Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menandatangani kerjasama atau nota kesepahaman (MoU) dengan Badan Kerjasama Internasional Jepang atau JICA, dalam mengembangkan teknologi untuk memprediksi gempa dan tsunami.
"Kami sudah menandatangani MoU, sifatnya hibah, bukan dana yang harus dikembalikan. Tapi kami mau teknologinya, infrastrutur dan jasanya, disediakan semua dari Jepang," ujar Direktur Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika Kemkominfo Ahmad M Ramli di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Kamis (22/8/3019).
Baca Juga
Dimulai dari Oktober tahun ini, Kemkominfo akan bertemu lagi dengan Jepang yang diwakili oleh JICA. Nanti akan dibicarakan teknisnya, makanya Indonesia akan mempersiapkan infrastruktur dan SDM.
Advertisement
Kemudian Jepang yang akan melatih dan memperkenalkan alat teknologi yang dibawa.
"Mulai dari aplikasi, server dan lain-lain. Nanti diletakkan di BMKG, BNPB, dan daerah-daerah yang memang rentan bencana gempa dan tsunami," tutur Ramli.
Ramli melanjutkan, pihaknya memilih Jepang untuk menjalin kerjasama karena Negeri Sakura itu sebagai benchmark negara yang sangat rentan bencana. Tapi, mereka mampu bertahan dengan sistem peringatan dini yang sangat baik dibandingkan negara lainnya.
"Jadi di Jepang kalau ada gempa, pemeritahannya memblok siaran media. Jadi pada saat bencana itu terjadi, langsung muncul peringatan dini di televisi, radio sampai lewat pesan singkat. nantinya di Indonesia akan seperti tu," kata Ramli.
Â
Edukasi Terkait Gempa
Di sisi lain, masyarakat Jepang pun telah diedukasi untuk bisa cepat menyesuaikan diri. Kalau ada gempa, masyarakat akan didorong ke jalan tertentu yang telah dipasang informasi daerah aman.
JICA nantinya juga akan ikut mensosialisasikannya kepada masyarakat Indonesia. Menurutnya, bagaimanapun Indonesia juga dihantui ancaman gempa berkekuatan tinggi hingga magnetudo 9 atau yang dikenal sebagai megathrust.
"Jadi bukan alat saja yang harus canggih, melainkan pemahaman masyarakat agar bisa selamat dari bencana tersebut,"ujar Ramli.
Dalam perjanjian MoU tersebut, kerjasama tidak disebutkan rentang waktunya. Karena, fokus kerjasama tersebut untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakar terkait gempa.
"Ini mereka tidak sebut hingga kapan, tapi mereka sebut kalau mereka beri bantuan berupa alat teknologi itu dan digunakan terus oleh kita,"ujarnya.
(Pramita Tristiawati/Isk)
Advertisement