Liputan6.com, Bandung - Mengawali 2019, Bukalapak memiliki misi untuk menjadi perusahaan teknologi yang lebih ramah lingkungan.
Hal itu diungkapkan CEO dan co-founder Bukalapak Achmad Zaky saat acara BukaTalks di kantor Bukalapak di Bandung.
Mengambil tema teknologi dalam hubungannya dengan masa depan yang berkelanjutan, Zaky menuturkan sejak awal Bukalapak memiliki nilai tidak sekadar mengejar keuntungan. Menurutnya, Bukalapak juga memiliki misi dengan nilai kebaikan.
Advertisement
"Sudah menjadi nilai bagi anak-anak Bukalapak, kami tidak ingin sekadar mengejar profit. Kami percaya perusahaan teknologi bisa menyelaraskan keuntungan dengan tujuan atau misi kebaikan," tuturnya di kantor Bukalapak di Bandung, Kamis (1/2/2019).
Baca Juga
Untuk Bukalapak sendiri, menurut Zaky, sejak awal berkomitmen untuk pengembangan usaha kecil. Namun, kini startup yang berpredikat unicorn itu ingin menjadi perusahaan yang lebih peduli lingkungan.
"Sejak awal, kami berkomitmen untuk pengusaha kecil. Namun, kami belum memikirkan lingkungan yang lebih luas dan sekarang ingin lebih peduli (dengan lingkungan)," tuturnya menjelaskan.
Kendati demikian, Zaky menuturkan pihaknya masih akan melakukan perubahan itu secara bertahap.
"Perlahan-lahan, kami ingin menjadi industri yang ramah lingkungan, bukan melulu mengeksploitasi alam," ujar alumni Institut Teknologi Bandung tersebut.
Aktor Nicholas Saputra juga turut hadir dalam acara ini. Nicholas menyebut bahwa teknologi sebenarnya dapat sejalan dengan keberlangsungan lingkungan hidup.
"Saya percaya teknologi itu mempermudah hidup, efisien, lebih singkat dan cepat. Efisiensi ini bisa dilakukan di beragam hal, termasuk untuk mendukung lingkungan hidup," tutur pria yang sejak lama menaruh perhatian pada isu lingkungan hidup tersebut.
Bukalapak Kolaborasi dengan ITB Buka Pusat Riset AI dan Cloud Computing
Untuk diketahui, Bukalapak baru saja mengumumkan dibukanya Bukalapak-ITB Artificial Intelligence & Cloud Computing Innovation Center.
Sesuai namanya, laboratorium ini ditujukan untuk keperluan riset bagi mahasiswa, dosen, dan peneliti Indonesia di bidang kecerdasan buatan dan komputasi awan.
Pembukaan laboratorium riset ini juga dihadiri oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir; co-founder dan CEO Bukalapak, Achmad Zaky; termasuk rektor Institut Teknologi Bandung, Kadarsyah Suryadi.
Menurut Zaky, laboratorium riset ini tidak lepas dari mimpi Bukalapak untuk membuat produk teknologi asli Indonesia. Oleh sebab itu, Bukalapak membuka laboratorium riset ini sekaligus beragam fasilitasnya.
Namun tidak hanya membuka laboratorium riset, Bukalapak juga menyediakan data yang dimilikinya untuk keperluan riset. Harapannya, data tersebut dapat dikembangkan untuk keperluan analisis atau mendukung proyek mahasiswa.
"Di sini, kami menyediakan fasilitas termasuk big data. Kami menyediakan big data untuk proyek-proyek yang bisa dikembangkan teman-teman ITB. Jadi, ada hasil dari riset yang dilakukan ini," tuturnya di aula barat ITB, Bandung, Jumat (1/2/2019).
Advertisement
Manfaat Kecerdasan Buatan di Bukalapak
Sekadar informasi, kecerdasan buatan memegang peranan penting untuk Bukalapak. Alasannya, kecerdasan buatan memiliki peran yang signifikan untuk perkembangan industri dan kegiatan operasional.
Salah satu pemanfaatan kecerdasan buatan di Bukalapak adalah membantu mengenali pengguna yang sering berkunjung ke situs maupun aplikasi. Selain itu, teknologi itu juga dapat memberikan rekomendasi terkait produk yang dibutuhkan.
Dengan teknologi ini, pengguna Bukalapak tidak perlu menghabiskan banyak waktu mencari barang sesuai kebutuhan. Kecerdasan buatan juga membantu meningkatkan kinerja tim customer service mengatasi keluhan pelanggan termasuk mencegah terjadinya penipuan.
Di samping itu, ITB sebagai salah satu perusahaan tinggi di Indonesia juga memiliki pusat studi khusus di bidang kecerdasan buatan, yakni Pusat Studi Tak Berawak, Pusat Teknologi Instrumentasi dan Otomasi, dan Pusat Mikroelektronika.
(Dam/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: