dan mudah diproduksi untuk sensor medis di daerah terpencil dan berkembang.

oleh Jeko I. R. diperbarui 04 Nov 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2018, 14:00 WIB
bakteri
Ilustrasi bakteri luar angkasa. (Foto: Mirror)

Liputan6.com, Jakarta - Ilmuwan mengembangkan baterai bertenaga bakteri dalam bentuk selembar kertas.

Baterai ini, menurut mereka, bisa menjadi sumber listrik murah dan mudah diproduksi untuk sensor medis di daerah terpencil dan berkembang.

Baterai kertas yang bisa dilipat tersebut, merupakan contoh nyata terbaru dari apa yang dikenal sebagai baterai-bio, yang menyimpan kekuatan yang dihasilkan oleh senyawa organik.

Dalam hal ini, daya tersebut dihasilkan oleh bakteri yang umumnya ditemukan dalam air limbah.

Desain berbasis kertas sengaja dipilih lantaran merupakan bagian dari bidang penelitian baru yang disebut papertronics, yang seperti namanya, merupakan perpaduan kertas dan elektronik.

Komponen sederhana yang dibutuhkan untuk membuat jenis-jenis elektronik berbasis kertas terbilang mudah didapat di daerah terpencil di dunia, yang bisa menjadi cadangan listrik andal di tempat-tempat di mana jaringan listrik atau baterai konvensional tidak tersedia.

"Papertronics baru-baru ini muncul sebagai cara sederhana dan murah untuk menjadi sumber tenaga sensor diagnostik point-of-care," kata Seokheun "Sean" Choi, seorang engineer dari Binghamton University, sebagaimana dikutip dari Science Alert, Jumat (2/11/2018).

Untuk menghasilkan baterai itu, mereka meletakkan pita perak nitrat pada selembar kertas kromatografi.

Di atas kertas, mereka menempatkan lapisan lilin tipis untuk membuat katoda--elektroda positif baterai.

 

Polimer Konduktif

Baterai Lipat Bertenaga Bakteri Air Limbah. Kredit: Seokheun "Sean" Choi via Science Alert
Baterai Lipat Bertenaga Bakteri Air Limbah. Kredit: Seokheun "Sean" Choi via Science Alert

Di sisi lain kertas, tim ilmuwan membuat reservoir dari sebuah polimer konduktif, yang bertindak sebagai sebuah anoda (elektroda negatif), setelah diisi dengan beberapa tetes cairan air limbah yang mengandung bakteri.

Ketika kertas dilipat, sehingga katoda dan anoda bersentuhan, baterai ini pun menjadi bertenaga berkat metabolisme bakteri, yang juga dikenal sebagai respirasi sel.

Ini bukan pertama kalinya ilmuwan telah bereksperimen dengan desain baterai. Tahun lalu, tim ilmuwan dari AS dan Tiongkok memamerkan baterai lithium-ion berbentuk origami.

Ada pula tim ilmuwan Swedia yang mengembangkan sesuatu yang disebut "kertas daya" (power paper), sebuah lembaran yang terbuat dari selulosa dan polimer yang mampu menyimpan energi.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya