Liputan6.com, Jakarta - NASA baru-baru ini melakukan uji coba peluncuran roket yang di klaim paling kuat di dunia di stage inti Sistem Peluncuran Luar Angkasa (Space Launch System/SLS).
Namun, empat mesin utama di stage itu mati saat pengujian berlangsung lebih dari 1 menit, padahal pengujian dirancang untuk berlangsung selama 8 menit.
Baca Juga
Uji coba adalah langkah penting untuk sistem peluncuran luar angkasa NASA yang telah lama tertunda. SLS akan memainkan peran kunci dalam program Artemis untuk mengembalikan astronot AS ke bulan sebelum 2024.
Advertisement
Sebagai informasi, saat pengujian, NASA menyalakan empat mesin RS-25 pada Senin (18/1/2021) pukul 17:27 waktu setempat di Pusat Antariksa Stennis NASA di Mississippi, Amerika Serikat. Demikian seperti dikutip New York Post, Rabu (20/1/2021).
Hingga saat ini belum dijelaskan mengapa mesin tersebut mengalami kegagalan. Pada briefing minggu lalu, pejabat NASA dan pejabat dari Boeing, kontraktor utama SLS, mengatakan bahwa mereka membutuhkan uji api statis, setidaknya 250 detik untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.
"Kami mendapatkan semua data teknik yang kami butuhkan untuk memiliki kepercayaan tinggi pada roket sekitar 250 detik," kata John Shannon, wakil presiden dan manajer program SLS di Boeing.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Pengujian Sepenuhnya Otomatis
Selama pengujian, sekitar 1.400 sensor memantau inti getaran, suhu, akustik, dan tekanan.
NASA mengatakan dalam rilisnya bahwa perangkat lunak "bertindak dengan tepat" dan mengakhiri pengujian.
"Pada titik ini, pengujian sepenuhnya otomatis. Selama peluncuran, perangkat lunak onboard bertindak dengan tepat dan memulai mematikan mesin dengan aman," demikian pernyataan NASA.
SLS awalnya ditetapkan untuk melakukan debut penerbangannya pada 2017, tetapi tersendat karena kekurangan anggaran.
Advertisement
NASA Akan Bantu Jepang untuk Terbang ke Bulan
Sebelumnya, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA) mengumumkan akan membantu Badan Penjelajah Antariksa Jepang (Japan Aerospace Exploration Agency/JAXA) untuk terbang ke Bulan.
Keduanya secara resmi mengumumkan perjanjian yang akan membuat JAXA berkontribusi pada lunar Gateway (stasiun luar angkasa masa depan dalam orbit Bulan), menyediakan keahlian teknis, perangkat untuk mendukung kehidupan dan sistem kontrol lingkungan, baterai, kontrol termal, serta komponen pencitraan.
"Kami merasa terhormat mengumumkan perjanjian terbaru ini dengan Jepang untuk mendukung eksplorasi manusia jangka panjang di dan sekitar Bulan sebagai bagian dari program Artemis," kata Administrator NASA Jim Bridenstine dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir New York Post, Selasa (19/1/2021).
Ia menambahkan langkah ini guna memperkuat kemitraan dan komitmen internasional untuk mencapai tujuan bersama dalam eksplorasi Bulan yang berkelanjutan pada akhir dekade ini.
Untuk diketahui, nota kesepahaman telah ditandatangani antara NASA dan Jepang pada akhir 2020.
(Isk/Ysl)
Â