Naik 20 Kali Lipat karena Pandemi Covid-19, Pengguna Aktif Harian Zoom Capai 200 Juta

Pengguna aktif harian Zoom kini mencapai 200 juta, meningkat sekitar 20 kali lipat sejak Desember 2019.

oleh M Hidayat diperbarui 03 Apr 2020, 13:41 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2020, 13:41 WIB
Ilustrasi Zoom
Ilustrasi Zoom. Kredit: Zoom

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang berdampak secara global berpengaruh positif terhadap pengguna aktif harian layanan video-conference Zoom.

Perusahaan mengklaim pengguna aktif harian Zoom kini mencapai 200 juta. Angka itu meningkat signifikan, tepatnya 20 kali lipat dalam kurun waktu sekitar tiga bulan sejak akhir 2019.

"Pada akhir Desember tahun lalu, angka tertinggi peserta konferensi harian, baik gratis maupun berbayar, yang berlangusung di Zoom adalah sekitar 10 juta," ujar pendiri sekaligus CEO di Zoom, Eric Yuan, dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters, Jumat (4/3/2020).

Cakupan pengguna Zoom sangat beragam. Mulai dari lembaga pendidikan, korporasi, organisasi hingga partai politik. Mereka, di tengah-tengah pandemi Covid-19 ini, melakukan segala aktivitas dari rumah dan Zoom merupakan salah satu aplikasi yang menjadi penghubung mereka.

Namun, popularitas Zoom yang meroket juga dihantui oleh masalah privasi pengguna. Hal ini juga belakangan menjadi perhatian banyak pihak.

"Kami menyadari bahwa kami telah memupus ekspektasi komunitas pengguna dan kami sendiri terkait masalah privasi dan keamanan. Untuk itu, saya sangat menyesal," tutur Yuan lebih lanjut.

Oleh sebab itu, Yuan mengatakan perusahaan akan berkomitmen untuk menyelesaikan isu ini secara proaktif dalam jangka waktu 90 hari ke depan.

Pengguna Gugat Zoom ke Pengadilan karena Masalah Privasi

Ilustrasi pertemuan virtual dengan menggunakan aplikasi Zoom
Ilustrasi pertemuan virtual dengan menggunakan aplikasi Zoom. Kredit: Zoom

Sama halnya seperti tren teknologi lain, penggunaan Zoom yang meningkat juga menarik perhatian pihak tidak bertanggung jawab seperti peretas.

Salah satu yang sedang ramai diperbincangkan adalah Zoom Bombing. Dikutip dari Fortune, Jumat (3/4/2020), dalam sepekan terakhir laporan mengenai insiden ini di Amerika Serikat menurut FBI cukup tinggi.

Bahkan, menurut laporan CNN, dua pengguna Zoom mengajukan gugatan hukum terhadap perusahaan di pengadilan distrik California Utara pekan ini. Salah satu gugatan menuduh aplikasi video itu "telah gagal melindungi informasi pribadi jutaan pengguna perangkat lunaknya."

Lantas, apa itu Zoom Bombing? Sesuai namanya, insiden ini terjadi saat seseorang yang tidak dikenal masuk ke sebuah pertemuan dan mengacaukannya.

Insiden ini disebut terjadi di seluruh dunia, mulai dari pertemuan sederhana hingga kelas tinggi. Para pelaku biasanya mengacaukan sebuah pertemuan dengan mengatakan hal-hal rasial hingga mengirimkan gambar mengganggu.

Dengan kondisi itu, tentu peserta pertemuan di Zoom akan terganggu dan memilih untuk meninggalkannya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa hal ini bisa terjadi?

Penyebab Zoom Bombing

Zoom
Ilustrasi Zoom (sumber: Zoom)

Setelah ditelusuri, aksi Zoom Bombing ternyata kebanyakan bukan berasal dari masalah di platform tersebut. Pengguna sendiri yang menjadi menyebabkan aksi ini terjadi.

Menurut Cofounder dan CEO Cybint Roy Zur, kebanyakan pengguna yang menjadi korban aksi ini biasanya menyetel pertemuan Zoom menjadi publik, sehingga dapat diakses siapa pun yang memiliki tautan pertemuan itu.

Roy mengatakan, pelaku tinggal mencari pertemuan yang digelar melalui Facebook atau media sosial lain dengan mengetik zoom.us. Hal ini dilakukan sebab biasanya tautan pertemuan semacam itu diunggah di media sosial.

Selain itu, ada beberapa forum khusus, seperti di Reddit yang memang ditujukan untuk mengungkap deretan ID pertemuan Zoom Classroom.

Antisipasi Zoom Bombing

Lalu, apa yang dapat dilakukan pengguna Zoom untuk menghindari aksi ini? Jawabannya sederhana, pengguna tidak seharusnya berbagi tautan pertemuan secara publik.

Alih-alih membagikan tautannya di Facebook atau media sosial lain, pengguna dapat memanfaatkan kanal komunikasi lebih privat, seperti lewat email.

Selain itu, setel pertemuan tersebut menjadi 'private'. Saat ini, Zoom sendiri sudah menyetel kondisi awal sebuah pertemuan menjadi 'Private', sehingga diperlukan kata kunci untuk berpartisipasi.

Hal lain yang dapat dilakukan adalah jangan berbagi personal meeting ID, sebab identitas ini tidak berubah. Apabila ingin berbagi identitas, pastikan dilakukan dengan orang yang dipercaya.

Lebih lanjut Ray mengatakan, kerentanan di Zoom memang kebanyakan berasal dari kurangnya pemahaman pengguna ketimbang bug. Hanya, karena kepopuleran terus meningkat, risikonya pun lebih tinggi.

"Seperti biasa, produk dengan kepopuleran tinggi, tentu akan menarik peretas," tutur Ray. Kendati demikian, upaya untuk mengatasi masalah keamanan siber juga terus digalakkan antara lain oleh white-hat hacker.

(Dam/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya