Tiongkok Ciptakan Matahari Buatan dengan Panas 6 Kali Lipat

Matahari buatan ini akan menyediakan cara yang aman bagi dunia untuk menghasilkan sejumlah besar energi bersih.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Nov 2018, 06:30 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2018, 06:30 WIB
Penampakan reaktor di China yang disebut 'matahari buatan' atau Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST). (sumber: Institute of Plasma Physics Chinese Academy of Sciences)
Penampakan reaktor di China yang disebut 'matahari buatan' atau Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST). (sumber: Institute of Plasma Physics Chinese Academy of Sciences)

Liputan6.com, Jakarta - Kemajuan teknologi dalam bidang nuklir telah memasuki babak baru. Para ilmuwan Tiongkok, belum lama ini telah berhasil menciptakan matahari buatan.

Pencapaian ini menjadi tonggak penting untuk meniru proses matahari menghasilkan energi yang disebut dengan fusi nuklir.

Tim ilmuwan dari Tiongkok's Institute of Plasma Physics mengumumkan minggu ini bahwa reaktor Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) di Hefei Institutes of Physical Sciences, telah mencapai panas 100 juta derajat Celsius.

EAST mampu menghasilkan suhu yang diperlukan untuk menciptakan reaksi fusi nuklir sehingga bisa memproduksi lebih banyak energi. Karena kemampuannya itu EAST dijuluki matahari buatan.

Sebagai perbandingan, plasma panas matahari dilaporkan sekitar 15 juta derajat Celcius. Namun plasma di matahari buatan Tiongkok lebih panas enam kali lipat daripada matahari itu sendiri.

Pencapaian ilmuwan Tiongkok itu akan menjadi terobosan ilmiah yang sangat besar. Matahari buatan ini akan menyediakan cara yang aman bagi dunia untuk menghasilkan sejumlah besar energi bersih.

 

Produsen Energi Bersih

Penampakan reaktor di China yang disebut 'matahari buatan' atau Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST). (sumber: Institute of Plasma Physics Chinese Academy of Sciences)
Penampakan reaktor di China yang disebut 'matahari buatan' atau Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST). (sumber: Institute of Plasma Physics Chinese Academy of Sciences)

Selain itu, pencapaian tersebut juga merupakan langkah penting bagi kemajuan ilmu fusi nuklir di masa mendatang.

"Ini tentu merupakan langkah yang signifikan untuk program fusi nuklir Tiongkok dan perkembangan bagi seluruh dunia," kata Profesor Matthew Hole dari Australian National University.

"Manfaatnya sangat besar karena merupakan produksi energi berkelanjutan dalam skala yang besar, tapi tanpa gas emisi rumah kaca dan limbah radioaktif yang sulit diuraikan," tambahnya.

Dia menambahkan bahwa reaktor fusi nuklir ini juga menghindarkan risiko terkait dengan reaktor fisi nuklir yang banyak digunakan saat ini.

Selama ini, negara-negara maju mengadopsi proses fusi nuklir menjadi senjata berbahaya dan rentan terhadap kemungkinan terjadinya bencana.

Fusi Nuklir Jadi Misi Energi Bersih Global

Ilustrasi matahari meledak pemicu kiamat (NASA)
Ilustrasi matahari meledak pemicu kiamat (NASA)

Dr Hole mengatakan bahwa fusi nuklir sebagai sumber energi bersih telah menarik investasi besar dari negara-negara di seluruh dunia.

Dia mengatakan bahwa pencapaian oleh EAST akan menjadi penting untuk pengembangan percobaan besar ilmu fusi nuklir global berikutnya yang disebut International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER).

Saat ini, sebanyak 35 negara termasuk China berkolaborasi untuk membangun ITER di Perancis selatan.

ITER diharapkan menjadi perangkat fusi eksperimental pertama untuk menghasilkan energi bersih.

ITER dirancang agar bisa memproduksi 10 kali lebih banyak energi daripada daya yang dipakai untuk menjalankannya.

Meski ITER hanyalah fasilitas eksperimental dan tidak akan memanfaatkan energi fusi untuk menciptakan listrik. Tapi, jika berhasil, ITER dapat membuka jalan bagi pabrik fusi nuklir di masa depan.

ITER diharapkan siap untuk menciptakan plasma pertamanya dan memulai operasinya pada 2025.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya