NASA Ungkap Perubahan Astronaut Saat ke Luar Angkasa

NASA mengungkap perubahan fisik yang terjadi pada astronaut di luar angkasa ternyata tidak permanen.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 15 Apr 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2019, 07:00 WIB
Mantan Astronaut NASA
Mark Kelly (kanan) dan saudaranya, Scott. (Kredit: NASA Johnson / CC BY-NC-ND 2.0)

Liputan6.com, Jakarta - NASA baru-baru ini mengungkap hasil pembandingan antara astronaut yang pergi ke luar angkasa dan bertugas di Bumi. Perbandingan itu dilakukan pada astronaut kembar, Scott Kelly dan Mark Kelly.

Sebagai pengingat, Scott Kelly merupakan astronaut yang bertugas di International Space Station selama setahun. Dia melakukan tugas tersebut pada 2015 dan 2016.

Dari perbandingan tersebut, seperti dikutip dari Engadget, Senin (15/4/2019), Scott yang terbang ke luar angkasa ternyata mengalami perubahan di tubuhnya. Namun, perubahan itu terjadi permanen.

Hasil pemantauan menyebut tubuh Kelly ternyata kembali ke normal, begitu mendarat ke Bumi. "Jika melihat perubahan pada Scott, kebanyakan kembali ke kondisi normal tidak lama saat tiba di Bumi," tutur Deputy Chief Scientist Human Research Program NASA, Steven Platts.

Salah satu perubahan yang terjadi pada Scott adalah ukuran telomer yang menjadi lebih panjang di luar angkasa. Perlu diketahui, telomer merupakan pelindung di ujung kromosom dan akan menjadi lebih pendek seiring bertambahnya usia.

Temuan ini jelas mengagetkan para peneliti yang kerap menggunakan telomer untuk mengukur penuaan pada manusia. Karenanya, para peneliti begitu tertarik pada temuan ini dan ingin mencari lebih lanjut penyebabnya.

Kendati demikian, telomer Kelly ditemukan makin menyusut begitu dia kembali ke Bumi. Bahkan, menyusut lebih kecil dari sebelum dia terbang ke luar angkasa. Penyusutan telomer biasanya dikaitkan dengan penuaan dan adanya penyakit.

Perubahan Fisik dan Mental

Astronot Scott Kelly
Astronot Ini Pecahkan Rekor NASA, 340 Hari di Luar Angkasa. Sumber : mymodernmet.com.

Tidak hanya itu, perubahan secara fisik dan mental juga terjadi. Selama berada di luar angkasa, Scott juga menjadi rabun dekat karena arteri karotis dan retinanya menebal. Kondisi itu disebut memang biasa dalam penerbangan luar angkasa.

Perubahan juga terjadi pada tingkat mikroba usus dan ekspresi gen, meski setelahnya kembali ke tahap normal saat mendarat. Kemampuan kognitif Scott juga sempat menurun hingga enam bulan usai mendarat.

Dengan riset ini, para peneliti ingin mengetahui bentuk adaptasi tubuh manusia saat berada di luar angkasa. Terlebih, para peneliti juga ingin mengetahui kondisi tubuh manusia saat melakukan perjalanan panjang di luar angkasa.

Keren, Astronaut Bakal Dilengkapi Rompi Antiradiasi

Ilustrasi astronot
Ilustrasi astronot (NASA)

Rompi yang didesain untuk melindungi astronaut dari partikel matahari yang berbahaya di ruang angkasa telah memasuki tahap uji coba. Sebelumnya, rompi ini diuji coba pada astronaut pada 2017.

Hal tersebut diungkapkan oleh perusahaan bernama StemRad yang merupakan pengembang rompi pelindung ini, beberapa waktu lalu.

Menurut laporan Reuters, rompi bernama AstroRad Radiation Shield ini awalnya dikembangkan untuk melindungi pekerja dari radiasi gamma di wilayah yang mengalami kebocoran nuklir, seperti Chernobyl dan Fukushima.

Rompi ini dapat melindungi jaringan vital manusia, termasuk sel induknya.

Dikutip dari Venture Beat, Rabu (2/1/2019), rompi dibuat dari beberapa lapisan seperti peta berkontur dan akan dijahit untuk masing-masing astronaut.

Material pelindung nonmetal akan diletakkan untuk melindungi organ masing-masing pengguna.

(Dam/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya