Masuk Daftar Hitam AS, BSSN Tak Khawatir Soal Keamanan Huawei

Selain dengan Huawei, pada 2018, BSSN juga bekerja sama dengan Cisco.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 29 Okt 2019, 17:22 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2019, 17:22 WIB
Kepala BSSN Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian dan CEO Huawei Indonesia Jacky Chen. Liputan6.com/Agustinus Mario Damar
Kepala BSSN Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian dan CEO Huawei Indonesia Jacky Chen. Liputan6.com/Agustinus Mario Damar

Liputan6.com, Jakarta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) baru saja mengumumkan kerja sama dengan Huawei dalam bidang keamanan siber. Kolaborasi ini akan dilakukan dalam bentuk pengembangan riset sekaligus sumber daya manusia untuk keamanan siber.

Namun kolaborasi ini juga memunculkan pertanyaan. Seperti diketahui, Huawei masuk dalam daftar hitam oleh pemerintah Amerika Serikat sebab dianggap memainkan aksi mata-mata.

Menjawab hal tersebut, Kepala BSSN, Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian, mengatakan Indonesia memegang kebijakan politik bebas aktif sehingga kesempatan kerja sama dapat dilakukan dengan siapa saja.

"Kita Indonesia memiliki kebijakan bebas aktif untuk politik, termasuk teknologi. Dari mana pun, oleh siapa pun, kalau itu berguna untuk kita dan menguntungkan bangsa negara, mengapa tidak," tuturnya saat ditemui usai penandatangan kerja sama BSSN dan Huawei di Jakarta, Selasa (29/10/2019).

Dalam penjelasan lebih lanjut, Direktur Deteksi Ancaman BSSN Sulistyo juga menuturkan pihaknya mengusung pandangan teknologi netral. Karenanya, kerja sama teknologi dapat dilakukan dengan berbagai pihak untuk mendukung keamanan siber Indonesia.

"Kerja sama ini merupakan upaya menjaga netralitas teknologi. Selain dengan Huawei, pada 2018, BSSN juga bekerja sama dengan Cisco," tuturnya menjelaskan.

 

Keterbukaan BSSN

Oleh sebab itu, BSSN terbuka menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Huawei. Terlebih, di era digital saat ini, kolaborasi dalam bidang keamanan siber merupakan hal yang lumrah dan banyak dilakukan.

"Bukan berarti BSSN mau Huawei, tapi konteksnya kolaborasi. Sebab, kami juga memiliki kontrak dan diuji apakah betul kerja sama ini sudah sesuai dengan standar dan memenuhi syarat," tutur Sulistyo.

Adapun kerja sama ini dilakukan untuk pengembangan sumber daya manusia di bidang keamanan siber termasuk ancamannya. Nantinya, bentuk kerja sama ini akan dilakukan lewat rangkaian seminar dan workshop yang ditujukan bagi peserta dari beragam sektor.

(Dam/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya